Bagian 4

466 67 13
                                    


Brak

Refleks aku menggebrak meja kantin, membuat para pengunjung kantin menoleh padaku termasuk anggota Bangtan yang lain. Mereka semua menatapku dengan alis mengerut.

"Hey, ada apa?" tanya Jin Hyeong padaku.

Tidak, bukan saatnya menjawab pertanyaan sekarang. Aku berlari keluar dari kantin, melewati setiap kelas tanpa berhenti sedetik pun. Aku tidak peduli dengan tatapan aneh setiap orang padaku, yang ada di pikiranku sekarang adalah,

Bagaimana keadaan ibu?

Keluar dari wilayah sekolah tidaklah mudah. Ingin rasanya aku menghancurkan gerbang besar itu dan segera menuju ke rumah. Namun sudahlah, aku tak mau mencari masalah.

Sebelum ijin untuk pulang, aku harus meminta tanda tangan guru wali kelasku dan guru dari mata pelajaran yang akan dipelajari nanti. Cukup sulit, mengingat sekarang adalah jam istirahat. Sehingga belum tentu guru yang kucari berada di ruangan yang seharusnya.

Sekitar 30 menit barulah aku mendapatkan tanda tangan guru-guru itu. Aku menyerahkan surat ijinnya pada penjaga gerbang dan setelah diperbolehkan keluar, aku segera berlari mencari taksi. Beruntung aku masih punya uang.

"Bisa dipercepat?" pintaku pada supir taksi. Orang itu mengangguk lalu mempercepat laju kendaraannya. Tidak peduli apapun, yang penting sekarang aku sampai ke rumah sesegera mungkin.

Mobil taksi yang ku tumpangi berhenti tepat di depan rumahku. Begitu banyak orang di sekitar rumah, perasaan ku mulai tak karuan. Apa ibu baik-baik saja? Setelah membayar taksi aku berlari memasuki rumah.

Aku mengatur nafasku yang tak beraturan. Kulihat garis polisi membatasi ruang kamar ibu dan ayahku. Keringatku mengalir dengan deras. Kemudian, tak lama seorang polisi berjalan mendekatiku.

"Kau Min Suga?" tanyanya sembari memegang bahu kiriku.

Aku menoleh padanya dan menatap mata polisi itu. "Di mana ibuku sekarang?"

"Tenang, jangan terburu-buru. Aku ingin menanyakan sesuatu dulu pada--"

Bugh

Aku memukul polisi itu tepat di pipi kirinya hingga ia terjatuh. Seketika seluruh polisi mendekati kami. Aku tidak takut. Belum puas dengan pukulan tadi, aku mendekatinya lagi dan memegangi kerah baju polisi itu.

"Di mana ibuku?!" tanyaku sembari berteriak. Kurasakan sebuah tangan menarikku dari belakang, dia berusaha melepaskan tanganku dari kerah baju polisi ini.

Aku melirik orang itu tajam. "Aku hanya bertanya padanya, dimana ibuku," ucapku pelan. Aku mulai berdiri dan menatap polisi yang satunya lagi. Dia yang sebelumnya menarikku. Aku berjalan semakin mendekatinya.

"Katakan sekarang juga--" Suaraku masih pelan saat ini.

Kemudian baru setelah itu aku kembali berteriak sambil meninju polisi yang satunya lagi, dia juga terjatuh seperti rekannya. "Di mana ibuku?!"

"Hentikan, Min Suga!"

Ku hentikan tangan kananku yang sudah mengepal kuat. Tadinya aku ingin kembali memukul pipi polisi yang satunya lagi. Namun suara orang itu, aku menghembuskan nafas dan berdiri. Berbalik badan untuk melihat orang itu.

Tuan Song.

Dia berjalan mendekatiku, kemudian mencengkram bahu kiriku dengan kuat. Aku hanya terdiam dan menatap matanya tanpa berkedip. Dia juga menatapku, namun dengan tatapan sendu dan iba. Cih, aku benci itu!

"Berhenti menatapku seperti itu! "

"Dengar, ibumu-- "

"Katakan dimana ibuku sekarang?" ucapku memotong perkataannya. Kulihat dia memejamkan mata sejenak kemudian kembali menatapku.

"Dia sudah di bawa ke rumah sakit."

Mendengar itu, aku langsung menepis tangan Tuan Song dan segera pergi berniat menuju ke rumah sakit. Ibu ada di sana dan aku harus melihatnya. Namun tangan seseorang berhasil menghentikan langkahku, aku berbalik badan untuk bisa menatapnya.

"Di mana ayahmu?"

Aku menarik kembali tanganku dengan kasar. "Jangan tanyakan orang itu padaku, kau bisa mencarinya sendiri."

Lagi-lagi aku berlari, dan kembali menaiki taksi. Selama di perjalanan, pikiranku terus mengarah pada ibu. Mungkin beberapa dari kalian bertanya, mengapa aku tidak menanyakan di rumah sakit mana ibuku dirawat?

Hanya ada satu rumah sakit besar disini, jadi mudah bagiku untuk menebak. Sesampainya di rumah sakit aku segera menuju ke meja resepsionis dan menanyakan tentang wanita yang tertusuk pisau.

Aku menemukannya. Ternyata ibuku belum lama sampai disini. Kulihat beberapa perawat yang berlarian ke arah yang sama. Apa yang terjadi?

"Pasien tersebut berada di ruang operasi sekarang. Tusukan pisaunya sangat dalam hingga menembus bagian vitalnya, dan selain itu--"

Cukup, aku tak mau mendengarnya lagi. Aku segera berlari dengan air mataku yang tiba-tiba berjatuhan begitu saja. Tidak, jangan menangis Min Suga. Itu bukanlah jati diriku.

Aku terduduk lemas di depan ruang operasi. Menunduk dan membiarkan air mataku mengalir begitu saja. Apa yang terjadi? Bagaimana ibuku bisa seperti ini? Entah mengapa, pikiranku tiba-tiba saja mengarah padanya. Ayah.

Cukup lama, akhirnya dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang operasi. Aku segera berdiri, dokter itu terlihat terkejut kemudian memperhatikan ku dari atas hingga bawah.

"Kau keluarganya?" tanyanya, aku mengangguk. Sekarang dia memandangku dengan serius.

"Kami sebagai pihak dari rumah sakit memohon maaf yang sebesar-besarnya,"

Tidak, kumohon jangan katakan itu.

"...pasien tidak dapat diselamatkan. "

TBC

AGUST ' D || myg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang