Hari ini Jungkook dan Jimin yang berjaga di rumah sakit. Sepulang sekolah dia langsung bersiap dan bergegas menuju rumah sakit. Sesampainya di sana terlihatlah lelaki kelahiran Busan tahun 1995 itu di depan ruang rawat Suga."Di mana Jhope dan Jin hyeong?"
"Mereka sudah pulang. Kau lama sekali, dari mana saja?"
"Aku mandi dulu dan membeli beberapa makanan di minimarket. Nanti malam pasti membosankan kalau tanpa snack favoritku," katanya seraya tersenyum menunjukkan gigi kelincinya yang imut itu. Jimin terkekeh pelan.
"Aku boleh minta kan?"
Jungkook menggeleng cepat. "Tidak, ini semua milikku dan aku membelinya dengan uangku sendiri, hyeong."
Lelaki bermata kecil itu mempoutkan bibirnya kesal. "Ck pelit sekali."
"Sudahlah, kenapa kita hanya berdiri di sini? Ayo cepat masuk bagaimana kalau Suga hyeong membutuhkan bantuan?"
Jimin mengangguk, mereka memasuki ruangan itu secara bergantian. Mata bulat Jungkook mencari-cari keberadaan sosok hyeong-nya yang tak kunjung ia temukan, begitupun dengan Jimin.
"Di toilet?"
Mereka berdua mencari ke semua tempat di ruangan itu. Namun nihil, Suga tak ada di manapun. Keringat serta rasa khawatir menerpa kedua orang itu. Jimin berlari keluar dan menyegat seorang perawat yang tak sengaja melintas di hadapannya.
"Kenapa, kenapa pasien di ruangan ini tidak ada? Apa dia dipindahkan?" tanya Jimin dengan nafas terengah-engah. Tak lama Jungkook juga ikut keluar.
Perawat itu mengerutkan keningnya heran. "Tidak ada pasien yang di pindahkan kemarin ataupun hari ini."
"Lalu kemana pasien yang ada di ruangan ini?! Bagaimana mungkin dia bisa pergi dan kalian tidak melihatnya sama sekali?!"
Jungkook menepuk-nepuk pelan punggung Jimin berusaha untuk menenangkan amarahnya. Orang seperti Jimin kalau marah memang pasti menyeramkan.
"K-kau bisa bertanya dulu ke meja resepsionis. Aku ada urusan jadi maaf aku tidak bisa membantu." Perawat itu membungkuk lalu berlarian meninggalkan mereka.
Jimin menatap tajam perawat itu dengan ekor matanya, nafasnya masih tak beraturan. Tenanglah Park Jimin, tidak baik saat emosi menguasai dirimu. Akibatnya akan sangat buruk karena terkadang seseorang dapat kehilangan kendali karena itu.
"Ayo, hyeong!" ajak Jungkook.
Keduanya berada di depan meja resepsionis dan menanyakan keberadaan Suga. Awalnya mereka memeriksa komputer untuk mencari beberapa data, namun tak menemukan apapun.
Jawabannya ada pada cctv. Kini Jimin dan Jungkook berada di ruang keamanan. Mereka melihat Suga berjalan sempoyongan keluar malam itu tanpa sepengetahuan orang lain. Mata Jimin dan Jungkook membulat, Suga kabur.
Keduanya berlari menuju mobil yang Jimin bawa saat ia menuju ke rumah sakit.
"Kabari anggota Bangtan yang lain kalau Suga hyeong kabur. Sekarang kita harus mencarinya ke basecamp dulu, mungkin dia ada di sana."
Jungkook mengangguk kemudian mengeluarkan handphone-nya. Jimin mengendari mobilnya sangat kencang tanpa memperdulikan keselamatan mereka.
"Jhope hyeong akan datang ke basecamp lima menit lagi," sahut Jungkook dan di balas dengan anggukan singkat dari Jimin.
Basecamp terlihat sangat sepi, namun pintunya tak terkunci. Mereka berdua memasuki rumah Bangtan itu dan terlihatlah seseorang dengan pakaian pasien rumah sakit yang sudah kotor dengan bercak darah kering di bajunya, tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
"Suga hyeong!"
=====
Eun Ra kembali ke rumah Soo Jin, dengan mata merah bengkak dan luka di lengan kanannya. Dia hanya sanggup memencet bel satu kali, tenaganya seakan terkuras habis. Entah itu karena lukanya, atau karena dia menangis.
Soo Jin membuka pintunya sambil tersenyum. "Akhirnya sudah da--"
Matanya membulat begitu ia melihat kondisi sahabatnya. "Seong Eun Ra! Apa yang terjadi padamu?!"
Soo Jin melihat luka tusukan di lengan kanan Eun Ra dan itu semakin membuatnya terkejut. "Ada apa dengan lenganmu itu?! Ayo cepat masuk!"
Eun Ra duduk di sofa hijau milik Soo Jin dengan tatapan kosong. Sahabatnya itu dengan telaten mengobati luka Eun Ra, kebetulan sekali keduanya sama-sama petugas kesehatan di sekolah.
"Ya ampun lukanya cukup dalam, Eun Ra. Apa perlu kita ke rumah sakit? Aku takut nantinya malah infeksi dan bertambah parah."
Gadis itu tak menjawab, sedari tadi ia hanya diam seakan tak mendengarkan perkataan Soo Jin. Sesekali terlihat air mata menetes, namun wajah Eun Ra terlihat biasa saja.
"Eun Ra, kumohon jangan seperti ini. Kau membuatku khawatir."
Eun Ra mengangkat kepalanya, menatap sahabatnya dengan mata sayu dan merah.
"Soo Jin," panggilnya pelan.
"Iya, kenapa?"
"Bisakah kau antarkan aku ke rumah sakit SCENERY?"
Soo Jin mengangguk mantap. Ia segera mengambil dua jaket tebal, sayang sekali Soo Jin tak memiliki kendaraan apapun. Eun Ra memang membawa motornya ke sini, tapi percuma karena Soo Jin tidak bisa mengendarai motor.
"Tidak apa naik bus kan?" tanya Soo Jin sembari memapah sahabatnya menuju halte yang lumayan jauh dari rumah Soo Jin. Eun Ra mengangguk lemah, sebenarnya untuk berjalan saja rasanya sangat sulit. Namun ia harus bertahan.
Masih ada satu hal yang harus ia lakukan.
Mereka sampai di rumah sakit. Tak jarang beberapa orang menatap Soo Jin dan Eun Ra aneh, bahkan ada seorang perawat yang menanyakan apakah Eun Ra perlu di rawat? Namun gadis itu hanya menggeleng, bukan itu tujuannya kemari.
Soo Jin dan Eun Ra sampai di depan sebuah ruang rawat. Meski ragu namun Soo Jin memberanikan diri untuk membuka pintunya. Ia sangat terkejut, pasalnya orang-orang yang berada di dalamnya adalah anggota Bangtan. Mereka menoleh ke arah pintu secara bersamaan.
Air mata Eun Ra mengalir begitu saja saat ia melihat Suga terbaring di atas kasur putih dengan mata terpejam. Dia berjalan perlahan tanpa ditemani Soo Jin di sampingnya.
Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di samping Suga. Hening, tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Eun Ra bisa merasakan kepalanya begitu pusing. Gadis itu menutup matanya sejenak berusaha menahan rasa sakit yang kian terasa.
"Aku menerima permintaanmu, Namjoon seonbae-nim."
Setelah itu, Eun Ra kehilangan kesadarannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.