31. Selamat Tinggal

218 24 2
                                    

. . .

Hari ini adalah hari kelulusan, dimana kelas dua belas bersorak gembira atas hari ini di campur sedih karena berpisah dengan teman teman nya. Bianka menatap kedua pasangan di hadapan nya yang saling mengucapkan selamat.

Lagi lagi Bianka harus menahan rasa sesak ini, berharap dirinya juga seperti itu tapi tidak akan mungkin terjadi. Tidak ada yang mengucapkan selamat padanya, semua orang tua di dalam kelas sedang melihat nilai nilai, termasuk Mona. Dia menepati janjinya untuk datang, dan memang benar dia datang kesini. Pikir bianka tadi tak akan datang karena dirinya terus mengingat Mona dulu, yang kejam.

Lalu pandangan Bianka menatap segerombolan teman teman nya yaitu Fero, Jeni, zaki, Viana. Ya walaupun mereka entah menganggap Bianka teman atau tidak, namun Bianka tak menemukan keberadaan Bian di sana, kemana laki laki itu?

"Hai." Bianka terkejut lalu menoleh dan ternyata Bian sudah duduk di sebelahnya entah kapan.

"Selamat ya Bi semoga nanti kita satu kampus." Bianka tersenyum kikuk lalu mengangguk.

"Makasih."

"Gue kan orang pertama yang ngucapin selamat ke e lo?" Tanya Bian sebenarnya ia sudah tau tapi ia akan sedikit menghibur Bianka.

Bianka melirik ke arah gerombolan teman teman nya lalu kembali menatap Bian "Iya."

"Jangan kayak gitu Bi, mungkin mereka mau ngucapin ke lo tapi lupa atau belum ketemu sama lo." Bian menyesal telah bertanya itu pikirnya akan membuat Bianka tertawa tapi malah membuatnya bersedih.

"Mungkin." Ucap Bianka menatap orang orang berlalu lalang. Melihat orang orang membuat ide Bianka muncul.

"Apa gue samperin mereka?" Mendengarnya Bian langsung menahan lengan Bianka yang hendak berdiri.

"Jangan."

"Kenapa?"

"Lo beneran mau nyamperin?." Tanya Bian memastikan, entahlah ia tak yakin Bianka akan baik baik saja jika berhadapan dengan mereka saat ini.

"Iya, mau ikut?" Bian mengangguk lalu mereka berdua berdiri menghampiri teman teman nya.

"Hai." Sapa Bian ketika mereka berdua telah di gerombolan teman teman nya.

"Hai." Jawab semuanya bersama namun mereka seolah olah tak melihat Bianka sama sekali.

Fero yang pertama kali mengetahui Bianka hanya bisa diam, rasa cemburu terus saja datang ketika melihat Bianka dan Bian bersama. Apa Bianka sudah bisa melupakan nya dengan cepat? Bianka yang baru sadar di tatap Fero menatapnya balik, cukup lama mereka seperti itu lalu Bianka memutuskan kontak mata dengan Fero.

"Hai kak Bianka selamat ya semoga kita bisa sering ketemu nanti." Viana berucap memulai topik. Karena ia melihat Bianka dan Fero dari tadi bertatap tatapan, jujur ia tak suka.

"Oh iya makasih Vi." Semua menatap Bianka sampai mata Bianka menangkap Jeni yang tengah menatapnya juga.

"Gue mau kesana dulu ya." Bianka menahan pergelangan Jeni hingga Jeni berhenti dan berbalik menatap Bianka.

"Kenapa sih." Jeni menghempaskan tangan Bianka yang memegang pergelangan tangan nya.

"Gue mau bicara sama lo, selamat ya kita semua lulus, gue harap." Bianka menggantungkan ucapan nya.

Jeni menatap wajah Bianka rasanya ia ingin memeluk Bianka bersorak gembira atas kelulusan mereka. Tapi saat mengingat kejadian itu membuat Jeni harus menyingkirkan kembali rasa kasihan nya kepada Bianka. Ia kecewa pada Bianka.

"Itu aja kan yang pengen lo omong? Gue mau kesana." Jeni pergi di ikuti Zaki membiarkan Bianka mematung di situ.

Viana hanya diam, dirinya tidak menyangka bahwa Jeni bisa berubah seperti ini.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang