"Mobil anda sudah siap di lowerground tuan, lengkap dengan buket bunga mawar di dalamnya," kata james tanpa jeda.
Tanpa jawaban dari william, langkahnya cepat menuju mobil yang dimaksud james, audi r8 black.
Kacamata manis yang tadi berada di baju kini telah bertengger manis di matanya. Menginjak pedal gas perlahan dengan ditemani sebuket mawar merah di kursi kemudi. Gas otomatis dinaikkan ketika mobil telah melewati gerbang hotel.
Legian adalah tujuannya. Suasana jalanan bali cukup padat hari ini. Ada beberapa peringatan adat yang menyebabkan beberapa jalan ditutup, sehingga kemacetan tidak terhindarkan. Banyaknya polisi seolah tidak menyelesaikan permasalahan kemacetan. Luas jalan yang relatif kecil juga menjadi penyebab kemacetan yang terjadi.
Matahari telah berada tepat di tengah langit. Sinarnya membakar tubuh orang orang yang berjalan dibawahnya, apalagi sebagian dari orang itu mengenakan bikini. Ini adalah daerah kawasan pantai, banyak pantai bertebaran di sini, jadi biasalah bikini juga bertebaran di sini.
Setelah hampir satu jam dia merayap akhirnya sampai di jalanan legian. Jikalau suasana normal seharusnya bisa ditempuh kurang lebih tiga puluh menit. Tak apa, william sudah sangat hafal kota ini, kemacetan panjang tidak begitu berarti karna pemandangan indah dan uniknya upacara adat yang disuguhkan disepanjang jalan.
Seperti biasa, tidak ada yang berubah dengan legian. Masih dengan jejeran pertokoan di kanan kiri jalanan, bar, diskotik, cafe, restaurant dan penginapan. Susah mencari parkir pastinya. Makanya saat membawa mobil seperti ini, william tidak pernah punya niatan untuk singgah. Kalaupun berniat singgah, pastilah dia sudah meminta supir untuk menemaninya.
Menajamkan indera penglihatannya, melihat sekeliling. Dan sampailah di di pantai kuta. Pantai segudang kenangan, bukan hanya baginya tapi juga banyak orang. Biasanya william akan menyempatkan diri untuk surfing di pantai ini, ombaknya yang besar seakan melambai lambai mengajak william untuk menikmatinya. Namun, kali ini bukan kuta tujuannya, ada tempat yang harus dia kunjungi.
Laju mobilnya berhenti pada sebuah jalan yang relatif sepi, berbanding terbalik dengan legian. Ada hamparan rumput hijau di depannya. Hatinya bergemuruh, ada luapan kerinduan yang mau keluar.
"Hai, nice too meet you___." Berhenti di satu titik dengan mawar merah di genggamannya
"Mawar merah yang cantik untuk orang yang yang cantik."
"Tidak usah menghawatirkanku, aku hidup dengan baik, lihatlah sekarang aku menjadi william yang sangat disegani di dunia bisnis___ maafkan aku yang tidak memiliki waktu luang untuk mengunjungimu." William nampak lesu, menghentikan tutur katanya, melihat ke langit dan menarik nafasnya cukup dalam. Dirinya tidak pernah baik baik saja, meskipun ribuan kali mulutnya berkata demikian.
Seperti kaset rusak, memorinya memutar berbagai kejadian lalu. Mengingatnya membuat suasana hati william bertambah buruk. Setidaknya potongan ingatan ingatan itu adalah bagian kenangan dari wanita yang paling dicintainya.
"Aku akan menikah, jadi ada yang akan mengurusku, si tua bangka george yang memilihkannya untukku. Wanita itu orang bali, setelahnya mungkin saja aku akan lebih sering tinggal di bali, apakah kamu senang? Dengan begitu aku akan lebih sering mengunjungimu___ jika kamu tidak menjawabnya, setidaknya berilah aku isyarat." Air mata william menerobos keluar, tidak menghiraukan usaha william yang menahannya. Meskipun sudah terjadi bertahun tahun, namun william tidak pernah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Berjam jam william habiskan di tanah lapang itu. Beberapa kali william mencoba berbicara, menceritakan kehidupan yang dia lalui. Tidak seorang pun william ceritakan perihal ini. Sampai akhirnya tidak ada suara lagi yang keluar dari mulutnya. Kicau burung bersahutan dan angin yang berhembus lebih kencang dari biasanya membuat suasana tidak begitu sepi. Memberikan kekuatan pada william.
Drrt...drrt
Ponselnya berbunyi
"Hallo kakek."
"William kamu dimana? Jangan lupakan malam ini ki___"
Belom sempat george menyelesaikan ucapannya, william lebih dahulu memotongnya, "jam 7 malam kan?"
"Ya."
"Masih ada dua jam lagi kakek," jawab william jengah, ya saat ini adalah pukul lima sore.
"Justru karena masih dua jam lagi, bersegeralah kembali ke hotel, kamu lupa ini adalah jam jam macet, kakek tidak mau kamu terlambat. Pulang sekarang!" putus george final, dia kesal, william seringkali melawan perkataannya.
"Hmm."
"Kamu dimana?" tidak ada jawaban dari william. george tahu saat ini william tidak sedang berada di keramaian, tidak ada suara interaksi manusia ataupun keberisikan kendaraan. "Kamu ke tempat laura?"
"Aku akan kembali"
Pip
Tanda telepon dimatikan sepihak oleh william. Jangan lupakan, ia memang tidak pandai mengucapkan kalimat penutup. Biarlah ia dikatakan kurang ajar, karena suasana hatinya memang tidak bisa dikatakan baik saat ini.
"Aku pulang dulu, si tua bangka george sudah mencariku," ucapannya menjeda, "aku akan kembali lagi secepatnya, baik baiklah, love you."
William berdiri dari tempat bertuliskan nama laura, melangkahkan kakinya menuju mobil. Menyalakan mobil dan berlalu pergi. Sebelumnya ia berhenti di sebuah pos, seperti pos ronda berukuran 3x3. Didalamnya ada seorang lelaki tua, nampaknya dia adalah penjaga dari tempat ini.
"Tuan william, lama tidak berjumpa."
"Ada banyak kerjaan, nitip ya pak, bersihkan tempatnya, jangan biarkan ada kotoran menganggu tempat istirahatnya."
"Siap tuan, itu memang tugas saya."
"Ini ada sedikit untuk bapak." William memberi beberapa lembar rupiah bernilai seratus ribuan ke bapak itu.
"Terimakasih tuan, semoga keberkahan selalu menyertai tuan." William menyunggingkan senyumnya.
Jalan pulang nampaknya lebih macet dari jalan pagi siang tadi. Banyak karyawan yang selesai bekerja di jam ini. Juga banyak turis yang kembali ke tempat menginapnya. Aktivitas siang terhenti dan berganti dengan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
RomanceSeorang wanita yang terpaksa menjalani ikatan pernikahan dengan lelaki yang tidak pernah ia cintai. Bukan karena perjodohan, bukan pula karena kecelakaan, tapi karena desakan dari orang tua uang menginginkannya untuk menikah. Trauma masa lalu menyeb...