Bagian 26

247 35 16
                                    


Hari ini aku langsung pulang ke rumah tanpa berkumpul dengan siapapun. Hatiku sedang tak tenang, meskipun aku tidak yakin ayah akan pulang tapi firasatku mengatakan bahwa dia memang akan pulang hari ini.

Tentu saja untuk memarahiku.

Selama di perjalanan aku terus berdoa agar ayahku sibuk hingga membuatnya melupakan kejadian tadi pagi. Bodohnya aku, malah mengambil jalan pintas dan bolos mata pembelajaran. Tapi Suga seonbae-nim benar-benar dalam keadaan buruk.

Sesampainya di rumah, aku terus menghela nafas berat. Dengan tangan dingin aku memegang kenop pintu lalu membukanya secara perlahan. Kepalaku menengok ke kanan dan kiri, hening. Sepertinya tidak ada siapapun.

Ku hembuskan nafas lega, tidak ada ayah. Aku tersenyum senang dan bersenandung kecil berjalan menuju ke kamarku.

"Baru pulang, anak nakal?"

Deg. Ku hentikan langkahku karena kaget. Perlahan aku berbalik badan, ternyata ayah sudah berada di belakangku dengan tangan yang ia lipat. Matanya menusuk tajam padaku, dia masih mengenakan seragam kerjanya.

"A-ayah? Ka-kapan kau di sini?" tanyaku gugup dan berusaha untuk tetap melihat matanya.

Matanya menyipit lalu ayah berjalan mendekatiku, dia menghembuskan nafas pendek. "Kenapa kau bolos?"

"Aku, aku ada urusan sebentar."

"Urusan apa? Lebih penting dari pembelajaran mu di sekolah, Seong Eun Ra?"

Aku memang buruk dalam berbohong. Karena tak sanggup menatap matanya pada akhirnya aku menundukkan kepalaku seraya mengigit bibir bawahku. Tatapanku jatuh pada kedua jari telunjuk yang sedang kumainkan.

"Maaf, ayah."

Terdengar helaan nafas berat dari ayah. Aku menutup mataku kuat dan tak lama sebuah tangan memegang bahuku lembut. Ku angkat kepalaku sambil menatap mata ayah sendu.

"Jangan di ulangi lagi, ayah tidak mau kau menjadi manusia yang bodoh."

Aku mengangguk mantap dan tersenyum. "Aku janji! Terimakasih, ayah!" seruku lalu memeluk ayahku erat.

Aku merindukannya, seakan sudah lama sekali dia tak pulang ke rumah. Meski hari ini dia datang hanya karena aku bolos, aku tetap senang. Yah walaupun tadi sempat takut juga sih.

Drrtt Drrtt

Handphone ayahku berdering hingga sekarang ia tak lagi memelukku. Aku mempoutkan bibirku sendiri karena kesal, tidak bisakah dia meluangkan sedikit waktu bersama anak tunggalnya ini?

"Ada apa, Ji Woon?"

Hanya itu, lalu ayahku bungkam seperti sedang mendengarkan cerita seseorang dengan serius. Sesekali matanya menyipit dan menoleh ke arah lain seakan sedang berpikir.

"Kau yakin?" ucapnya lagi. Lalu tak lama terlihatlah senyum hangat di wajahnya.

"Bagus, aku akan ke kantor sekarang."

Ayahku memutuskan sambungan teleponnya lalu menepuk-nepuk puncak kepalaku.

"Ayah ada pekerjaan, ingat jangan pernah kau ulangi perbuatanmu itu. Mengerti?"

Aku mengangguk lemas. Dia tersenyum singkat lalu berjalan keluar dari rumah. Apa harus seperti ini ya agar ayah pulang? Aku harus membuat masalah dulu baru dia sadar akan kehadiranku.

=====

Sial sekali aku bangun telat hari ini. Tanpa sarapan aku segera berlari dan mengambil tasku, kuharap bus menuju ke sekolah belum terlewat. Namun nahas, dari jarak beberapa meter aku bisa melihat bus tujuan sekolahku telah pergi tanpa menungguku, ah benar-benar hari yang buruk.

AGUST ' D || myg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang