Suara serak seseorang berhasil memecah keheningan yang menerpa kami. Suga hyeong membuka matanya perlahan, lalu menatap kami satu persatu. Tatapannya terhenti pada gadis berambut cokelat itu. Kulihat Eun Ra melepas tangannya yang sedari tadi di genggam oleh Namjoon hyeong."Kenapa dia ada di sini?" tanya Suga hyeong dingin. Kami berenam hanya bungkam tak berani menjawab, takut kalau kami malah salah bicara dan akan membuatnya marah nanti.
Namun tidak dengan gadis itu, Seong Eun Ra. Karena sering bersama kami jadinya anggota Bangtan juga mengenalnya. Dia tersenyum lebar lalu mengangkat bungkusan makanan di tangan kanannya.
"Aku membawa makanan!"
Dia bersorak senang seakan tak terjadi apapun sebelumnya. Aish apa dia tidak takut? Sepertinya Eun Ra ini belum pernah melihat Suga hyeong marah. Kalau saja dia tahu, aku yakin dia akan pergi ke luar negeri karena takut.
Meski takut aku melirik Suga hyeong, dia menatap gadis itu tajam tanpa mengucapkan apapun. Anggota Bangtan saling menukar pandangan, mereka juga tengah khawatir sama sepertiku.
"Kalian pasti lapar!" ucapnya lalu menyimpan makanan itu tepat di samping Suga hyeong. Aku menutup mataku kuat, firasatku mengatakan akan terjadi hal buruk.
"Pergi," Kata Suga hyeong dingin. Kulihat Eun Ra menatap Suga hyeong polos dengan mata membulat dan mulut terbuka.
"Aku tidak suka mengulangi perkataanku."
Ku lihat tangan Suga hyeong sudah bersiap melempar gelas kaca yang berada di sebelahnya. Mataku membulat, aku berjalan cepat mendekati Eun Ra. Suga hyeong bisa melakukan apa saja saat dia sedang marah dan bahkan orang tak bersalah pun akan terkena imbasnya.
"Pergi kau dari sini!" teriaknya seraya melempar gelas itu.
Aku melindungi Eun Ra tepat waktu, walaupun aku harus merasakan benda itu menghantam punggungku sangat keras. Semoga saja tulangku baik-baik saja.
Eun Ra berada di pelukan ku. Gadis itu terdiam dengan mata berkaca-kaca, aku yakin dia sangat terkejut.
"Sebaiknya kau pulang, aku akan mengantarmu "
Jimin berjalan menghampiriku. "Kau baik-baik saja? Biar aku saja yang mengantar gadis ini."
"Ti-tidak perlu. Aku, aku bisa pulang sendiri."
Gadis itu berjalan sempoyongan keluar dari ruang rawat Suga hyeong. Aku dan Jimin menatapnya hingga ia tak terlihat lagi. Anggota Bangtan yang lain masih sibuk menenangkan amarah Suga hyeong, sedangkan aku dan Jimin memilih untuk keluar dari ruangan.
"Kim Taehyung, kau tidak apa-apa?" tanya Jimin khawatir.
Aku meringis sembari meraba-raba punggungku yang terasa pegal. "Wah, ternyata sakit juga."
Lelaki kelahiran 13 Oktober 1995 itu menyentil dahiku lalu merotasikan bola matanya malas. "Lain kali jangan seperti itu."
"Aku hanya melindunginya, apa aku salah?"
Jimin menggeleng kecil lalu menoleh padaku dan menatapku serius. "Bukankah seharusnya kita meminta maaf pada Eun Ra?"
Aku hanya bungkam menatap Jimin dengan alis mengerut. Aku masih belum mengerti, kenapa kita harus minta maaf?
"Entah sudah berapa kali gadis itu menyelamatkan Suga hyeong, tapi Suga hyeong malah bersikap seperti itu padanya."
Benar juga. Yang aku tahu dia pernah mengantar Suga hyeong saat ayahnya meninggal kala itu dan kalau tidak salah dia juga pernah menyelamatkan Suga hyeong waktu dia mau bunuh diri. Eun Ra memang gadis polos dan baik.
"Apa menurutmu Suga hyeong memang membutuhkan psikiater?" tanyaku yang berhasil membuat Jimin bungkam sesaat. Dia menunduk dengan kedua tangan yang ia satukan.
"Entahlah."
Ceklek
Namjoon hyeong keluar dari ruangan itu. Kami berdua menoleh secara bersamaan.
"Namjoon hyeong?"
"Kalian berdua, ikut aku sekarang."
Awalnya aku dan Jimin saling menukar pandangan karena heran. Namun setelah cukup lama berpikir akhirnya kami menuruti perintah leader Bangtan ini. Aku masih belum paham apa yang akan dia lakukan sekarang.
Namjoon hyeong membawa kami ke sebuah rumah. Sebenarnya tak terlihat asing lagi bagi kami, lokasinya cukup dekat dengan basecamp Bangtan dan kami selalu melewati daerah ini kalau mau ke basecamp.
"Rumah siapa ini, hyeong?"
Namjoon hyeong tak menjawab pertanyaan Jimin. Dia memencet bel rumah itu berkali-kali hingga seseorang keluar dari dalam rumah. Aku dan Jimin kompak membulatkan karena terkejut.
"Seong Eun Ra?"
Kami memasuki rumah Eun Ra dan duduk di kursi yang berada di ruang tengah. Gadis itu membawa nampan dengan tiga gelas air di atasnya. Eun Ra duduk berhadapan dengan Namjoon hyeong.
"Aku sebagai leader Bangtan, meminta maaf padamu karena perilaku Suga hyeong tadi."
Eun Ra tersenyum singkat. "Tidak masalah. Oh silahkan seonbae, diminum."
Namjoon Hyeong menggeleng. "Apa kau menyetujui permintaanku?"
Spontan aku dan Jimin menoleh padanya.
"Hyeong apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan nada kesal. Dia hanya melirikku sekilas lalu kembali memandang Eun Ra.
Gadis itu menunduk dalam-dalam. "Maaf, tapi aku perlu waktu."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.