12. Tamu tak Diundang

307 35 0
                                    

. . .

Malam hari telah tiba, kini Bianka berbaring di sofa ruang tamu sambil menonton TV. Sesudah mengambil tasnya tadi siang, Bianka segera pulang ke rumah karena skorsnya sudah berlangsung. Dari tadi kerja Bianka hanya menonton dan makan. Sesekali dia membuka ponselnya melihat sosial media dan sekarang dia tengah sibuk belajar di ruang tamu.

Bianka sendirian di rumah, memang sepi dan hening. Terkadang Bianka merasa takut sendiri. Mana Bi Nina pulang kampung karena anaknya sakit. Jadi tak ada siapapun kecuali bianka. Dan sudah dua hari ini Bianka tak menjenguk Mona.

Ting..tong..

Suara bel pintu bergema ke seluruh ruangan membuat bulu kuduk Bianka berdiri.

"Siapa sih malam malam kesini?" ucap Bianka berusaha untuk tidak menghiraukan bel tadi.

Ting..tong..

Bianka menelan salivanya berat, untuk kesekian kalinya pintu bel itu berbunyi kembali.

Dengan rasa penasaran di campur dengan takut, Bianka berdiri lalu perlahan lahan membuka pintu.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Tepat pada saat membuka pintu, raut wajah Bianka seketika berubah jadi datar. Karena melihat orang di balik pintu itu.

Bagaimana tidak, kalau orang yang ada di balik pintu itu adalah Jeni dengan senyum yang mengembang seperti setan.

"Ngapain lo datang malam malam ke sini?"

"Ya... main dong Bi." Bianka melotot mana mungkin malam malam begini mau main. Apa Jeni sedang mabuk?

"Lo mabuk Jen?"

"Astaga Bi! Gue masih polos ya!"

"Ya udah. Mau masuk gak lo?" Jeni memicingkan matanya menatap Bianka heran.

"Tumben di ajak masuk, biasanya kalo gue mau masuk lo usir." Bianka memutar bola matanya malas.

"Gue tutup aja--"

"Hehe iya iya mau." Jeni menahan pintu yang hendak di tutup oleh bianka.

Akhirnya keduanya pun sekarang telah duduk sembari makan.

"Lo kesini mau apa?" tanya Bianka yang melihat Jeni makan sambil menonton TV.

"Oh gue lupa, tadi waktu di sekolah Fero ke kelas kita dia nanya lo dimana."

"Lo kesini hanya mau ngomong itu doang?" Jeni menatap plafon seperti seorang yang sedang berpikir.

"Iya."

"Mending lo balik sana." Jeni melotot. Lalu menghadap Bianka.

"Gue kesini juga mau tahu cerita lo tolingin si Fero." ujarnya kali ini dengan wajah serius.

"Males ah gue ceritanya."

"Aduh Bi, gue jauh-jauh ke sini loh. Maska gak cerita?" ujar Jeni mulai protes.

"Kan lewat telpon bisa?" Jeni menggeleng keras.

"Gak asik Bi, nanti waktu gue mau nanya-nanya lo matiin telponnya." Bianka terdiam, benar memang yang dikatakan Jeni. Saat malas mendengar beribu pertanyaan dari Jeni, Bianka langsung memutuskan panggilan jika lewat telepon.

"Iya deh gue ceritain." mau tak mau Bianka tetap menceritakannya karena temannya yang super kepo tingkat dewa ini.

Bianka menceritakannya. Dan jeni hanya mengangguk paham dengan mulut yang mengunyah snack.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang