ଘ⸙͎ ; O3

1.2K 263 27
                                    

             ✵  ·  ✵    ·   ·       ·  ✺        · *       

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.             ✵  ·
✵    ·   ·   
   ·  ✺        · * 
      .        ✹  +      
   .      + .  ⋆


⠀⠀⠀Aku mengumpat-ngumpat dalam hati, kendati sebenarnya dosa, namun entah mengapa tetap kulakukan seolah semangatku terbakar akan hal itu. Manusia kalau sudah berurusan dengan duit emang bakal beda, pantes Jimin diam-diam suka nyuri uang ayah.

Seperti sekarang, kekesalan ku memuncak. Aku terpaksa merelakan dua puluh ribu buat naik grab untuk pulang kerumah. Bayangkan jika uang sebanyak itu kubelikan cilok, tsk! Jimin sialan.

Aku merutuk habis-habisan pada kakak laknat yang diam-diam ternyata pulang sekolah lebih dulu, Jimin si jamet. Ku doain semoga kak Seulgi jadian sama kak Jaebum. Biar dia tau rasa.

Aku capek. Itu umat kayaknya gak pernah sekalipun pengertian dengan adiknya yang cantik ini. Sepatu yang aku incar gak semurah harga cilok barusan, jadi hal yang bisa aku lakukan ㅡdengan amat sangat terpaksaㅡ menabung karna bunda gak mau beliin. Alasannya, sebulan lalu aku juga udah beli sepatu.

Padahal ya, dia aja yang pelit.

Setelah memberi uang ke tukang grab; tentu saja dengan rasa yang gak ikhlas, aku berlari masuk ke dalam rumah. Dengan satu hentakan yang kuat, ku buka pintu utama. Aku udah emosi. Dalam benak sudah ku susun rapi-rapi makian buat abangku tersayang. Setelah ini kupastikan, aku berbakat jadi rapper.

"HEH BANTET!" Makin pertama, pemanasan.

Aku meneriakinya nyaring-nyaring sambil sibuk melepas sepatu. Setelah melempar dengan sembarang ke rak sepatu biasanya, aku buru-buru mendongak dan bersiap memakinya.

"LU KOK MAIN TINGㅡ"

Si bangsat.

Emang si Jamet itu udah kepalang kurang ajar. Didepan ku sekarang, tepatnya diruang tamu, ada sekitar lima orang entah siapa sedang duduk lesehan dikarpet depan televisi. Aku gak bakal salah lihat kalau satu diantaranya ada kak Taehyung!

Aku gak tau aku salah apa, tapi tiap ketemu dia, keadaan ku selalu memalukan.

"Siapa?"

Aku mengenal pemuda yang bertanya barusan. Itu Bobby, terkenal disekolah karna orangnya lawak abis, temennya si Hanbin sama Daniel. Doyannya tiap hari ketawa.

"Adek lu?"

Tebaknya asal. Bibirku menipis, udah pasti kepalang malu ditatap lima pasang mata plus Jimin, si jamet.

"Gak tau, gua gak punya adek."

Jimin menggeleng. Pemuda itu barusan dari dapur. Tangannya dengan cekatan menaruh nampan berisi gelas beserta minumnya. Baik banget, kalau aku yang minta, dia bakal suruh aku sewa pembantu.

"Mbanya salah rumah."

Aku ingin sekali menyumpahinya. Namun aku tau diri, kalau memaki Jimin sekarang yang ada aku makin malu. Jadi, kuputuskan melongos pergi sambil menutupi satu sisi wajah ku dengan telapak tangan.

"Serius adek kandung lu itu?"

Aku mendelik namun tetap melangkah dengan gerakan cepat, emang aku keliatan kayak gembel? Entah siapa yang bertanya, namun itu jelas bukan suara Bobby ataupun Taehyung.

"Anak dapet di eceng gondok."

"JIMIN!"

╰──༄ ‧₊˚─────ℰɴɪɢᴍᴀ───── ❨ ੭♡੭ ❩

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang