Bagian 5

461 65 12
                                    


Kau tahu rasanya? Ini seperti sebuah mimpi, aku berharap semua ini hanyalah mimpi buruk ku saja yang akan berakhir begitu aku terbangun. Tapi tidak, ini nyata. Dokter itu tersenyum padaku lalu menepuk bahuku sebanyak dua kali.

"Jangan bersedih. Kau harus tetap berjuang menghadapi kehidupan ini demi membanggakan ibumu."

Dokter itu pergi, meninggalkanku yang masih berdiri tak bergeming di depan ruang operasi. Air mataku terus mengalir sedari tadi. Ini adalah kali pertama aku menangis begitu lama.

Ku tatap ruang operasi dengan pandangan kosong. Secepat itukah dia pergi? Ibu adalah tujuan hidupku, sedari kecil aku selalu ingin menjadi penyebab mengapa ibuku tersenyum.

Drrtt Drrtt

Benda pipih di saku celanaku terus berdering. Aku kesal. Ku ambil benda itu dan langsung ku lemparkan hingga bertabrakan dengan tembok putih di hadapanku. Handphone berwarna hitam milikku hancur seketika.

Mereka yang tak sengaja melewat di dekatku langsung menoleh. Kebanyakan dari mereka menatapku dengan tatapan takut. Aku tersenyum miring, kemudian berjalan meninggalkan rumah sakit.

Ingat, bahwa aku masih memakai seragam sekolah sekarang.

Aku tak peduli, kemana kakiku akan membawaku pergi. Entah berapa lama aku berjalan, sampailah aku di sebuah tempat. Aku tidak mengerti mengapa aku malah menuju kesini, basecamp Bangtan.

Jejak-jejak air mata yang masih tersisa di wajahku, membuatnya jadi terasa lengket. Aku berjalan gontai memasuki basecamp Bangtan, hari ini aku tak melupakan kuncinya.

Pintu terbuka, basecamp Bangtan terlihat lebih rapi dari biasanya. Aku tersenyum dan kembali menutup pintunya. Mungkin sebelum berangkat ke sekolah Jhope menyempatkan waktu untuk membereskan rumah kedua kami ini.

Aku duduk di sofa, menunduk sembari meremas rambutku sendiri. Saat sendirian seperti ini, membuatku terus teringat pada ibu. Seharusnya aku berada di sampingnya, seharusnya aku tidak pergi saat ayah memarahinya.

"Argh!" Aku berteriak, mengeluarkan seluruh rasa sakit yang terus ku pendam selama ini. Air mataku kembali mengalir. Jujur, hatiku sangat sakit.

Aku berdiri dan mulai mengacak-acak barang yang berada di sekitar ku. Entah itu vas bunga kesayangan Jhope, rak buku milik Namjoon, boneka putih beruang milik Jin Hyeong dan yang lainnya.

Kumohon maafkan aku, Jhope.

Tujuan hidupku telah hilang dan pergi untuk selamanya. Pertanyaan nya sekarang adalah, untuk apa aku hidup? Jika tujuanku saja sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Aku melirik pada serpihan kaca yang berasal dari vas bunga milik Jhope. Aku berjalan perlahan mendekati pecahan kaca itu, masih dengan air mata yang mengalir.

Ku miringkan kepalaku, kemudian berjongkok dan mengambil salah satu pecahan yang paling besar diantara pecahan yang lain. Ku arahkan pecahan itu tepat ke urat nadi di tangan kiriku, semuanya akan berakhir.

Brak

"Min Suga!"

Kudengar teriakkan seseorang yang sangat ku kenali. Aku tersenyum, mereka datang. Salah satu dari mereka mengambil pecahan kaca yang sebelumnya kupegang kemudian melemparnya ke sembarang arah.

Dia menarikku hingga akhirnya aku berdiri dan menghadap padanya. "Kau gila?! Apa yang kau lakukan?!"

"Hyeong kau tidak terluka?" Anak bergigi kelinci itu mendekati ku dan memeriksa keadaanku. Aku hanya bisa menatapnya datar.

"Tujuan hidupku telah tiada," lirihku pelan. Mereka berenam menatapku heran. Raut wajah Namjoon terlihat kesal.

"Berhenti bicara seperti itu!"

Aku terkekeh pelan dibarengi dengan air mata yang kembali keluar begitu saja. "Dia sudah tidak ada lagi, dan untuk apa aku hidup?"

Kudengar helaan nafas panjang dari Namjoon. "Sudahlah. Kau lebih baik tidur di kamar, kami akan membereskan semua ini dulu."

"Aku ingin mati saja, dengan begitu aku akan bertemu dengannya dan aku--"

Plak

Tamparan keras mengenai wajahku hingga aku terjatuh begitu saja. Tubuhku serasa tidak memiliki tenaga lagi, kurasakan pipiku yang memanas dan cairan kental keluar dari ujung bibirku.

Sontak semua anggota Bangtan langsung berlari padaku kecuali dia, si pelaku pemukulan pipiku ini. Aku menunduk, berusaha untuk memendam kemarahan ku. Ku kepalkan tanganku erat.

"Suga, kau baik-baik saja?"

"Pergi! " Aku mendorong Jin Hyeong kuat hingga ia juga terjatuh seperti ku. Aku berusaha berdiri, walaupun beberapa kali aku terjatuh lagi. Ku tatap mata Namjoon tajam.

"Jangan pernah berani menamparku seperti itu, Kim Namjoon."

"Tidak ada gunanya kau seperti ini, Suga Hyeong. Kau hanya akan membuat ibumu sedih di atas sana," balas Namjoon lagi membuat emosiku semakin terbakar.

Ku ambil kaleng soda yang berada di bawah kakiku kemudian melemparnya tepat ke arah jendela yang berada di sebelah Namjoon. Meleset beberapa centimeter saja, wajah Namjoon akan terluka karena kaleng itu.

"Suga Hyeong kumohon hentikan! Kau hanya akan melukai dirimu sendiri dan orang lain!" teriak dia yang memiliki kelingking paling kecil diantara kami, Park Jimin.

Aku tak menghiraukan perkataannya. Mataku fokus menatap tajam Namjoon yang masih berdiri di posisinya. "Tenanglah. Gunakan akal sehatmu, jangan sampai kau jatuh pada emosi mu sendiri."

Aku kembali melemparkan kaleng soda yang masih ada di bawah kakiku sembari berteriak. "Kau bisa berkata seperti itu karena kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu!"

Nafasku memburu. Kulihat mereka semua hanya bisa diam dan sebagian lagi menunduk. Air mataku mengalir begitu derasnya, namun kali ini berbeda. Aku benar-benar menangis, kurasakan lutut ku yang terasa sangat lemas.

Bahuku bergetar. Kakiku tak sanggup lagi untuk menopang tubuhku, hingga akhirnya aku terduduk dengan kepala yang menunduk. Seseorang memelukku dari belakang, dia yang tadi pagi berangkat ke sekolah bersamaku. Pemilik senyum kotak, Kim Taehyung.

"Kau masih memiliki kami, Hyeong."

Tangis ku kian menjadi. Mereka berkumpul membuat lingkaran di mana aku berada di tengah. Mereka saling merangkul bahu yang lain dan ikut menangis bersamaku. Bangtan, mereka adalah keluarga ku.

"Seberat apapun masalahmu, kau masih mempunyai kami. Kau tidak sendirian, Min Suga."

TBC

AGUST ' D || myg ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang