ଘ⸙͎ ; O9

987 239 14
                                    

⋆  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆  ..     *  ✹
     .
.  +  ✵     ✫    *
˚                 
       ˚   *      ✺ 
  ·   ˚     * 
      ˚     ·   ˚  ✧


⠀⠀⠀⠀ "Manisku."

Aku yang lagi bengong sedang bersandar di kasur, di kagetkan dengan kedatangan Minjae. Dia masuk kamarku tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Bocah itu berdiri di daun pintu sambil tersenyum yang terlihat menjijikan. Tapi kendati demikian, sebenarnya aku rada kangen anak itu. Kapan ya terakhir kali aku ketemu dia?

"Bisa ketuk pintu dulu gak?"

Minjae menggeleng, menolak permintaanku. "Lo kayak sama siapa aja."

"Jangan kurang ajar, rumah aku ya ini."

Minjae ketawa, terlihat gak peduli sama sekali dengan kemarahanku. Dia menarik kursi kecil yang terletak di sudut kanan lalu di letakkan tepat  di samping tempat tidurku. Tubuhnya duduk sambil melipat tangan di depan dada.

"Kok ada yang naksir sama modelan kayak lo?"

Aku mendengus. Rupanya berita itu menyebar kemana-mana. Akibat aksi Jungkook tempo hari, aku jadi bual-bualan seisi kelas. Mentang-mentang aku belum pernah pacaran dan gak pernah ada yang terang-terangan mepetin aku, jadinya begitu. Apalagi Hanbin, jangan ditanya, manusia itu nyebelinnya setengah mampus.

"Dah ah, gua mau turun."

Minjae berdiri dari duduknya setelah menyadari aku gak berminat membahas apa yang dia tanyakan.

"Bentar." Aku mencegat tangannya. "Kok dibawah kayaknya rame banget?"

"Ada temennya Taehyung."

Alisku hampir terpaut rapat. "Kok bisa kesini?"

"Teman kelasannya Jimin juga. Main doang."



੭♡੭



Aku mengeram. Menekan kuat pada perut ku yang mulai keroncongan. Tubuh ku berdiri ragu-ragu dari balik pintu kamar. Aku mengigit telunjuk ku dengan gusar.

Telinga ku masih dapat dengan jelas mendengar suara teman-teman Jimin dibawah. Alasan itulah yang membuat aku enggan keluar kamar. Bukannya apa, kalau saja itu teman lamanya Jimin yang sudah kelewat aku kenal, gak akan jadi masalah.

Aku mengenal lingkup perteman Jimin sebelumnya, ketika dia masih kelas sebelas. Teman yang Jimin bawa sekarang, teman-teman barunya yang kemarin kerumah pas Jimin ninggalin aku buat pulang duluan. Ingat?

Jadi, kalau aku keluar jelas canggung. Terlebih ada Bobby disana, pemuda itu kerap kali suka menggoda gadis-gadis dengan siulan atau bahkan kata-kata gombalan gak bermutu lainnya. Aku pernah sekali kena gombalannya, udah lama sih, mungkin Bobby juga lupa. Tapi gak menutup kemungkinkan pemuda itu enggak melakukan aksinya pas aku turun ke dapur untuk makan.

Aku tuh paling risih digodain. Emosi aja. Aku gak terlalu suka jadi pusat perhatian terlebih di gombalin sama orang semacam Bobby.

Aku sudah kepalang lapar, aku juga cuman sempat makan roti tadi siang. Kalau minta tolong Jimin malah makin ribet.

Pertama, pemuda itu bukan tipe abang yang bermurah hati kalau diminta pertolongan adiknya.

Kedua, mulutnya itu menyebalkan, aku bisa saja berakhir diledekin habis-habisan karna gak berani keluar.

Jadi dengan satu hembusan nafas yang kuat. Tanganku dengan ragu menyentak pintu kamar dan mencondongkan kepala keluar. Netra ku menelisik sedikit siluet teman-teman Jimin diruang tamu.

Aku mendengus. Meyakinkan sekali lagi niat ku lalu turun kebawah dengan langkah pelan, berusaha untuk gak besuara.

Berhasil!

Aku sampai kedapur tanpa menarik atensi teman-teman Jimin.

"Ngapain?"

Aku hampir saja menghempaskan cangkir dalam genggaman ku. Mata ku langsung memicing ke sumber suara. Disana presensi Taehyung menjulang disamping kulkas meminum sebotol air mineral dingin.

Kok jadi gini sih? Sejak kapan juga dia sudah ada di dapur?

Aku kelihatan kayak maling yang ditangkap basah pemilik rumah. Padahal aku sendiri yang punya rumah.

"Mau nyuri."

Jawab ku asal lalu berjongkok di depan kulkas, memilah-milah barang kali ada makanan yang bisa mengganjal sedikit rasa laparku.

Aku mengumpat saat mata ku gak menemukan satu makananpun dalam kulkas. Udah pasti beberapa cemilan yang biasanya ada dalam kulkas dibawa Jimin keluar sebagai sesajian tamu.

"Ck!"

Tubuh ku sekonyong-konyong bangkit setelah menutup pintu kulkas lumayan keras.

"Kulkasnya bisa aja runtuh."

Aku memilih gak peduli. Terlalu sibuk memaki dalam hati, aku memang selalu bad mood kalau lagi lapar. Emosi ku kadang suka gak stabil.

Namun selagi aku sibuk memaki, sesuatu mendadak saja terjadi.

Aku melotot begitupun Taehyung yang lagi menunduk untuk membuang botol minumnya. Tubuh pemuda itu langsung berdiri tegap saat suara aneh di perut ku berbunyi.

Aku rasanya ingin ditelan hidup-hidup. Didepan Taehyung sekarang, perut ku berbunyi keroncongan karna lapar.

Aku kena kutukan apa sih?

"Lo lapar?"

Taehyung ketawa. Matanya menatap ku dengan geli. Jangan ditanya muka ku gimana.

"Mau cari makan sama gue?"

HAH?!



╰──༄ ‧₊˚──────ℰɴɪɢᴍᴀ─────── ❨ ੭♡੭ ❩

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang