Bagian 3

569 66 10
                                    


Sungguh memuakkan! Bagaimana mungkin aku di bonceng menggunakan motor seperti ini?! Kulitku bisa hitam karena terbakar. Aku rasa diantara anggota Bangtan hanya akulah yang waras, atau mungkin Namjoon cukup waras.

"Hyeong! Kau menikmatinya?" tanyanya sembari berteriak. Aku hanya terdiam dan memutar bola mataku malas. Menikmati apanya? Sekarang rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di sekolah.

Akhirnya, dia menurunkan ku di depan gerbang sedangkan ia meletakkan motornya itu di tempat parkir. Aku terdiam menunggunya kembali. Dia bukanlah tipe orang yang senang sendirian, selalu saja ingin ditemani.

"Kemana mobilmu?" tanyaku saat dia sudah berada tepat di sampingku.

Kulihat dia tersenyum, senyum kotak yang membuat giginya nampak terlihat jelas. "Masih di bengkel, kemarin ban-nya bocor."

Aku mengangguk kecil lalu berjalan memasuki sekolah, dia mengikutiku dari belakang. Tatapan para murid langsung mengarah pada kami, karena apalagi? Tentu karena pria yang berjalan di sampingku sekarang ini.

Kuakui dia memang tampan, ramah dan murah senyum. Tapi kekurangannya adalah dia sama seperti anggota Bangtan yang lain, kurang waras. Berjalan berdampingan dengannya benar-benar tidak nyaman. Aku menyesal karena menerima ajakannya tadi.

"Suga Oppa!"

Ada yang memanggilku? Kulihat semua orang hanya meneriaki nama temanku saja. Tapi ada seorang gadis yang tersenyum lebar melihatku. Ia bahkan melambai-lambaikan tangannya. Aku memperhatikan gadis itu dengan mata menyipit.

"Suga Hyeong, aku ke kelas duluan ya!" ucapnya membuat perhatianku beralih dari gadis itu. Aku mengangguk dan membiarkannya pergi lebih dulu. Kelas 11 berada di lantai dua, dan kelasku berada di lantai 3.

Aku berjalan perlahan menuju ke kelasku. Terdengar suara bising dari dalam kelas yang membuat telingaku serasa ingin pecah. Dari suaranya saja aku sudah tahu siapa yang sedang bertengkar sekarang.

"Ya! Kau tahu berapa harganya itu? Susah payah aku menyisakan uang jajanku setiap hari hanya untuk membeli kacamata mahal itu dan kau dengan mudahnya menghancurkan hasil kerja keras ku, aish benar-benar!"

Dia berbicara begitu cepat seperti seorang rapper, sedangkan pria yang sedang ia marahi hanya menunduk merasa bersalah. Yang satunya lagi hanya terdiam duduk di sebuah kursi sembari melipat kakinya.

Kulihat dia tersenyum senang saat aku berjalan memasuki kelas. "Suga Hyeong! Akhirnya kau datang."

Itu Jhope. Dia merangkul bahuku lalu membawaku ke tengah-tengah pertengkaran mereka berdua. Melihatku datang, kedua orang itu terdiam dan menatapku dengan mata sedikit membulat.

"Oh kau sekolah?"

Pertanyaan konyol.

"Hey Suga, lihat kacamata ku!" serunya sembari menyodorkan kacamata yang sudah terbelah menjadi dua.

Aku menatapnya datar. "Namjoon lagi?"

Orang aneh itu berseru, "Nah! Kau sendiri sudah tahu kan siapa pelakunya? Dia ini selalu saja merusak barang, apa kau bisa memperbaiki kesalahannya?"

"Itu bukan kesalahan, tapi bakat istimewa."

Namjoon berjalan ke arahku. "Aku benar-benar tidak sengaja merusaknya. Saat ku pegang, kacamata itu tiba-tiba saja patah menjadi dua."

"Itu adalah salah satu keajaiban tanganmu," ucapku pelan.

"Apa?" tanya Namjoon dengan wajah yang ah, dia selalu seperti itu. Wajahnya tidak bisa terkontrol dengan baik. Aku menggeleng.

"Kau bisa membelinya lagi, Jin Hyeong."

Kulihat ia menghela nafas. "Hah benar juga. Kenapa aku harus membuang tenaga hanya untuk mengomel karena kacamata ku? Toh dia tidak akan kembali seperti semula."

Namjoon membungkuk 90 derajat. "Maafkan aku, Jin Hyeong."

Jin memukul pantat Namjoon cukup keras hingga suaranya mungkin saja terdengar sampai keluar kelas. Para murid yang berada di kelasku bahkan sedang menatap aneh keduanya sekarang.

"Aish, sudahlah aku juga minta maaf. Aku terlalu berlebihan memarahimu."

Guru berkacamata bulat memasuki kelasku dengan buku-buku tebal yang ia bawa di tangan kirinya. Beliau menyimpan buku-bukunya di atas meja, barulah setelah itu kelas pun dimulai. Aku hanya menatapnya datar, berusaha menikmati pembelajaran yang guru itu sampaikan.

Tring

Bel istirahat pertama berbunyi. Kami berempat langsung menuju ke kantin, tempat berkumpul kami jika sedang di sekolah. Bisa bersama dengan mereka, aku sangat bersyukur. Mereka selalu memahami ku dan berjalan bersamaku.

Kami sudah berkumpul di tempat andalan kami. Bahkan kursinya khusus di sediakan ada tujuh. Sekarang ini kami sedang menunggu seorang lagi, dia belum datang juga sedari tadi.

"Hyeong!"

Seorang anak berambut cokelat berlarian menghampiri meja kami. Ia duduk di sebelah ku lalu memesan makanan. Kulihat wajahnya begitu lelah dan berkeringat.

"Kau dari mana saja?" tanya orang yang duduk di dekat Jin Hyeong. Dia memiliki mata yang hilang jika tersenyum atau tertawa. Bisa menebaknya?

"Ah itu, guruku memberi tugas yang banyak sekali. Ya ampun kepalaku serasa mau pecah!" serunya seperti anak kecil yang berhasil membuat kami tertawa, termasuk aku. Saat bersama mereka aku tak canggung melakukan apapun.

Drrtt

Handphone ku bergetar. Aku langsung merogoh saku celanaku untuk mengambilnya. Rupanya Tuan Song, dia teman ayahku dan aku menyimpan nomornya hanya sekedar jaga-jaga saja.

Aku mengangkat teleponnya, sedangkan yang lain masih sibuk bergurau.

"Cepatlah pulang, Suga."

"Kenapa?"

"Ibumu, ibumu tertusuk pisau!"

TBC

AGUST ' D || myg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang