Bel istirahat pertama berbunyi, membuat kami termasuk seluruh murid yang lain keluar dari kelas mereka. Kurasakan telapak kakiku yang semakin sakit saja, bahkan terasa berdenyut-denyut ngilu. Namun aku tetap berusaha untuk berjalan normal, aku tidak mau mereka khawatir padaku.Aku menutup mataku sejenak, berusaha menahan rasa sakit di kakiku yang semakin terasa begitu aku berdiri dari kursi. Kuharap, Jin Hyeong, Jhope dan Namjoon tak melihatku sekarang.
"Ayo kita ke kantin! Aku benar-benar lapar," rengek Jhope. Dia berjalan terlebih dahulu diikuti Jin Hyeong dan Namjoon di belakangnya. Aku sengaja berjalan paling akhir, dengan begitu mereka tak melihatku berjalan dengan kaki yang pincang seperti ini.
Kulihat ketiga orang itu berhenti tepat di depan pintu kelas. Mereka menoleh ke kanan. Mereka sedang berbicara dengan seseorang. Aku berusaha mempercepat langkahku. Ternyata Taehyung, dia sudah menunggu kami rupanya.
"Ah Hyeong bagaimana dengan kakimu?" tanyanya padaku. Seketika Jin Hyeong, Jhope dan Namjoon menatapku dengan alis mengerut.
"Loh, memangnya kakimu kenapa?" tanya Jhope padaku lagi. Aku menghembuskan nafas kesal. Jadi usahaku untuk menutupi kaki pincang ku ini sia-sia karena Taehyung?
Aku menggeleng. "Hanya cedera sedikit," jawabku singkat.
"Ck ada-ada saja. Ya sudah ayo aku bantu kau berjalan!" sahut Jin Hyeong kemudian berjalan mendekatiku.
Ku ambil beberapa langkah mundur untuk menghindari tangannya yang hampir merangkul bahuku. "Tidak perlu, aku masih bisa berjalan sendiri."
Mereka berempat terdiam menatapku. Ku gelengan kepalaku kemudian berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka. Selain Jhope, aku juga merasa sangat lapar sekarang.
"Hei, tunggu aku!" teriak Jhope kemudian berlari mengejar ku.
Sekarang kami telah berkumpul di kantin, di tempat yang biasa kami duduki. Lagi-lagi, anak bergigi kelinci itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Aku tidak yakin jika dia belajar dengan baik. Bisa saja dia malah bermain dengan teman-teman sekelasnya.
Tak lama, seseorang berlarian menuju ke meja kami. Nafasnya terengah-engah, kemudian ia duduk tepat di sampingku. "Dari mana saja kau?" tanyaku padanya.
"Akhir-akhir ini kau sering terlambat datang ke kantin. Apa tugasmu begitu banyak, Kookie?" Taehyung ikut bertanya pula.
Kulihat dia menggeleng sembari menunjukkan gigi kelincinya yang menggemaskan itu. "Aku bermain dengan Mingyu tadi."
Sudah kuduga. Kulihat para anggota Bangtan yang lain hanya terkekeh pelan kemudian kembali melanjutkan makan siang mereka. Jeon Jungkook, namun kami memanggilnya Kookie. Anak berumur 15 tahun dengan gigi kelinci, luka goresan di pipi kiri dan tahi lalat kecil di bawah bibirnya.
Tring
"Ya ampun kenapa bel masuknya cepat sekali?!" gerutu Jhope. Ia belum benar-benar selesai makan begitupun dengan yang lain. Aku berdiri dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan kantin, mereka mengikuti ku dari belakang.
"Hey kenapa kau berjalan seperti itu, Hyeong?" tanya Jungkook saat dia sudah menyamakan langkah kakinya denganku.
"Hanya cedera sedikit."
"Apa karena kau terguling dari kasur saat tidur?"
Aku memutarkan bola mataku sembari berdecak lidah. "Ayolah, aku tidak seperti mu."
Kudengar Jungkook tertawa kecil. Dia berjalan lebih dulu karena kelasnya berada cukup jauh dari kantin, begitupun dengan Taehyung dan Jimin. Aku, Namjoon, Jin Hyeong dan Jhope memasuki kelas dan segera berganti pakaian.
Pukul satu siang, pelajaran olahraga. Bisa bayangkan bagaimana panasnya? Aku benar-benar tidak suka matahari.
"Ya Hyeong, apa kakimu tidak akan terluka nanti? Kalau kau mau aku akan berbicara pada pak Ahn bahwa kau sakit."
Aku tahu, Namjoon khawatir dan bukan hanya dia tapi yang lain juga. Aku tersenyum singkat. "Aku tidak apa-apa."
Seluruh murid kelas 12-3 telah berkumpul di lapangan basket. Sebelumnya kami diperintahkan untuk duduk terlebih dahulu dan mendengar arahan dari guru olahraga kami. Beberapa kali aku menguap, ya aku mengantuk.
Kami memulai pertandingan. Awalnya Namjoon melarang ku untuk main tapi bagaimana lagi? Aku sangat senang bermain basket. Setidaknya dengan begitu pikiranku bisa sedikit lebih tenang.
Aku bersama empat rekan tim ku yang lain, mereka sekelas denganku. Permainan pun dimulai, saat berlari kakiku terasa semakin sakit. Tapi untunglah aku masih bisa menahannya.
Beberapa menit berlalu, poin tim ku lebih banyak dibanding lawanku. Kami diberi waktu beristirahat sepuluh menit untuk menunggu babak kedua. Biasanya pertandingan bola basket dilaksanakan dengan empat babak. Namun mengingat waktu pembelajaran olahraga hanya sebentar, kami hanya diberi kesempatan dua babak saja.
"Aish, sudah kubilang jangan main! Kakimu bisa semakin parah nanti!" bentak Namjoon padaku. Kulihat Jin Hyeong dan Jhope juga menatapku kesal.
"Aku tidak apa-apa. Kalian tenang saja," kataku pada mereka. Sebenarnya sangat sakit, bahkan aku merasa kakiku seperti mati rasa kalau diam seperti ini. Namun saat bermain basket, kakiku berdenyut-denyut.
Babak kedua dimulai. Aku benar-benar melampiaskan semua kekesalanku pada pertandingan ini. Kesedihan ku, rasa kecewa pada ayahku, semuanya ku lampiaskan pada bola basket yang tengah aku pegang sekarang.
"Horee!"
Mereka bersorak saat aku berhasil memasukkan bola basket ke ring tepat di detik-detik terakhir. Aku tersenyum sejenak, ada perasaan gembira di hatiku walau hanya sebentar. Aku berjalan pincang menghampiri teman-temanku, kali ini aku tidak bisa berusaha berjalan normal. Kakiku benar-benar sangat sakit.
"Ayo kita ke toilet!"
Namjoon memapah ku, Jin Hyeong dan Jhope juga mengikuti kami dari belakang. Sesampainya di toilet, Namjoon menyuruhku untuk berganti pakaian terlebih dahulu sedangkan ia menunggu di luar. Padahal dia bisa menggunakan toilet yang lain kan? Kenapa harus menungguku?
Sekarang aku sudah berada di dalam toilet. Dengan susah payah aku melepas sepatu merah terang itu dan terlihatlah dengan jelas. Bagaimana kaos kaki putihku kini telah berubah menjadi merah karena darah. Pantas saja.
Aku mengambil tissue toilet dan mulai membersihkan darah-darah yang hampir menutupi permukaan telapak kakiku. Cukup lama, hingga akhirnya Namjoon membuka pintu toilet. Matanya membulat lebar dan segera berjongkok untuk memperhatikan apa yang terjadi denganku.
"Kau harus ke UKS sekarang juga!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AGUST ' D || myg ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Life is a daily oscillation between revolt and submission." - Agust D Harap bijak dalam membaca. Cerita ini mengandung beberapa unsur kekerasan. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.