. ✵ ·
✵ · ·
· ✺ · *
. ✹ +
. + . ⋆⠀⠀⠀⠀Sekarang lagi jam kosong. Bagi sebagian anak pelajar seperti ku, katanya jam kosong itu adalah kata lain dari surga dunia.
Tapi yang bikin kesal, Jennie ternyata gak masuk karna sakit. Iya, Jennie itu sohib ku dari kelas sepuluh, dia selalu duduk sebangku denganku. Sekarang aku jadi gak punya teman kemana-mana.
Dikelasku yang baru sekarang, ceweknya yang ku kenal cuman Jennie. Kalau anak cowok banyak, tapi mereka udah melimpir kemana. Lagian anak-anak modelan kayak Hanbin sama antek-anteknya mana mau ke perpus. Mereka lebih suka mengasingkan diri ke kantin atau seenggaknya kemanapun asalkan jauh dari benda bernama buku.
Beda sama Jennie. Dia kemanapun aku mau bakal iya-iya aja. Bahkan kayaknya kalau ku suruh nyebur ke sungai juga gak masalah.
Enggak sih, becanda.
Orang sepintar Jennie mana mau nyebur cuman buat aku. Orang itu makanannya tiap hari skincare, kena debu dikit aja lebaynya setengah mati.
Jadi, dengan berat hati kuputuskan untuk ke perpus seorang diri. Masih ada tugas dari bu Taeyeon, ganjaran karna dia gak mengajar.
Diperjalanan aku melewati kelasnya Jimin, kelasnya Taehyung juga. Aku sempat berjinjit, menatap dari celah jendela kedalam kelasnya. Tapi ternyata kosong, gak ada satupun orang didalam sana.
Hanya ada beberapa baju seragam putih yang disangkutkan kesadaran kursi. Dari sana aku bisa menebak, kelasnya Jimin pasti lagi olahraga.
Kutatap kearah kanan, menuju lapangan basket yang setengahnya di isi anak kelasan Taehyung. Benar, dia sedang jam olahraga. Mereka duduk dipinggiran lapangan.
Lalu ketika mataku menatap ke arah lapangan voli yang bersebrangan dengan lapangan basket, aku menemukan Jungkook tengah berdiri sambil menatap kearah ku. Mata kita sempat beradu.
Aku buru-buru lari ke perpustakaan. Itu anak ngapain juga, mau bikin aku salah tingkah lagi?
Aku menarik nafas perlahan sebelum mendorong pintu perpustakaan. Senyum pak Dongwook menyambut kedatanganku. Adem banget wajahnya.
Biasanya suka ku godain bareng Jennie. Soalnya bapak penjaga perpustakaan ini ramah banget. Enak diajak bercanda, gak tau sih kalau diajak pacaran gimana.
"Pagi pak."
Sapaku setelah menutup pintu pelan-pelan seperti maling. Kepalanya mengangguk sekali sambil membalas sapaanku.
"Tumben gak bareng Jennie?"
"Anaknya lagi sakit pak."
Pak Dongwook sedikit terkejut, bahkan sampai memberhentikan kegiatannya yang sedang menyusun buku.
"Sakit?"
"Iya." Aku mengangguk. "Sakit demam."
"Demam ya?" Tanya pak Dongwook memastikan.
"Iya." Aku mengangguk lagi. "Demam mama muda."
Pak Dongwook ketawa. Haduh, coba aja kalau seumuran dengan ku. Udah pasti ku pepet.
"Kamu ini." Pak Dongwook menggeleng geli. "Titip salam ya buat dia. Semoga cepat sembuh."
Aku iyain, lalu aku pamit ke ujung ruang disebelah kanan. Dibawah AC, spot paling enak. Aku menatap kesekitar. Kayaknya disini cuman ada aku, kecuali dua orang yang barusan duduk paling depan.
Tanganku menarik kursi, ku angkat sedikit biar deritnya gak bikin berisik. Baru saja hendak memakai headset ke telinga, seseorang mendadak datang.
"Kak Joy?"
Aku langsung kaget. Aku kenal suaranya. Ngapain itu bocah kemari?
Aku meremas tanganku. Nyaris saja mematahkan pulpen dalam genggamanku ketika pemuda berparas tampan itu beringsut mendekat.
Seragam olahraganya masih melekat. Bahkan beberapa keringat disekitar pelipisnya masih ada. Dia mengambil duduk tepat disampingku dengan satu kertas digenggamannya.
Haduh, Jungkook inikan berotot. Berani-beraninya dia datang dengan keringat di badan. Aku 'kan jadi mikir yang enggak-enggak.
"Kak Joy punya pulpen?" Bisiknya pelan.
Itu keringatnya gak mau aku lapin dulu apa ya?
"Ada."
"Boleh pinjam?" Pintanya sambil meneteng selembar kertas kehadapanku.
Aku menipiskan bibir. Sempat mengulas senyum canggung kearahnya sambil berbalik meraih kotak pensilku. Disela-sela kegiatanku untuk mencari pulpen yang sekiranya bisa kuserahkan ke Jungkook, pikiranku jadi menebak-nebak, apa yang ingin pemuda itu lakukan.
"Nih."
Aku menyerahkan pulpennya kedepan Jungkook. Cowok itu mengulas senyum tipis yang rupawan sebelum menaruh kertas keatas meja.
"Pinjam dulu."
Aku mengangguk. Membiarkan Jungkook sibuk dengan urusannya sementara aku mencoba kembali fokus untuk mengerjakan tugasku. Meskipun aku gak yakin, apa aku benar-benar bisa fokus mengerjakan rentetan soal didepanku sekarang saat aku malah mendadak merasa gugup.
"Pulpennya gak bisa dipake ya, kak?"
Aku menyerit. Buru-buru menatap kearah Jungkook. Aku yakin, pulpen yang kukasih itu pulpen baru yang kubeli kemarin.
"Hah?" Mataku menyipit kearah Jungkook. "Bisa kok."
"Serius?" Pemuda itu juga nampak keheranan. Tubuhnya mendadak beringsut lebih dekat sambil menyodorkan kertas barusan kehadapanku.
"Coba tulis nomor WA kakak disini."
Ia mengetuk pulpen barusan keatas kertas. Kepalanya menoleh kearahku sambil tersenyum.
Ada yang licin, tapi bukan minyak goreng.
Modusnya Jungkook :)
╰──༄ ‧₊˚──────ℰɴɪɢᴍᴀ─────── ❨ ੭♡੭ ❩
Huhu, udah mau lebaran aja. Mohon maaf lahir dan batin ya kawan-kawan. Maaf kalo misalnya ada kata-kata dari aku yang gak sengaja nyinggung kalian, atau gak ngenakin dihati kalian. Aku mohon maaf 🙏
Semoga bisa ketemu dilebaran tahun depan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Short Storyㅤㅤ⸙ ༘◍⃘۪۪៶ Siapa yang tau, berawal dari sahabat Joy yang iseng memberi nomor jasa sedot wc palsu. Taehyung yang selama ini diam-diam Joy perhatikan, bisa menjadi begitu dekat dengannya. ᱸᱹ༊⇝1st Book : Enigma ᱸᱹ༊⇝2nd Book : The Stealer...