Chapter - 10

182 19 2
                                    

Semenjak hari itu, gia lebih menjaga jarak dari william. Bukan dia marah dengan william, dia hanya takut mengecewakan william. Gia sadari william belum bisa menerima dirinya. Meskipun demikian, gia tidak pernah melupakan kewajibannya, mengurusi segala kebutuhan william.

Seperti saat ini, gia masih membersihkan kamar william, mencuci dan menata bajunya. Saat mengambil baju kotor william, sebuah kertas terjatuh.

Gia membungkuk dan mengambil kertas itu. Sebuah foto wanita cantik, tampak seperti buka orang indonesia. Perawakannya mirip william, rambut kecoklatan, hidung mancung, dan bola mata berwarna coklat. Di bawahnya ada tulisan "Laura Carlton".

 Di bawahnya ada tulisan "Laura Carlton"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siapa dia? - batin gia

Pikiran gia melayang, bagaimana kalau wanita dalam foto itu adalah kekasih william? Gia memang belum sepenuhnya mencintai william -lebih tepatnya dia sedang mendefinisikan rasa yang dia miliki untuk william- meski begitu, bagaimanapun gia adalah seorang istri yang tidak ingin diduakan. Jiwa keistriannya meronta tidak terima!

Dibawanya foto itu, gia akan menyimpannya! tidak peduli william marah. Sudah biasa!

***

William menyadari ada yang berbeda dengan sikap gia. Gia jadi cuek, sangat cuek, tidak berbicara sepatah kata pun.

Biasanya setelah menyiapkan makanan di atas meja makan, gia akan menemani william sarapan. Nampaknya pagi ini berbeda, gia sepertinya sibuk -menyibukkan diri- di dapur.

Baguslah, dia cukup sadar diri ternyata - batin william

William pulang dengan membawa seorang wanita one night stand.

"Siapa dia?"

"Bukan urusan kamu."

"Akan jadi urusanku kalau dia ada di sini."

Gia tau kebiasaan suaminya suka berhubungan dengan wanita one night stand. Kakek george yang memberitahunya dulu. Tapi gia tidak menyangka william akan membawanya pulang ke rumah.

"Pergi kamu dari sini "

"GIA," bentak william.

"Kenapa kamu nggak pernah menghargaiku? Aku istrimu, apa pantas kamu membawa pulang wanita lain ke rumah istrimu?"

"Nggak usah drama, pernikahan ini hanya status."

"Terserah apapun itu, aku tidak suka kamu membawa wanita lain ke rumah ini." Gia mengambil nafas panjang, "silakan kamu main sampe puas di luar sana, tapi tidak untuk di rumah ini."

Tatapan william berapi api, gia tidak gentar.

"Bukankah kamu memberikan rumah ini untukku? jadi aku berhak mengusir siapa pun dari rumah ini."

Tatapannya beralih pada wanita yang di bawa william

"Kamu sebaiknya pergi, atau saya panggilkan satpam kompleks."

Tanpa kata wanita itu pun pergi dan william juga ikut pergi dari rumah itu

"William." Wanita itu bergelayut manja di lengan william, meminta perlindungan william.

"Kamu pulanglah, ini." Dikasihnya puluhan lembar uang seratus ribuan kepada wanita itu.

"Tapi kan kita belum___"

"PULANG," usir william.

Dengan bibir yang mengerucut, mau tidak mau si wanita itu pulang.

***

"Ahhhh." Dipukulnya setir mobil keras keras.

William frustasi, baru kali ini di kehidupan seorang william dibentak wanita. Dan wanita itu istrinya, yang dari awal sudah diberi peringatan keras untuk tidak mencampuri urusannya.

Baru kali ini pikirannya kacau karena wanita. Akan sangat mudah bagi william mencampakkan wanita. Tidak ada satu pun wanita yang berhasil menaklukkannya.

Laju mobilnya kali ini tidak memiliki tujuan. Nafsu sex yang sedari tadi menyelimutinya kini hilang entah kemana. Dia hanya berputar putar di sekitar kuta.

Sekitar pukul satu dini hari william memutuskan untuk pulang.

***

Lampu-lampu rumah telah dimatikan. Biasanya lampu tidak akan mati sebelum william sampai di rumah. Mungkin setelah marah marah tadi gia capek lalu memutuskan tidur??

William masih bisa berjalan di tengah kegelapan. Saat akan memegang handle pintu untuk membukanya, william mendengar orang yang sedang menangis di kamar gia. Sangat jelas terdengar, karna tidak ada suara suara yang menganggu.

Dibukalah pintu kamar gia. Gelap, seperti ruangan lainnya.

Disana, di kamar gia, terlihat seorang duduk di atas sajadah, bermukena putih, dengan mulut komat kamit, entah membaca apa william tidak mengetahuinya. Tangannya memegang benda bulat kecil yang william tahu itu bernama tasbih. Sesaat william mengamati gia dengan seksama, tunggu!! Gia menangis, ya gia menangis. Matanya tertutup tapi mengeluarkan air.

Tapi kenapa??

Apakah dirinya yang membuat gia menangis??

Entah berapa puluh wanita yang menangis karna ulahnya, tapi kali ini berbeda?

Ada bagian di hatinya yang sedih melihat itu.

Setiap rumah tangga pasti ada masalah, entah itu cobaan atau ujian. Begitupun dengan rumah tangga gia dan william.

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang