Aku tidak tahu, antara takut dan tak percaya diri. Namjoon seonbae-nim terus menghubungi ku dan selalu mempertanyakan hal yang sama setiap kali aku bertemu dengannya."Apa kau menyetujui permintaanku?"
Selalu itu, dan aku hanya bisa menjawab bahwa aku perlu waktu. Sepertinya Suga seonbae-nim masih di rumah sakit. Sudah empat hari kebelakang dia tak terlihat berkumpul bersama anggota Bangtan yang lain. Bahkan kulihat, dari mereka bertujuh hanya empat orang yang sekolah.
Kurasa mereka bergantian berjaga di rumah sakit. Pernah suatu hari Jungkook juga tidak masuk dengan alasan ijin. Aku hanya bisa berdoa semoga saja Suga seonbae-nim bisa cepat sembuh.
Hari ini aku bisa melihat Jungkook di kursinya. Ada yang janggal, pipi bagian kirinya seperti terluka dan sedikit bengkak. Dengan berhati-hati aku berjalan menghampirinya.
"Kau mau kemana? Ayo ke kantin!" ajak Soo jin padaku. Namun aku hanya membalasnya dengan senyuman singkat.
"Kau duluan saja."
Awalnya Soo Jin terlihat heran, namun kemudian dia mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkanku. Sekarang di kelas ini tinggal tersisa aku, Jungkook, dan beberapa murid laki-laki lainnya.
"Jeon Jungkook," panggilku membuat lelaki bergigi kelinci itu mengangkat kepalanya. Tadinya dia sedang membaca suatu artikel di handphone berwarna silver miliknya.
"Boleh aku duduk di sini?" tanyaku sopan. Dia mengangguk lalu kembali fokus ke aktivitas yang ia lakukan sebelumnya.
"Jungkook, apa Suga seonbae-nim sudah pulang dari rumah sakit?"
"Belum," jawabnya singkat tanpa menatapku. Dia ini seperti marah tapi mana mungkin, aku baru pertama kali berbicara dengannya.
Aku bungkam. Ya ampun bagaimana ini? Aku sendiri bahkan tidak tahu harus berkata apalagi. Tadinya aku ingin mengatakan padanya bahwa aku tidak akan menerima tawaran dari Namjoon seonbae-nim. Tapi, bukankah ini tidak ada hubungannya dengan Jungkook?
Namun tetap saja, aku sudah terlanjur mengajak Jungkook berbicara.
"Hanya itu yang kau tanyakan?" tanyanya membuatku tersadar dari lamunanku. Aku menatapnya dengan ekspresi andalanku, mulut terbuka dan mata yang melebar.
Ku lihat dia menghela nafas berat. "Boleh aku bertanya padamu?" tanyanya, aku mengangguk.
"Aku tahu kau tidak berhubungan apapun dengan Suga hyeong. Tapi bisakah kau menerima permintaan Namjoon hyeong?
Bahuku menurun. Sepertinya memang inilah saatnya aku menjawab pertanyaan itu. Bukannya aku tidak mau menolong, aku hanya tidak ingin terlalu mencampuri urusan orang lain. Di dalam kehidupan Suga seonbae-nim aku tak lebih dari sekedar penggemarnya saja, bukan sebagai penyelamat.
"Maaf Jungkook, tapi aku tidak bisa."
Jungkook menatapku dengan mata yang penuh harap, tolong jangan tatap aku seperti itu Jeon Jungkook. "Kenapa?"
Aku tersenyum walau sulit. "Aku hanya seorang penggemar dari Suga seonbae-nim, dan akan selalu seperti itu."
"Apa sulit bagimu membantu sesama manusia?"
Jleb. Mendengarnya entah kenapa membuatku kaget. Apa aku sejahat itu? Aku hanya melakukan apa yang menurutku baik untuk kedepannya, lalu kenapa Jungkook berkata seperti itu?
"Kenapa bukan gadis lain? Kenapa harus aku?" tanyaku balik dengan nada bicaraku yang mulai meninggi, aku kesal.
"Karena kau adalah penggemarnya. Kau satu-satunya gadis di sekolah ini yang selalu memperhatikan Suga hyeong. Apa sangat sulit bagimu melakukan semua ini hanya sebagai penggemar saja?"
Aku terdiam, selang beberapa menit aku berdiri dan meninggalkan ruangan kelasku dengan perasaan campur aduk. Aku berjalan sambil menunduk, bukan ke kantin melainkan toilet.
Bruk
Aku menabrak seseorang namun dia tidak jatuh. Aku membungkuk sebagai permintaan maaf tanpa melihat siapa orang itu. Baru satu langkah namun kurasakan tangan seseorang memegang pergelangan tanganku dari belakang.
"Song Eun Ra? Ada apa?"
Soo Jin. Akhirnya aku mengikuti langkahnya menuju kembali ke kelas. Katanya tak lama lagi jam pelajaran terakhir akan masuk. Aku tidak bisa menyangkal dan hanya bisa diam mengikuti temanku ini.
Tring
Bel pulang berbunyi. Aku langsung berlari sembari menarik tangan Soo Jin agar kami bisa pulang cepat, aku tidak ingin bertemu dengan Jungkook, Namjoon seonbae-nim, atau bahkan anggota Bangtan yang lain.
"Hei kau ini kenapa?" tanya Soo Jin begitu kami telah duduk di dalam bis.
"Boleh aku menginap di rumahmu malam ini?"
Soo Jin menatapku heran. "Kenapa mendadak sekali? Kau ini sebenarnya kenapa sih, ada masalah?"
Ku gelengkan kepalaku lalu menutup mata, aku benar-benar lelah. Berlari dari kelas hingga ke halte ternyata cukup menguras tenaga juga. Soo Jin terus menggoyangkan tubuhku dan bertanya ada apa, tapi aku hanya diam.
"Sudahlah aku tidak apa-apa. Memang salah ya merindukan teman sendiri?"
Akhirnya gadis itu terdiam, lalu tak lama senyuman merekah di wajahnya. "Bisa saja kau ini. Eh tapi kau bisa membelikan beberapa snack untukku 'kan?"
Aku mengangguk. "Oke, sekalian kita nonton film saja bagaimana?"
Soo Jin bersorak senang. "Ide bagus!"
Malam pun tiba. Aku berjalan sendirian di gang sempit, aku baru saja membeli beberapa snack pesanan Soo Jin di minimarket. Sebenarnya aku tak takut, hanya saja cuacanya begitu dingin hingga membuat tubuhku sedikit menggigil.
"Tolong jangan bunuh aku--"
Rintihan seseorang terdengar tak jauh dari posisiku. Aku menoleh ke kanan dan kiri mencari suara itu. Aku berjalan perlahan, dan akhirnya aku menemukan seorang wanita paruh baya yang tengah ketakutan. Di depannya seorang pria berdiri dengan cutter di tangan kanannya.
Aku terkejut hingga spontan kresek belanjaanku terlepas begitu saja dari genggaman tanganku. Aku menutup mulutku dengan kedua tangan agar tak mengeluarkan suara apapun. Pria itu tertawa dengan suara serak.
Dia, Suga seonbae-nim.
Bukankah Jungkook bilang dia belum pulang? Lalu siapa orang ini? Mana mungkin aku salah lihat. Dia bahkan masih mengenakan pakaian pasien rumah sakit. Tak sadar air mata keluar begitu saja dari mataku.
"Kau seperti ibuku, selalu berbicara manis padahal kau adalah seorang penipu!" teriaknya keras seraya mengangkat cutter itu tinggi-tinggi.
Aku berlari lalu memeluk wanita paruh baya itu. Ku rasakan sebuah benda tajam menusuk lengan kananku kuat. Aku hanya bisa menutup mataku, menahan rasa sakit yang semakin terasa setiap detiknya.
Aku menoleh dan menatap Suga seonbae-nim. "Ku mohon hentikan, seonbae."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.