Sepulangnya dari penjara, gadis itu kembali mengantarku ke basecamp. Tidak ada tempat untukku beristirahat selain di rumah dan basecamp. Gadis itu melajukan motornya, sungguh aku sangat berterimakasih.Aku berjalan pincang mendekati pintu basecamp, lampunya masih menyala terang. Kalau dikira-kira mungkin sekarang sudah pukul dua pagi, tidak biasanya anak-anak Bangtan bergadang seperti ini.
Ku tarik kenop pintu itu kemudian mendorong pintunya ke dalam. Tatapan mereka langsung mengarah padaku. Aku mengerutkan kening heran, pasalnya mereka tengah duduk melingkar seakan sedang merundingkan sesuatu.
"Ah, Suga hyeong. Apa kaki mu masih terasa sakit?" tanya Taehyung tiba-tiba. Tunggu, apa mereka tidak akan menanyakan soal kematian ayahku?
Aku berjalan dan duduk di salah satu kursi dengan bantuan Jin hyeong. "Seharusnya kau banyak-banyak istirahat dan tidur. Kalau keliaran terus kapan kau akan sembuh?"
Hening. Jungkook yang sibuk menghabiskan snack kentangnya sembari menonton acara televisi. Taehyung, Jimin, Jin hyeong dan Jhope yang menonton sesuatu di handphone milik Jin hyeong dan Namjoon, dengan bukunya.
"Soal ayahku..."
Mereka mengalihkan perhatiannya padaku. Situasi ini benar-benar membuatku takut, apa mereka akan tetap menerimaku sebagai teman dan anggota Bangtan? Ku harap begitu.
Aku menunduk menatap lantai. "Bukan Tuan Song yang membunuh ayahku, tapi--"
Keenam orang itu menatapku dengan mata menyipit. Suasananya hening, hanya terdengar suara yang timbul dari televisi. Ku tutup mataku kemudian menarik nafas dalam-dalam.
"Akulah pelakunya."
Entah bagaimana reaksi mereka. Tapi yang kurasakan sekarang adalah suasana hening nan mencekam. Aku yakin mereka sangat kecewa padaku. Bangtan tidak mungkin menerima seorang pembunuh sepertiku.
"Hyeong."
Seseorang duduk di sebelahku seraya merangkul bahuku. Aku membuka mata lalu menoleh, ternyata Jungkook. Dia tersenyum hangat begitupun dengan anggota yang lain. Apa yang terjadi?
"Kami sudah tahu itu," kata Jungkook, yang lain hanya mengangguk.
Aku menatap anak ini heran. "Dari mana kalian mengetahuinya?"
"Seong Eun Ra. Hyeong, dia adalah teman sekelasku. Saat kau pergi begitu saja dengannya, jelas saja hal itu membuat kami cemas. Akhirnya aku menelepon Eun Ra dan menanyakan apa yang terjadi. Dia menceritakan semuanya."
"Aku tahu kau pasti sangat tertekan, hyeong. Ini bukan sepenuhnya salahmu," tambah Jimin. Apa dengan begitu artinya mereka masih menerimaku?
"Kalian tidak marah padaku?" tanyaku, mereka menggelengkan kepalanya sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan ku itu.
"Terimakasih," ucapku seraya tersenyum kecil. Mereka menghampiriku. Seperti biasa, kami melakukan pelukan persahabatan ini. Ah tidak, bukan sahabat. Melainkan saudara.
"Kau bisa menghadapinya, hyeong."
=====
Hari itu aku tak bisa tidur sama sekali. Mereka menyuruhku untuk tidur di kamar dan aku hanya bisa menurut. Sungguh, mataku terasa sangat berat entah karena terlalu banyak menangis. Tapi anehnya mataku tak kunjung terpejam.Aku bangkit dari kasur. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul enam pagi. Mereka berenam masih tertidur pulas di ruang tengah. Aku tersenyum kemudian membangunkan mereka satu persatu.
Semuanya sudah berkumpul. Jin hyeong mengeluarkan handphone-nya untuk memesan beberapa makanan. Setelah makanan itu datang, kami melahapnya bersama di ruang tengah.
"Aku tidak akan sekolah hari ini. Namjoon, katakan bahwa aku sakit."
"Kau bahkan bermain basket saat kakimu masih terluka. Lalu sekarang? Kau tidak sekolah tanpa alasan yang jelas. Cukup mencurigakan," kata Jhope yang sukses membuat anggota lain mengangguk.
Sulit memang menyimpan rahasia dari mereka.
Ku hela nafasku pendek. "Sebenarnya aku ingin ke kantor polisi. Aku akan meluruskan semua kesalahpahaman ini."
Uhuk uhuk. Jungkook tersedak makanannya sendiri. Jimin mengambilkannya segelas air dan anak itu segera meminumnya. Setelah itu, ia menatapku dengan mata tajam.
"Kau akan menyerahkan dirimu begitu, hyeong? Oh yang benar saja kau itu masih muda! Masa depanmu masih panjang!"
Anak ini sudah dewasa saja. Dia membentakku seperti itu dan menurutku itu adalah hal wajar. "Tidak mungkin jika aku membiarkan orang tak bersalah terkena hukumannya."
"Ya biarkan saja! Kenapa juga Tuan Song mengaku seperti itu, pasti ada alasannya."
Aku berdiri dari posisiku. "Kau benar Jungkook, pasti ada alasannya. Baiklah aku akan menemuinya dan menanyakan kenapa dia melakukan ini."
Aku berjalan menuju keluar basecamp. Hingga langkahku terhenti karena teriakkan seseorang.
"Tunggu!"
Aku menoleh ke belakang, terlihat Namjoon meminum air mineralnya kemudian berdiri dan berjalan menghampiriku.
"Aku akan menemani Suga hyeong ke kantor polisi. Kalian tolong tetaplah sekolah dan untuk Jhope dan Jin hyeong, katakan bahwa kami ijin karena ada acara keluarga."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.