Bagian 12

308 61 14
                                    


Mataku menatap layar televisi itu heran. Beberapa anggota Bangtan yang lain sibuk berbicara buruk tentang Tuan Song. Dia adalah rekan kerja sekaligus sahabat ayahku. Terdengar sangat mengejutkan bila ia dikabarkan membunuh sahabatnya sendiri bukan?

Gadis yang berdiri tepat di ambang pintu itu kini menatapku, begitupun denganku. Antara terkejut dan tidak percaya. Sudah jelas bahwa aku yang telah membunuhnya. Kenapa justru Tuan Song yang tertangkap?

"Suga hyeong kau harus bersabar, terkadang orang terdekat bisa seperti itu."

Aku berdiri dari posisiku kemudian berjalan cepat menuju keluar basecamp sembari menarik tangan Eun Ra. Anggota Bangtan memanggilku beberapa kali, mungkin mereka takut aku akan melakukan hal gila lagi, padahal aku sudah melakukannya.

Ku lihat gadis itu begitu ketakutan. Keringat dingin mengalir deras dari dahinya. Aku hanya bisa menghela nafas panjang sembari menatapnya.

"Dengar, hanya kau yang mengetahui semuanya. Jadi, bisakah kau mengantarku ke rumah sekarang juga?"

Dia mengangguk kecil lalu mulai memasang helm pada kepalanya. Bukannya aku tidak bisa menaiki motor, hanya saja kakiku tidak dalam keadaan baik. Eun Ra mengendarai motornya begitu kencang. Dia kelihatan sangat takut padaku.

Lagi-lagi kulihat banyak polisi dan warga mengelilingi rumahku. Bagaimanapun aku harus jujur pada mereka. Jangan sampai orang tidak bersalah terkena imbasnya hanya karena kebodohanku.

Aku turun dari motor itu. Kakiku sudah ancang-ancang untuk berlari memasuki rumah. Namun ku rasakan sebuah tangan dingin menahan pergelangan tanganku yang membuatku menoleh ke belakang.

"Seonbae, a-apa kau akan menyerahkan dirimu sendiri?" tanyanya gugup. Aku memandangnya datar kemudian menepis tangan itu cukup kasar.

Aku berlari memasuki rumah, persetanan dengan rasa ngilu yang menyerang kakiku. Ada beberapa wajah polisi yang familiar di mataku, mereka berdua yang pernah aku pukul saat ibuku meninggal. Menyadari kedatanganku, polisi-polisi itu menatapku dengan alis mengerut.

"Di mana Tuan Song?"

Polisi yang pernah ku pukuli itu berjalan mendekat padaku. "Oh kau pasti akan memukulnya juga kan? Ayolah kau masih sangat kecil, jangan bertindak kasar pada orang tua," katanya diakhiri dengan tepukan kecil di kepalaku.

Kiranya dia lima cm lebih tinggi dariku. Ku tatap matanya tajam namun kulihat dia hanya menyunggingkan senyum menyebalkan. "Kau selalu saja membuatku kesal, pak polisi."

Seorang polisi lain datang menghampiri kami. "Tuan Song sudah dibawa ke kantor polisi untuk melanjutkan sesi interogasi. Ku pikir sebaiknya kau menginap dulu di rumah saudara atau temanmu, kami akan melakukan penyelidikan di sini."

Aku tidak peduli, lakukan saja penyelidikan sana! Sudah jelas aku yang menancapkan pisau itu hingga ayahku meninggal di tangan putranya sendiri. Aku berbalik dan berusaha berjalan dengan cepat meninggalkan kerumunan orang yang benar-benar memusingkan ini.

Tujuanku sekarang adalah Tuan Song.

Gadis itu masih menungguku. Dia berjongkok sembari memainkan sepatah lidi kecil ke tanah seakan sedang menuliskan sesuatu. Melihat itu, entah mengapa laju kecepatan berjalan ku berkurang. Aku tidak ingin menggangunya.

Namun kurasa tingkat ke pekaan-nya sangat tinggi. Menyadari kedatanganku gadis itu menghentikan aktivitasnya kemudian berdiri menatapku. Matanya sedikit sayu, aku yakin dia sangat mengantuk sekarang.

Aku sudah berdiri tepat di hadapannya. Dia memandangku khawatir. "Bagaimana?"

Ku hela nafasku berat, kemudian menundukkan kepalaku. "Aku terlalu merepotkan."

Hening beberapa saat hingga akhirnya aku kembali mendengar suara gadis itu, dia terkekeh pelan. "Haha apa yang kau katakan? Aku senang bisa membantu."

Ku angkat kepalaku dan terlihatlah dia tengah tersenyum. Matanya menghilang lagi, mungkin memang itulah ciri khas dari senyumnya. Dia benar-benar mirip dengan Jimin saat tersenyum seperti itu.

"Ada lagi yang harus ku lakukan, seonbae?" tanya gadis itu dengan wajah polos.

"Aku harus ke kantor polisi."

Dia mengambil helm, lalu menyalakan motornya. Ia menoleh padaku sembari tersenyum singkat. "Ayo! Aku sudah siap!"

Sungguh aku tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku sekarang. Seharusnya aku mengatakan semuanya pada anggota Bangtan tapi entah kenapa aku takut. Apa mereka akan tetap bersamaku saat mengetahui semuanya?

Mereka adalah segalanya bagiku dan aku tidak ingin kehilangan mereka ataupun salah satu dari mereka. Sekedar membayangkan saja terasa sangat menyakitkan. Pernah ketika aku masih kelas sebelas, Jimin kecelakaan hingga matanya harus mendapat beberapa jahitan. Kala itu aku benar-benar panik begitupun dengan anggota Bangtan yang lain.

Kepergian mereka adalah hal yang paling aku takutkan seumur hidupku.

Selama di perjalanan, kulihat bulan bersinar sangat terang tepat di atas kepalaku. Aku menutup mata, membiarkan hembusan angin malam menerpa wajahku. Padahal tadi cuacanya sangat gelap, kenapa sekarang jadi terang bulan?

Kami sampai di kantor polisi. Tidak banyak petugas polisi pada malam ini. Aku dan Eun Ra memasuki kantor polisi itu dan pandanganku seketika langsung jatuh pada seorang pria berjas hitam dengan kedua tangan yang di borgol.

"Tuan Song," panggilku pelan. Dia tersenyum singkat padaku, lalu kembali menatap polisi yang duduk di depannya.

"Kenapa kau melakukan pembunuhan itu?" tanya polisi itu dengan tatapan yang mengarah ke bawah, dia sedang menulis sesuatu.

"Aku membenci korban, karena dia adalah saingan beratku," jawab Tuan Song dingin. Seketika amarah yang berada di dalam lubuk hatiku keluar begitu saja.

Aku berjalan mendekati kedua orang itu. "Tidak, dia berbohong! Tuan Song adalah sahabat sekaligus rekan kerja ayahku!"

Polisi itu terdiam seraya menatapku dengan salah satu alis terangkat. "Kau anaknya Tuan Min Dan Joo? Ku rasa tidak ada yang menyuruhmu kemari."

Aku menutup mata sejenak. "Dengar, Tuan Song tidak bersalah karena--"

Tuk

Kurasakan sebuah tangan memegang pergelangan tanganku, gadis itu. Tuan Song menatapku dengan tatapan sendu. "Tolong tutup kasus ini. Karena sudah jelas bahwa aku yang telah melakukan pembunuhan itu."

Tuan Song, sebenarnya apa yang kau inginkan?

TBC

AGUST ' D || myg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang