Namjoon memapahku hingga sampailah kami di depan pintu UKS. Kulihat beberapa petugas yang sebelumnya berada di dalam UKS keluar seakan melihat siapa yang datang."Tolong, dia terluka," ucap Namjoon dengan nafas yang terengah-engah. Kebanyakan dari mereka perempuan, aish kemana petugas kesehatan yang laki-lakinya?
Kini tanganku melingkar di leher seorang gadis yang jelas-jelas tidak ku kenali. Namun wajahnya terlihat tak asing lagi bagiku. Tapi siapa?
"Tolong obati lukanya. Kakinya tertusuk serpihan kaca dan dia malah bermain bola basket tadi. Saya tidak bisa menemaninya di sini jadi, tolong sekali lagi," kata Namjoon sopan. Gadis yang berada di sebelah ku ini tersenyum lalu mengangguk kecil.
"Baiklah, seonbae-nim."
Namjoon tersenyum hingga lesung pipinya terlihat sangat jelas. "Terimakasih, dan untuk kau Min Suga, jangan menyusahkan mereka. Kau mengerti?"
Aku hanya menghela nafas kesal sambil merotasikan bola mataku. Namjoon benar-benar pergi meninggalkanku, dia memang tipe murid selalu mementingkan pelajarannya. Terkadang aku berpikir, apa dia melakukan itu semata-mata hanya karena takut pada kedua orang tuanya atau ada alasan lain?
"Kenapa seonbae malah bermain basket? Luka di kakimu bisa bertambah parah nanti."
Di sini ada tiga orang petugas dan mereka semua itu perempuan kelas satu. Aku bisa melihat dari pakaian mereka yang terlihat masih baru. Yang aku tahu dari Namjoon, saat sekolah ini kedatangan murid baru maka mereka akan melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilaksanakan oleh kakak kelas mereka.
"Obati saja aku, jangan banyak bertanya."
Kulihat dia hanya tersenyum dan mengambil beberapa peralatan untuk mengobatiku. Samar-samar aku mendengarnya berbicara dengan teman perempuannya yang berambut pendek.
"Jangan berani memulai pembicaraan dengan es dingin itu. Bisa-bisa tekanan darahmu naik nanti."
Aku hanya terdiam sembari menutup mataku sejenak membiarkan mereka mengatakan apapun yang mereka mau. Tak lama setelah itu, gadis dengan kotak obat di tangannya datang menghampiriku. Dia mulai mengeluarkan semacam kapas mungkin? Ah entahlah tapi yang aku tahu dia mau membersihkan lukaku.
"Aku pikir ini akan sedikit sakit, jadi tahan ya seonbae."
Aku menutup mata, yang kurasakan sekarang adalah usapan lembut dan dingin di telapak kakiku. Tk lama setelah itu, dia menekan lukanya hingga membuatku meringis kesakitan.
"Oh maaf maaf, apa terasa sangat sakit?" tanyanya polos. Aku berdecak kesal kemudian membuka mataku untuk menatapnya.
"Obati dengan benar."
Dia menundukkan kepalanya. "Maaf."
Dia kembali melanjutkan aktivitasnya sedangkan aku hanya bisa menutup mataku. Setelah beberapa menit akhirnya luka di kakiku telah dibalut dengan perban.
"Apa kau mau ke kelas? Aku bisa mengantar mu."
Ku gelengan kepalaku sebentar. Gadis ini tak menyerah sama sekali walaupun aku sudah bersikap dingin di hadapannya. Dia terus saja mengajakku bicara padahal dia sudah diperingatkan oleh temannya tadi.
"Eum baiklah. Aku akan membuat surat agar kau tidak-- "
"Temanku akan mengerti. Bisa kau keluar sekarang? Aku ingin tidur."
"Ah tentu saja. Semoga lekas sembuh, Suga Op-- ah Suga seonbae-nim!"
Ucapnya sembari membungkuk 90 derajat. Saat gadis itu kembali menegakkan tubuhnya, aku bisa melihat wajahnya yang memerah. Apa karena ruangannya panas di UKS atau karena dia hampir memanggil ku dengan sebutan Oppa?
Dia berjalan cepat, sebelum pergi ia meletakkan kotak obatnya di tempat semula. Mendengar kata Oppa yang gadis itu ucapkan seketika membuatku teringat pada seseorang yang akhir-akhir ini membuat jiwa penasaran ku bangkit.
"Tunggu!"
Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Ia berbalik ke belakang untuk menatapku.
"Ada apa, seonbae?"
"Siapa namamu?"
Kulihat dia sangat terkejut. Matanya membulat lebar, belum lagi ia mengedipkan matanya berkali-kali seakan-akan tak percaya dengan pertanyaan ku tadi.
"Tapi, tapi kenapa seonbae menanyakan itu?"
"Aku tidak suka mengulang perkataanku. Jika kau tidak mau menjawab, tidak masalah."
Ucapku dingin kemudian mulai membaringkan tubuhku di atas kasur putih ini. Aku yakin dia salah pemahaman tentang pertanyaanku itu.
"Namaku Seong Eun Ra. Kelas 10-1 dan--"
"Aku hanya bertanya namamu," balasku tanpa membuka mata sedikitpun. Hening, tak terdengar apapun hingga akhirnya dengan sangat terpaksa aku membuka kedua mataku yang sebenarnya sudah mulai memberat.
Gadis itu tengah memegang kuat rok nya sendiri, apa dia gugup? Yang benar saja. Ku hela nafasku pendek lalu berkata padanya, "Kau yang suka memanggilku di depan gerbang kan?"
Lagi-lagi matanya membulat. Bisakah dia menghilangkan ekspresi konyolnya itu? Sungguh sangat aneh, ku perhatikan sedari tadi dia senang sekali terkejut ya.
Dia membungkukkan badannya 90 derajat lagi. "Maaf seonbae-nim. Aku melakukan itu karena aku salah satu penggemar mu. Jadi maaf sekali lagi."
Aku menatapnya tajam. Sebenarnya ada sedikit keraguan di dalam diriku sekarang. Apa dia benar-benar penggemarku atau hanya ingin dekat denganku dengan begitu dia bisa mendekati temanku yang lain?
Lagipula siapa yang mau menyukaiku? Bukankah mereka bilang aku ini dingin seperti es, tidak pernah tersenyum dan banyak lagi. Sebenarnya tidak selamanya aku seperti itu, hanya saja jika mereka menganggapku begitu ya baiklah aku akan menuruti perkataan mereka saja.
Aku membaringkan tubuhku yang terasa sangat lelah. Ingat bahwa aku baru saja bermain basket tadi. "Kau boleh pergi."
"Ya?"
Sudahlah, aku benar-benar muak jika berbicara lama-lama dengan gadis ini. Ku tutup mataku bersiap untuk tertidur. Jadwal tidur siang ku akhirnya bisa terpenuhi. Ternyata datang ke UKS tidak buruk juga, terimakasih Namjoon.
Tak lama setelah aku menutup mata, kudengar suara pintu UKS di tutup oleh seseorang. Aku tersenyum dengan salah satu ujung bibirku yang sedikit terangkat.
"Bagus, dia mengerti. "
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.