ଘ⸙͎ ; O4

1.1K 262 28
                                    

·   + 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

·   +  .  *  ✦  
·  ˚     *    ˚   
          ✹   ˚    ·
*         ✫       
  *  *      ⋆
✦     ✵ *    ⋆   
.    *



⠀⠀⠀Aku suka perpustakaan. Bukan karna suka baca, tentu aja aku enggak sepintar dan serajin itu untuk baca deretan kata yang keliatan membosankan. Tapi ruangan penuh buku itu sejuknya bikin enak buat tidur. Iya, aku ini pelor. Kerjaanya kalau ada kesempatan tidur, aku pasti tidur.

Bahkan belum genap dua bulan setelah aku masuk SMA, aku pernah tidur dikelas sampai hampir menjelang malam. Jahat banget, gak ada yang bangunin aku tidur padahal udah pulangan, terlebih Jimin juga gak keliatan peduliin aku. Bunda bahkan hampir ngasih aku selimut pas aku ceritain kejadiannya, dia nyuruh anaknya ini buat tidur disekolah aja.

Stress, satu rumah gak ada yang waras.

Selain perpus, aku juga suka ruang UKS. Meskipun gak terlalu menyukai bau obat-obatan, ruang itu gak kalah sejuknya dengan perpus. Kalau lagi jam kosong, aku suka numpang tidur disana.

Namun pengecualian ketika aku sedang merikuk diatas kasur UKS sambil menekan perut yang serasa melilit. Menyebalkan sekali, kenapa seblak pedas yang aku sukai itu bikin perut aku kayak gini?

"Ini ditaruh dimana, bu?"

Mata ku mendelik. Aku cukup mengenal suara bariton yang terdengar didaun pintu sana.

"Diujung sana tuh, tolong ya Taehyung."

Kan.

Bibirku mencebik. Gak salah mengira bahwa itu memang si bongkahan es. Aku jadi kesal, akhir-akhir dibeberapa kesempatan, aku sering bertemu pemuda itu.

Dikantin, atau saat dikoperasi. Dikoridor dan bahkan lapangan. Pada awalnya aku gak masalah, cuman saat aku mengumbar senyum sebatas menyapa senior demi sopan santun, Taehyung seolah gak peduli. Ia hanya melongos pergi dengan muka sedingin es.

Cih, sok ganteng banget pokoknya. Apa dia gak ingat pernah nanyain aku dan bikin aku malu setengah mati ditengah koridor?

"Bisa sakit juga lo ternyata."

Aku sekonyong-konyong membuka mata. Meskipun gak yakin cowok itu bicara pada siapa, namun rentetan kata barusan seolah menyinggungku.

"Atau pura-pura sakit?"

Taehyung berdiri didepan ku. Satu tangannya ia jejalkan ke saku celana sementara mata pulam itu menilai wajahku.

Aku mendengus. Entah kenapa mendadak jadi emosi.

"Gue ini bukan malaikat kak. Meskipun kenyataannya gue secuci dan seindah itu."

Taehyung tertawa. Catat! Wajah super dingin itu mendadak ketawa! Suaranya mampu buat aku keheranan. Yang bener aja, pemuda itu bahkan selalu terlihat judes padaku.

"Magh?"

Iris Taehyung melirik pada obat berwarna hijau diatas nakas. Satu alisnya terjungkit sebelah keatas sebelum kembali menatap padaku.

"Hmm." Aku menjawab seadanya. Pada dasarnya memang malas menimpali, ditambah perutku yang serasa melilit. Entah kenapa dia mendadak sok akrab.

"Kenapa bisa?"

"Tadi pagi buru-buru, lupa sarapan. Terus gue makan seblak."

"Cari mati emang."

Aku mendesah. Demi apapun aku gak butuh omelannya. Suara Taehyung dengan konotasi mengejek itu seolah membuatku mendidih.

Kemudian ketika aku kembali tergeming menatap Taehyung, aku menyadari sesuatu. Tubuhku buru-buru bangkit diselingi dengan suara rintihan kesakitan.

Kenapa sih si Jamet ini satu kelas sama Jimin?

"Jangan bilang Jimin!"

Aku memasang wajah memelas. Menatap penuh harap pada Taehyung yang berada didepannya.

Lalu gak lama, sayup-sayup ku dengar suara diluar sana.

"Ini flashdisknya bu."

Aku melotot. Tebakanku benar. Jadi, dengan satu tarikan kuat, aku menggengam tangan Taehyung sambil menggeleng minta dikasihani.

Kepala pemuda itu menunduk. Menatap pada tanganku yang menggengam pergelangan tangannya. Taehyung diam-diam menarik satu ujung bibirnya keatas. Seringai yang terasa mengerikan bagiku.

"Please, jangan kasih tau Jimin. Entar gue gak bisa makan seblak lagㅡ"

"JIMIN!"

ANJING!

Cari mati emang.

Aku mendadak gelagapan saat telinga ku jelas-jelas mendengar derap langkah mendekat kearah kita berdua. Meskipun tertutup tirai yang menjuntai panjang, melalui celah dari bawah, aku dapat dengan jelas melihat sepatu yang sering Jimin pakai berjalan mendekat kearahku.

"Ngapain lo masih disiㅡ Loh Joy? Lo ngapain?"

Jimin mendelik. Beringsut lebih dekat pada wajah ku yang memias. Matanya kemudian beralih menatap kearah nakas disamping kasur yang aku rebahi.

"A-anu..."

"Perutnya kosong, malah makan seblak."

Ingatin aku, bahwa mulai sekarang Taehyung resmi mengibarkan bendera perang.

"Cari mati ya lo?!"

Aku memejamkan mata. Dalam hati menyumpah serapahi Taehyung yang mengulum senyum didepanku.

"Mulai sekarang uang jajan gue yang pegang. Ngantin bareng gue, gak ada seblak, gak ada tapi-tapian!"

Awas aja lo Taehyung.

╰──༄ ‧₊˚──────ℰɴɪɢᴍᴀ─────── ❨ ੭♡੭ ❩

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang