Ps : Ini monmaap sebelumnya. Berhubung aku mau namatin cerita ini sampai tuntas ke akar-akarnya, jadi perkara Yoonji juga aku tuntasin biar tuntas sekalian. Ngerti kok aku ngerti udah kebanyakan Yoonjinya :( Biar sekalian tuntas, aku nggak mau nanggung bikin cerita. Jadi kesimpulannya, ini masih tentang Yoonji.
So, enjoy this chap.
Lisa mendatangi kamar rawat Yoonji dengan dibantu Chaeyoung. Berita mengejutkan yang didapatnya dari Yoongi mampu membuat hatinya ikut teriris. Masih jelas tergambar dalam benaknya bagaimana wajah penuh pengharapan dari Yoonji. Lisa tidak bisa membayangkan betapa kacaunya anak itu, sesakit apa perasaannya. Yang Lisa tahu, dia butuh ada disana. Sekadar mengusap tangan Yoonji, atau mungkin sedikit membual dengan mengatakan semua akan baik-baik saja.
Dan Yoonji ada disana. Terbaring di atas brankar dengan tatapan lurus memandang langit-langit rumah sakit. Tidak ada luka fisik, menurut pengakuan dokter Yoonji hanya mengalami shock ringan. Tapi Lisa jelas paham, ada luka tak kasat mata yang sedang berdarah-darah di hatinya. Lisa mencelos. Yoonji dan tatapan kosongnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat.
Perlahan Chaeyoung mendorong kursi roda Lisa, mendekat pada Yoonji yang belum juga menyadari eksistensi keduanya. Chaeyoung cukup prihatin dengan keadaan ini. Kendati belum benar-benar mengenal Yoonji, rasa-rasanya dia bisa merasakan luka yang tengah di dekap oleh anak itu.
"Yoonji-ya," lirih Lisa, tangannya ia arahkan menggenggam jemari Yoonji yang masih bergetar.
"Jangan mendekat, Kak," suaranya lirih, lirih sekali. Bergetar, penuh keputus-asaan. "Aku terlihat amat menyedihkan sekarang."
"Tidak, tidak ada yang menyedihkan. Sudah kubilang, kau anak yang kuat. Yoonji anak yang hebat." Lisa mengusap tangan dalam genggamannya.
"Aku begitu naif, kan, Kak? Apa yang sedang kulakukan sebenarnya? Apa ... apa keinginanku terlalu muluk-muluk?"
Tubuh Yoonji mulai bergetar, cairan bening itu sudah siap untuk ditumpahkan kembali. Sepersekian detik selanjutnya, isakan memilukan Yoonji mulai terdengar, dan Chaeyoung tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Yoonji yang kini terlihat begitu rapuh.
"Rasanya sakit sekali, Kak. Aku bahkan mengasihani diriku sendiri."
"Menangislah, tumpahkan semuanya. Tidak apa-apa, tapi setelahnya kau harus baik-baik saja." Lisa mengusap lengan Yoonji.
Ruangan itu lengang, hanya terdengar suara isakan Yoonji, sesekali meracau. Mengatakan betapa hidupnya terlalu menyedihkan. Pengharapan macam apa yang sedang dilakoninya. Dan gumaman-gumaman itu masih bisa didengar Hoseok di depan ruangan.
Sudut hati Hoseok tercubit. Sebagai seorang kakak, Hoseok merasa gagal. Bagaimana Yoonji menghadapi semuanya sendirian selama beberapa tahun terakhir. Bagaimana adiknya berdiri diatas ketakutannya tanpa seorangpun yang bisa menguatkannya.
Awal pertemuannya dengan Yoonji, anak itu terlihat dingin. Enggan menatap siapapun kecuali Yoongi. Sedikit terkesan arogan di mata Hoseok, yang sekarang Hoseok tahu, bahwa itu hanyalah topeng yang diciptakan Yoonji.
Tekad Hoseok semakin bulat, ia akan membawa Yoonji menjauh. Setidaknya sampai adiknya benar bisa memaafkan semua yang terjadi, sampai Yoonji sendiri yang meminta untuk kembali. Hoseok tahu Yoonji terguncang, dan hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah menjauhkan Yoonji dari sumber kesakitannya.
****
"Kak!" Jungkook berjalan menghampiri Hoseok yang kini duduk di kursi tunggu.
"Ya, Jungkook?"
"Bagaimana keadaan Yoonji?"
Hoseok menghela napas. "Masih ditenangkan oleh Lisa dan Chaeyoung. Kuharap setelah ini tidak ada lagi hal buruk yang terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason || Lizkook ✔
FanfictionBagi Jungkook, Lisa sesederhana angin yang berhembus. Pembawa ketenangan. Pembawa kesejukan. Dan bagi Lisa, pertemuannya dengan Jungkook seperti oase di padang pasir. Memberikannya alasan untuk bertahan. Lisa yakin, setiap hal punya alasannya masing...