Gia pov
Usia pernikahanku sudah berjalan lebih dari satu minggu. Kami masih terlihat seperti dua orang asing. Tidak ada ucapan sayang seperti pasangan pada umumnya, jangankan ucapan sayang, dia menyapaku saja tidak. Percakapan selalu terjadi satu arah, yup aku yang selalu mendominasi.
Aku selalu menyiapkan makan pagi dengan dibantu bi ratmi. Asisten rumah tanggaku yang seminggu lalu datang itu ternyata suami istri, bi ratmi yang membantuku di rumah dan suaminya pak kardi menjadi sopir pribadi william.
Khusus untuk segala kebutuhan william, aku sendiri yang akan mengurusnya. Seperti membersihkan kamarnya setiap hari. Aku yang mencuci bajunya, menyeterika, lalu menatanya di wordrop. Aku juga yang menyiapkannya ketika dibutuhkan william. Makanan yang dimakan william sering kali aku yang memasak. Setidaknya itulah caraku mengingatkan pada diriku sendiri, bahwa aku adalah seorang istri, sudah menjadi kewajibanku mengurus suami.
"Pagi mas," sapa ku padanya, selalu tidak ada jawaban, terkadang dijawab, tapi hanya berupa deheman.
"Makan pagi pakai roti atau nasi goreng?"
"Roti," sebelumnya aku tidak pernah menyiapkan roti untuk sarapan, mungkin kebiasaan orang indonesia yang selalu memakan nasi. Kebiasaan william adalah makan roti, oleh karenanya aku selalu siap sedia jenis makanan ini setiap hari.
"Kamu nggak pulang malam kan nanti?" ucapku mencoba kemungkinan dia pulang sore.
"Kayak biasanya." Fyi, william itu selalu pulang di atas jam sembilan malam, malah pernah jam satu baru pulang. Apakah menjadi seorang bisnisman begitu banyak tugasnya, hingga setiap hari selalu pulang larut.
"Kurang kurangi pulang malam mas, jaga kesehatan, durasi tidur yang baik itu berkisar diantara tujuh sampai delapan jam. Tapi ku perhatian mas selalu tidur kurang tidak lebih dari lima jam bahkan cenderung kurang."
"Kamu ceramah?"
"Tidak, kalau kamu tidak bisa melakukannya setiap hari setidaknya lakukanlah seminggu sekali. inget, kamu bukan robot mas."
William menaruh makanan yang belum dihabiskannya, lalu berdiri beranjak dari duduknya.
"Mas mau kemana?"
"Berangkat, capek dengerin ceramah pagi pagi," ucapnya menyindirku
Pak kardi sudah bersiap membukakan pintu mobil, william masuk segera memasukinya. Perlahan mobil william meninggalkan halaman mansion.
"Hati hati di jalan mas, semoga harimu diberi keberkahan" - ucapku dalam hati.
Aku melakukan hal yang sama, berangkat ke kantor. Ku ambil scooter maticku dan menyalakannya. Berangkat!
Aku lebih suka naik scooter matic, biar bisa menghirup udara bali. Juga supaya teman temanku tidak syok melihat mobilku, seorang jaksa berpenghasilan tidak lebih dari sepuluh juta setiap bulan mengendari mobil yang harganya milyaran rupiah, nanti dikira hasil korupsi lagi, huft!
***
"Kamu bisa kerja nggak?" ucap william emosi. "Kemarin temen kamu salah di bagian ini, sekarang kamu juga sama. Saya capek terus terusan mengkoreksi hal yang sama kaya gini, kenapa nggak saling belajar sih? Kalian itu bahkan satu divisi."
"Maaf pak," ucap karyawan itu.
"Saya nggak mau lihat laporan bentuk kayak gini lagi, kalau sampe ada lagi entah itu kamu atau yang lainnya, saya akan pecat saat itu juga, sampaikan ke teman teman kamu."
"Si siap pak, sekali lagi saya minta maaf." Suara gemetar itu tercekat seperti orang yang menahan tangisnya.
Tok tok tok
![](https://img.wattpad.com/cover/210184975-288-k589676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
RomanceSeorang wanita yang terpaksa menjalani ikatan pernikahan dengan lelaki yang tidak pernah ia cintai. Bukan karena perjodohan, bukan pula karena kecelakaan, tapi karena desakan dari orang tua uang menginginkannya untuk menikah. Trauma masa lalu menyeb...