Sahabatku itu tergeletak begitu saja tepat dihadapanku. Mataku membulat dan dengan sigap aku langsung menghampirinya, begitupun Anggota Bangtan. Kami membawanya keluar dan membiarkan dia di rawat di ruangan yang berbeda.Aku kesal, tentu karena aku tidak mengetahui apapun. Tak peduli kalau Eun Ra sudah bangun aku akan menanyainya, kenapa dia menyembunyikan sesuatu dariku?
"Apa dia sudah sadar?"
Aku bisa melihat sepatu cokelat yang ia kenakan. Ku angkat kepalaku dan terlihatlah seorang pria yang mengenakan baju biru tengah berdiri di hadapanku.
"Belum," jawabku singkat lalu kembali melanjutkan lamunanku.
Dengan ekor mataku, aku bisa melihat dia duduk di sebelahku. "Apa kau sudah tahu semuanya? Kau sahabatnya Eun Ra bukan?"
Aku menghela nafas berat lalu menoleh menatapnya. "Aku tidak tahu! Sebenarnya apa yang kalian inginkan dari Eun Ra?"
Pria itu menatap mataku seperti penuh penyesalan. "Maaf tapi karena permintaanku dia jadi seperti ini."
"Apa maksudmu?" tanyaku masih belum mengerti.
Dia menceritakan semuanya padaku. Bahwa Suga seonbae-nim sedang dalam masa terpuruk sejak kedua orang tuanya meninggal dalam waktu yang berdekatan. Bagaimana dia membunuh setiap orang yang dia rasa mirip dengan kedua orang tuanya, jadi benar yang membunuh murid di sekolah kami adalah Suga seonbae-nim?
Aku menutup mulutku, hampir tidak percaya. Pembunuh yang selama ini aku takuti ternyata berkeliaran di sekitarku. Maaf tapi inilah diriku, aku memang orang yang penakut akan segala hal.
"La-lalu apa hubungannya dengan Eun Ra, dan apa permintaan itu?"
"Aku memintanya untuk membantu anggota Bangtan, merawat Suga hyeong."
Mataku membulat lebar dan hatiku mendadak jadi kesal. "Kenapa kau harus bawa-bawa sahabatku?! Memangnya tidak ada perempuan lain?!"
Pria itu meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku. "Ssttt, jangan berisik ini rumah sakit."
Bibirku mengatup dengan sendirinya, tentu saja aku terkejut. Kulihat dia menghela nafas begitu panjang, sepertinya ini memang masalah yang sangat serius. Aku hanya diam seraya terus memperhatikan wajahnya dari samping. Hanya satu kata yang terlintas di kepalaku.
Dia sangat tampan.
Tepat saat itu juga dia menoleh padaku hingga tak sengaja pandangan kami bertemu. Kalian tahu? Jantungku serasa baru saja mendapat serangan mendadak hingga membuatnya seakan berhenti berdetak, oh ini awal pertama kami bertemu kan?
Pria itu mengalihkan pandangannya ke depan, menatap sebuah pot bunga yang cukup besar.
"Aku tahu ini salah. Dengan membujuk seseorang untuk membantu padahal dia tak ada hubungan apapun dengan masalah ini, tapi menurutku inilah cara terbaik. Entah mengapa aku rasa kehadiran Seong Eun Ra sangat berguna bagi Suga hyeong."
Entahlah, aku tak terlalu mendengar apa yang dia katakan. Mataku terus meneliti wajahnya, dari bibir, hidung, mata, rambut bahkan alisnya yang sesekali terangkat. Hingga tak sadar mulutku terbuka.
Dia kembali menoleh padaku dengan alis mengerut. "Kenapa mulutmu terbuka seperti itu? Kau haus?"
Aku mengedipkan mata berkali-kali, ayolah sadar Lee Soo Jin! Spontan tangan kananku menampar pipi ku sendiri hingga aku meringis, aku baru saja bertingkah bodoh di hadapan laki-laki tampan ini.
Ku dengar pria itu terkekeh kecil. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya membuat kepalaku spontan menoleh padanya. Dia benar-benar tampan, kenapa aku baru menyadarinya sekarang?
Ceklek
Kami menatap seorang dokter yang keluar dari ruangan tempat Eun Ra di rawat. Kami berdiri secara bersamaan di hadapan dokter itu dengan raut wajah khawatir.
"Dia baik-baik saja. Kurasa pasien hanya kurang istirahat dan makan, kalian boleh masuk ke dalam untuk melihatnya."
Aku tersenyum dan membungkuk hormat. "Terimakasih," ucapku sopan, dokter itu mengangguk kecil lalu pergi meninggalkan kami.
Eun Ra sudah bangun, seorang perawat berada di sampingnya sambil mengecek kondisi sahabatku itu. Sungguh, rasanya baru pertama kali aku melihat Eun Ra pingsan hingga di bawa ke rumah sakit seperti ini.
Eun Ra kelihatan terkejut saat pria yang berada di samping ku juga berada di sini. "Namjoon seonbae-nim? Apa yang kau lakukan di sini?"
Namjoon seonbae-nim, dia tersenyum hingga terlihatlah lesung pipinya yang menggemaskan itu. "Kau benar-benar ingin melakukannya?"
Eun Ra terdiam. Aku bisa melihat berbagai keraguan di matanya, namun tak sangka Eun Ra justru mengangguk. "Aku sudah memikirkannya dengan baik."
"Sudah siap dengan resiko yang akan terjadi padamu nanti?"
Mendengar itu mendadak hatiku terasa tidak tenang, apa Eun Ra juga merasakannya? Entah kenapa aku tidak yakin apa semuanya akan berjalan baik atau tidak.
Lagi-lagi Eun Ra mengangguk. "Apapun itu, bahkan nyawaku."
"Apa yang kau bicarakan?!" teriakku spontan membuat kedua orang itu menoleh padaku dengan alis mengerut.
Namjoon seonbae-nim tersenyum, entah senyum apa yang pasti aku tidak bisa mengartikannya. "Ini rumah sakit, sudah kubilang bukan?"
Aku hanya bisa diam dan mendengar percakapan mereka yang tidak semuanya ku mengerti.
"Untunglah kelakuannya itu tak pernah ketahuan oleh polisi," celetuk Eun Ra yang membuat Namjoon seonbae-nim tertawa keras. Aku dan Eun Ra menatapnya heran, apanya yang lucu?
"Kau pikir selama ini aku dan teman-temanku hanya diam begitu? Tidak, setiap Suga hyeong melakukan aksinya kami langsung menghilangkan semua jejak. Perlu kalian tahu bahwa semua itu tidaklah mudah."
"Bukankah itu artinya kalian sedang melindungi seorang pembunuh?" tanyaku spontan membuat kedua orang itu menatapku tajam.
"Suga hyeong bukanlah pembunuh. Jangan pernah mengatakan hal itu lagi di hadapan ku, Lee Soo Jin."
Eun Ra ikut menambahkan. "Jangan dibiasakan menilai seseorang karena perilaku atau tampang mereka, Soo Jin. Tidak semua orang sesuai dengan apa yang kau pikirkan."
Huh, iya maaf. Aku salah bicara.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.