ଘ⸙͎ ; 28

590 130 19
                                    

·              

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

·               .
   *    
   *         · 
     ·  * .  *  ✧
·.     ˚ . .    
   . ˚    * ·    *
        ✺   *


⠀⠀⠀"Dimalam yang sesunyi ini."

Aku menutup mata dan mengeram dengan sisa kesabaran yang ada. Jimin baru saja menyentak pintu kamarku kemudian bernyanyi dengan suara sumbangnya di ambang pintu.

"Aku sendiri."

Aku mendengus amat keras berusaha memberitahu dia bahwa aku terusik dengan hal itu. Selain karna suara kejepit tikusnya, aku juga sangat terusik dengan gelas berisi es batu yang sengaja diremukkan kedalam gelas plastik besar, lalu dibunyikan seolah dia pengamen.

"Tiada yang menemani."

Sabar Joy, sabar. Jangan beranjak dari rebahan nyaman ini atau kamu bakal kalah. Karna sekali aku emosi, Jimin akan lebih melakukan hal yang bisa buat emosiku memuncak berkali-kali lipat.

"Akhirnya kini kusadari."

Aku menatap Jimin dengan pandangan tajam, berharap semoga tatapan itu bisa membakarnya. Namun alih-alih menoleh, Jimin memejamkan mata sambil mengepalkan tangan kanannya seolah sedang menggenggam michrophone.

"Dia telah pergi."

Jimin setan.

"Tinggalkan diriku."

"KELUAR DARI KAMAR KU GAK?!"

Jimin terlonjak. Gelas ditangannya hampir saja terbanting kebawah.

"Wesss." Jimin menipiskan bibir lalu beranjak mendekati kasurku. Gelas barusan dia taruh diatas nakas samping kasur lalu duduk bersila menghadap kearahku.

"Gimana rasanya galau?"

Aku menatap Jimin sejenak lalu kembali sibuk dengan handphone ditangan ku. Kalau ku ladeni dia, yang ada aku malah tambah kesal. Berhubung aku lagi dalam suasana hati yang lumayan, kupilih untuk enggak memperdulikannya.

"Jawab dong adik ku sayang."

"Kesurupan ya kamu?"

Jimin mendelik, matanya yang sudah sipit tambah makin sipit ketika matanya memicing kearahku.

"Gue serius nanya."

"Pertanyaanmu gak ada faedahnya."

Jimin mendengus lalu menurukan kedua kakinya kelantai sementara pantatnya masih duduk diatas kasur.

"Turun, ada Taehyung didepan."

Mataku memicing skeptis. "Mau apa lagi reptil satu itu?"

"Gua lelah." Jimin berdiri, lalu berkacak pinggang kedepan ku.

"Lu rese kalau lagi galau, gua capek denger lu marah-marah, sensian mulu tiap hari."

Aku memberut. Yang dikatakan Jimin sedikit banyak ada benarnya. Tau-tau saat aku ingin protes, Jimin langsung menarik tanganku hingga aku berdiri disampingnya. Kakak laknatku itu seolah tau niat protesku.

"Keluar!"

"Sodara kamu tuh aku apa Taehyung sih?!"

Aku berusaha mati-matian menyentak tangannya. Namun karna dasar kodratnya cewek selalu lemah dibandingkan tenaga cowok, terlebih karna kekuatanku juga kayak gabin kesiram susu, jadilah aku gak bisa berkutik banyak.

"Taehyung!" Panggilnya.

"HEH!"

Aku nyaris berteriak disamping telinga Jimin hingga cowok itu mendesis marah.

"Gua capek liat kalian. Udahlah susuin sana."

"JIMIN!"

"SUSULIN!" Jimin mendadak aja panik mendengar bentakanku. Cowok itu sepertinya juga kaget dengan ucapannya barusan.

"Susulin, susulin, susulin." Rapalnya beberapa kali. Aku memijit pelipisku yang berdenyut.

Jimin kemudian menepuk jidatnya cukup keras, seolah dia bertindak untuk mendapatkan kewarasannya. Hingga deheman kecil itu terdengar, ia kembali berjalan.

Jimin menarik tanganku turun kebawah, lalu meleset keruang tamu. Dari sini aku dapat melihat punggung tegang Taehyung dari balik sofa yang dia duduki.

"Gua mau ke minimarket depan." Jimin menekan tubuh ku untuk duduk gak jauh dari samping Taehyung.

"Mau gua antarin?"

Jimin melotot mendengar tawaran Taehyung yang tubuhnya sudah setengah berdiri.

Tambah lagi manusia bodoh dirumah ini.

"Terus tujuan lu kesini apa samsul?"

Aku jadi ikutan emosi. Taehyung menyengir sebelum kembali mendudukan tubuhnya disampingku.

"Jangan macem-macem, lu dirumah lagi berdua doang." Masih dengan mata melotot, Jimin memberi ancaman pada Taehyung yang cengengesan gak jelas.

Suasana mendadak canggung. Bahkan saat pintu utama ditutup Jimin dengan rapat, Taehyung sama sekali belum buka suara.

Aku mendengus. "Kalo gak ada yang mau di omongin aku mau balik ke kamar."

Taehyung tetap diam dengan kepala tertunduk. Masih gak buka suara bahkan saat aku sudah berdiri dan berniat meninggalkannya.

"Okay kalo gak ad—"

Taehyung meraih sebelah tanganku dengan kepala masih tertunduk kebawah. Samar aku masih bisa mendengar ringisannya.

"Gue bingung."

Aku bisa merasakan Taehyung mengeratkan genggamannya pada pergelangan tanganku.

"Gue gak tau kenapa mendadak begini, gue gak tau kenapa semua jadi berasa serba salah."

Kemudian kepalanya mendongak dan aku jelas gak bisa mengalihkan pandanganku. Taehyung mengunciku dengan matanya yang jernih, seolah dia ingin aku membacanya sendiri apa yang ada disana.

"Tapi satu hal yang pasti." Jantungku mendadak aja jadi berdebar-debar gak karuan. "Gua suka sama lu Joy."


╰──༄ ‧₊˚──────ℰɴɪɢᴍᴀ────── ❨ ੭♡੭ ❩

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang