Chapter - 20

60 6 2
                                    

"Gia, kemana saja kamu, dari tadi ibu telfon nggak diangkat-angkat," omel ibu gia melalui sambungan telepon.

"Maaf ibu, gia baru bangun," ujarnya sambil mengucek kedua matanya. Gia tidak bohong, akibat begadang semalam menemani william, dia jadi harus kesiangan bangun. Hari ini kebetulan dia sedang kedatangan tamu bulanan, sehingga tidak harus bangun pagi untuk sembahyang.

"Astaga gia, tidak baik perempuan jam segini baru bangun. Nggak malu sama suami, gimana kalau kamu jadi ibu nanti. Mau dikasih makan apa anak suami kalau siang baru bangun," cerocos ibu gia.

"Tidak apa gia, yang semangat buat cucunya. Lanjutkan nak!" teriak bapak dari seberang telpon yang terdengar oleh gia. Bapak mengira, gia bangun kesiangan akibat kelelahan melakukan hubungan suami istri.

"Siap pak! Ada apa ibu telfon gia?"

"Kamu nggak lupa kan sama nikahannya si sekar?"

"Kapan bu?"

"Kamu betulan lupa gia?" teriak ibu tidak habis pikir. Pasalnya dia sudah berkali-kali memberitahu gia perihal pernikahan salah satu sepupunya itu.

"Minggu depan, tepat satu minggu dari sekarang. Ibu nggak mau tau, kalian harus pulang. Jangan sampe ibu malu karna anak ibu yang nggak datang, sedangkan sepupu sepupumu semua pulang kampung."

"Kok ibu bilangnya mendadak sih, kalau gia nggak dapat cuti gimana? Gia juga belum bicara sama mas william."

"Mendadak gimana? Ibu sudah bilang dari sebulan yang lalu. Kalo kamu nggak bisa bilang william, biar ibu telfon sendiri dia," kata ibu jengkel.

"Iya iya gia usahain datang ya," ucap gia mengalah.

"Harus, pokoknya kamu harus datang," final ibu.

Telfon ditutup dengan gia yang berpikir bagaimana caranya kasih tau william. Mungkin kalau dia, bisa ajukan cuti, karna tidak ada kasus mendesak yang perlu di tuntaskan minggu depan, tapi bagaimana dengan william? Akankah dia bisa ambil libur dan pergi menemani gia?

***

"Eh kok udah makan?" tanya gia pada william yang asik memakan sepotong roti dengan selai kacang.

"Nungguin putri tidur lama nggak bangun bangun, udah lapar juga."

"Yaampun, maaf ya mas. Aku keenakan tidur, habisnya tadi malam begadang sampe malam, kan nemenin mas."

"Jadi kamu nyalahin aku? Siapa suruh ikut ikut begadang."

"Bukan, ah sudahlah. Nanti aku masakin buat makan siang. Maaf ya, janji deh nanti masak yang enak."

Mereka saling diam. Gia yang merasa perutnya mulai berontak pun ikut mengambil sepotong roti seperti william. Mereka makan tanpa suara. Senyap. Sampai akhirnya, gia memberanikan diri memulai berbicara saat melihat suapan terakhir roti william.

"Mas, minggu depan ada acara nikahan sepupuku."

William masih diam menunggu kelanjutan cerita gia.

"Mas keberatan nggak kalau kita datang ke sana." Gia mengamati respon william sejenak. "Nggak enak, kan dia dulu juga datang pas kita menikah," lanjut gia.

"Dimana acaranya?"

"Di Solo, seluruh keluarga besarku hadir. Tadi ibu telfon aku, beliau berharap sekali kita bisa datang."

"Mau berangkat hari apa?"

"Mas mau?" tanya gia ekspresif. Dia senang mendengar pertanyaan william.

"Hari kamis aku masih ada meeting dengan client dari Malaysia."

"Kalau begitu kita berangkat hari jumat," putus gia. Dengan senangnya gia berdiri dan refleks melingkarkan tangannya pada william. Dia mencium pipi william gemas. "Makasih suamiku," ucapnya.

William pun memegang pipi bekas ciuman gia. Sedetik berikutnya dia menyunggingkan bibirnya seraya merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

***

Gia mengambil beberapa potong bajunya dan memasukkan ke dalam koper. Rencananya, dia dan william akan menginap di Solo selama kurang lebih sepuluh hari. Tidak sepenuhnya di Solo, karna dia juga ingin berkunjung ke jogya. Ya, sekalian ambil cuti liburan. Anggap saja ini adalah honeymoon yang tertunda. Dia bahkan sudah menyiapkan mentalnya jika nanti william meminta hak nya.

Selain baju, gia juga membawa beberapa sepatu. Make up dan krim wajah juga tak lupa dia siapkan.

Selepas menyiapkan bajunya, dia bergegas mengemas pakaian william. Seperti halnya lelaki pada umumnya, tidak banyak pakaian yang dia bawa. William lebih suka membeli baju di tempat dimana ia kunjungi dari pada harus membawa koper yang berat.

"Penerbangan jam berapa besok nyah?" tanya bibi yang membantu Gia mengemas pakaian.

"Jam 8 bi," jawab Gia. Gia dijadwalakan akan take off pukul 08.35 WITA melalui bandara ngurah rai Bali. Kemudian pesawat akan mendarat di Juanda Surabaya sekitar pukul 8 lewat waktu indonesia bagian barat.

"Nanti selama aku dan mas william pulang, bibi jaga rumah baik baik ya," pesan Gia yang dijawab 'siap' oleh bibi.

***
Ngurah Rai, 07.00 WITA

Hilir mudik orang mendatangi bandara Ngurah Rai Bali. Ini adalah salah satu bandara Internasional di Indonesia, tidak mengherankan kalau sudah padat orang meskipun masih tergolong pagi. Gia dan William akan dijadwalkan boarding pukul 08.05 WITA, oleh karena itu mereka sudah datang satu jam sebelum jam boarding tersebut.

"Siapa nanti yang jemput kita di Bandara?" tanya William.

"Kita nanti turun stasiun balapan, naik becak pulangnya, kan deket dari rumah," jawab Gia santai.

"Hah gimana gimana? Jangan bercanda Gi!" ungkap William. Pasalnya mereka sekarang sedang di Bandara, itu artinya mereka akan naik pesawat bukan kereta, sejak kapan ada pesawat yang mendarat di stasiun kan?

"Iya nanti kan kita turun Djuanda Surabaya, terus kita naik damri dari bandara ke stasiun, ke solonya kita naik kereta deh," jawab Gia.

"Kenapa ga langsung turun di Solo sih, bikin lama aja perjalanan. Surabaya ke Solo itu jauh asal kamu tau."

"Iya aku tau, penerbangan ke solo adanya sore, kamu maunya berangkat pagi."

"Ya tapi___"

"Lagi pula kamu belum pernah naik kereta api di Indonesia kan? Nanti sore kita udah sampai di Solo. Jadi mau naik kereta atau naik pesawat langsung itu sama aja sampainya masih nanti sore. Udah lama juga aku ga naik kereta. Anggap saja kita sedang berwisata keliling setengah pulau Jawa lah," kilah Gia yang panjang lebar. Aslinya mah dia yang pengen sekali berduaan dengan William dalam waktu yang lama. Karena dia tau persis, nanti kalau sudah sampai di Solo, akan sulit menemukan waktu berdua.

"Trus kenapa pakai naik becak segala? Kamu ga kasihan sama tukang becaknya, barang bawaan kita ini banyak Gia," ucap William tegas.

"Itu aku udah lama juga ga naik becak, pengen juga cobain. Tapi kamu tenang aja, kita bisa sewa dua atau tiga becak nanti," ucap Gia dengan cengiran. Dia ngotot ga mau kalah. Dia mau rencananya, angan-angannya, imajinasinya terwujud.

"Terserah, atur aja sesuka kamu," putus William yang dijawab senyuman lebar Gia.

Perhatian.....Perhatian
Pesawat dengan nomor penerbangan GA 110 tujuan Surabaya akan segera berangkat melalui gerbang 1

Pengumuman yang menggema di ruang tunggu bandara itu menandakan bahwa pesawat yang membawa Gia dan William akan segera diberangkatkan.

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang