* * * .
· ⋆
· ⋆ * ✫ ˚ ·
* · . ✫ *
. ✵ * ·
⠀⠀⠀⠀Aku gak tau dosa apa yang ku perbuat belakangan ini.Aku gak lagi diam-diam menyembunyikan remot TV saat bunda mau nonton Anak Langit dan enggak juga mencuri uang ayah seperti yang kadang Jimin lakukan.
Enggak keduanya, kecuali memaki-maki Jimin. Aku gak menganggap itu sebagai sesuatu yang salah karna Jimin seolah-olah bertindak ingin selalu di maki.
Aku sekarang duduk disamping kursi kemudi, di dalam mobil Taehyung yang super wangi, berdua dan Taehyung baru saja menyalakan mobilnya.
Ku pegang erat sabuk pengaman didepan dada ku. Aku gak menganggap tumpangan ini adalah hal yang baik mengingat tiga hari lalu, aku mendeklarkan bahwa Taehyung, si cowok sok gaya itu menjadi musuh ku.
Ingat apa saja yang dia perbuat selama aku mengenalnya? Mempermalukan aku ditengah-tengah koridor dan membuat uang jajan ku berpindah tangan pada Jimin.
Lagipula, selama ini gak ada sikap Taehyung yang bisa memberikan aku tumpangan secara gratis seperti sekarang. Di mataku yang indah ini, dia enggak sebaik itu.
Ngomong-ngomong Taehyung baru saja melepas seluruh kancing seragam sekolahnya. Jangan salah paham, dibalik seragam itu, dia mengenakan kaos bewarna putih polos. Seragam itu dibiarkan terbuka dan aku enggak mengerti apa tujuannya melakukan itu.
Tangannya yang berurat jatuh diatas setir kemudi. Lengan kirinya dihiasi jam bewarna hitam dan entah bagaimana bisa itu BIKIN DIA BERKALI-KALI LIPAT TAMBAH GANTENG!
SIAL, AKU PUSING.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Sabar, aku gak boleh bar-bar. Aku udah cukup memalukan didepan Taehyung dan aku gak berniat sama sekali menambah daftar kejadian memalukan lainnya.
Mobil melaju pelan meninggalkan parkiran namun enggak dengan rasa gugup ku.
"Ini bukan arah pulang!"
Aku panik. Setelah keluar gerbang sekolah harusnya belok ke kanan dan dia malah membelokan mobilnya ke kiri!
AKU GAK DI CULIK KAN?!
"Muka lo panik banget?" Dia ketawa, seolah kepanikan ku adalah lelucon menggelikan.
"Gue abis ini mau kerja kelompok." Lanjutnya
"Aku gak mau nemenin!" Sahutku buru-buru.
"Dih?" dan Taehyung mendelik geli. "Siapa juga yang minta ditemenin?"
Sialan.
Aku membanting pelan kepala ku ke kaca pintu mobil. Entah berapa kali aku terlihat memalukan. Apa aku hidup hanya buat menjadi malu?
"Kerja kelompoknya dirumah lo. Ini mau beli barang-barangnya dulu. Kata Jimin belinya di toko langganan lo sama dia, soalnya disana lengkap."
Aku perhatikan Taehyung sempat melirik ku. "Emang dia gak ngasih tau?"
Taehyung menekan kata dia dan si dia itu adalah Jimin. Aku menggeleng.
"Jalannya udah bener kan lewat sini? Abis ini kemana lagi?"
Aku mendengus. Masih kesal dengan Jimin.
"Terus aja, entar ku kasih tau belok kemana lagi."
Taehyung cuman menganggukan kepalanya lalu kita gak lagi terlibat percakapan. Hanya ada deru mobil dan suara lagu dari radio yang mengisi keheningan kami.
Aku hanya bicara saat mengarahkan kemana Taehyung harus menuju dan gak berapa lama kami tiba didepan toko.
"Turun apa nunggu di mobil?"
Aku melepas sabuk pengaman ku. "Turun." Sahutku atas tawarannya.
Lalu tanpa menunggu Taehyung aku buru-buru masuk kedalam toko. Berjalan ke rak buku-buku novel.
Aku melihat lamat-lamat deretan novel yang tersusun, plastiknya masih banyak bening dan mengkilat, kurasa baru. Lama aku terdiam sembari menggerakan mataku keseluruh arah dan memindai satu persatu sampul novel-novel itu.
Aku kalau beli novel, yang pertama diliat bagus apa enggak sampulnya.
Lalu aku meraih salah satu novel dengan sampul bewarna hijau muda, ku balik dan ku baca sinopsisnya.
Namun seketika aku harus menelan rasa pahit. Aku gak punya uang buat beli.
Buku yang ku ingin itu cuman bisa ku pegang. Ingin sekali ku rawat seperti Malika. Oh duit sialan. Seharusnya tadi aku menunggu di mobil aja.
"Lo mau beli buku ginian?"
Taehyung mengambil buku yang barusan ku pilih lalu menggerak-gerakannya sambil terkekeh geli. Dia datang dengan satu keranjang berisi karton, spidol dan entah apalagi didalam sana.
Bisa lemah aku kalau dia sering-sering ketawa gini. Meskipun wajahnya kalau lagi datar dinginnya kebangetan, tetep aja sekali ketawa, nyengir ataupun senyum bikin madu elvis minder sama dia.
"Ini aja?" Tanyanya lagi. Keningnya berkerut bingung pas liat aku dari tadi cuman diam merhatiin dia.
"Iya."
"Yaudah sekalian gue bayarin."
Aku memekik girang, hampir aja memeluk Taehyung saking senengnya.
KESAMBET APA ANAK INI?
Lalu ku sejajarkan langkahnya yang berjalan lebih dulu mendekati kasir.
"Kak Taehyung itu udah manis." Ucap ku setelah sejajar berjalan disampingnya. Keningnya berkerut lagi untuk kedua kalinya. "Jangan dingin-dingin lagi ya? Entar ke tuker sama sop buah."
"Lo bayar sendiri aja deh, mendadak gue berubah pikiran."
Loh loh loh?!
Taehyung menjulurkan bukunya kembali ke dalam genggaman ku. Buru-buru ku susul langkahnya yang melangkah makin lebar.
"Kak becanda."
Kak Taehyung cuman diam. Dia masih melangkah sambil memeriksa barang-barangnya dalam keranjang.
"Kak Taehyung bayarin dong?"
Masih diam bahkan saat aku meraih salah satu tangannya dan menggerak-gerakkannya.
"Kaaaaaaaaaak."
Lalu ku dengar dia ketawa lagi. Haduh, kalau gini caranya, aku yang ambyar.
╰──༄ ‧₊˚──────ℰɴɪɢᴍᴀ─────── ❨ ੭♡੭ ❩
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Short Storyㅤㅤ⸙ ༘◍⃘۪۪៶ Siapa yang tau, berawal dari sahabat Joy yang iseng memberi nomor jasa sedot wc palsu. Taehyung yang selama ini diam-diam Joy perhatikan, bisa menjadi begitu dekat dengannya. ᱸᱹ༊⇝1st Book : Enigma ᱸᱹ༊⇝2nd Book : The Stealer...