ଘ⸙͎ ; 20

924 225 56
                                    

✫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✫ .     ✷ 
✹  ˚              ✧ ˚   
.    .    ⊹   . 
✷   ·   ·         *
    ·✷   .    ·  *  
   ✷        .
    ✷


⠀⠀⠀⠀Kupingku sekarang rasanya panas, lebih panas dari bara api apalagi sengatan matahari siang ini. Akibat upacara tadi pagi dan berkat mulut embernya Hanbin dan kawan-kawan sebangsanya, aku lagi-lagi jadi bahan ledekan seisi kelas.

Aku gak ngerti itu kelas isinya manusia apa setan.  Mulutnya udah kayak lalat dikasih mic, berisik banget.

Aku memijit sebentar pelipisku yang serasa berdenyut-denyut. Posisiku sekarang sedang berjalan menuju kantin seorang diri karna Jennie lebih dulu pergi saat aku masih menyelesaikan catatanku ketika bel istirahat pertama berdering.

Namun seperti hari lagi-lagi tengah kembali mempermainkanku, sekarang ada saja yang membuat rasa kesalku menjadi berkali-kali lipat tambah banyak.

Kupikir aku gak akan bertemu dia secepat ini dan sekarang kenyataan mengkhianati harapanku.

Aku melihat Taehyung.

Lengkap dengan mantannya.

Mereka berdua memenuhi lorong yang tersambung ke kantin dan aku terpaksa berhenti karna mereka berdua menguasai jalan.

Hello, mereka pikir ini catwalk?

"Oh hei!"

Tatapan kita bertemu dan dia tersenyum, bukan Taehyung tapi mantannya. Tangannya melambai setinggi bahu dan berseru ringan menyapaku. Aku mengulum senyum dengan masam.

"Joy ya?"

Bukan, tukang pecel.

"Iya."

"Gue Sowon."

Ih sumpah, aku tuh gak nanya.

Aku melirik Taehyung sekilas. Aku sadar ia tersenyum getir, seperti maling yang ketahuan mencuri daleman anak perawan.

"Salam kenal."

Aku tersenyum tipis dan aku menyesal. Harusnya aku berlaru saja lalu ku tabrak mereka dan acara saling salam seperti ini enggak akan pernah terjadi.

"Kok masih disini? Ayo ke kantin."

Mataku melebar sedetik, aku berjengit kaget ketika sebelah tangan itu berada dibelakang bahuku. Lalu saat aku menoleh, aku melihat wajah Jungkook dan kerutan samar dikeningnya.

"Permisi kak."

Lagi-lagi aku hanya tersenyum sekilas tanpa repot-repot menatap mereka atau rasa kesalku semakin menjadi-jadi.

"Pulang sama gue."

Aku terpaku sebentar. Langkah kita terhenti saat jemari Taehyung itu meraih pergelangan tangan kiriku. Aku menunduk, menatap pada tangan itu sebelum suara dari samping Taehyung menyahut.

"Bukannya lo janji pulang sama gue, Tae?"

Aku hampir tertawa. Selaan itu bikin aku ingin sekali berteriak kehadapan wajah Taehyung. Terlebih saat melihat wajahnya yang sarat akan kegetiran.

"Gue pulang sama Jungkook."

Aku menghempas tangannya dengan kuat, enggak peduli jika sekalipun tindakan itu melukainya. Wajahku enggak bisa ku kontrol lagi, gak ngurus sama sekali kalau si Sowon Sowon itu kesal dengan aksiku.

Kita berdua pergi meninggalkan mereka dengan rasa kesalku. Aku sempat melirik kearah Jungkook yang terlihat sempat menoleh kebelakang.

"Mau makan apa?"

Suara Jungkook terdengar, seperti menyiram api dengan air. Aku merasa tertolong dengan kehadirannya. Cowok itu masih merangkulku. Membiarkan beberapa murid yang kebetulan menatap terang-terangan kearah kami.

"Mau makan mie."

Balas ku tanpa minat sedikitpun. Rasa kesal masih menguasaiku dengan baik. Padahal ini bukan jadwalku PMS.

"Kak Joy emang suka mie?"

"Iya, Indomie goreng."

"Gue juga suka mie, gak nanya?"

Aku mendengus. Aku juga yakin Jungkook tau kalau aku ini sedang kesal tapi kenapa mulutnya itu mendadak menjadi super bawel?

"Kamu suka mie apa emang?"

Aku dengar dia terkekeh sebelum bahunya itu beringsut dan kepalanya mendekat kesamping telinga kiriku.

"Mie kirin kak Joy."


╰──༄ ‧₊˚──────ℰɴɪɢᴍᴀ─────── ❨ ੭♡੭ ❩

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang