41. Undangan

219 17 4
                                    

. . .

Fero menarik Bianka hingga akhirnya berhenti, Bianka menatap Fero dan begitupun sebaliknya. Keduanya larut dalam keheningan, sama-sama saling menatap tanpa berkedip sedikitpun.

Dan Akhirnya Bianka memutuskan kontak matanya dengan Fero.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" Tanya Bianka cuek tanpa menatap Fero.

Fero tersenyum membuat Bianka bingung dan tanpa aba-aba Fero langsung memeluk Bianka. Bianka terkejut, ia hanya diam tak membalas pelukan Fero.

"Gue kangen lo Bi." Bianka meringis suara Fero benar-benar menyentuh di hatinya.

"Kenapa lo tega ninggalin gue?" Masih di posisi yang sama Fero berucap.

"Maafin gue ya Bi, dulu gue bener-bener terbawa emosi." Fero melepas pelukannya lalu mengambil tangan Bianka dan menggenggamnya.

"Maafin gue ya?" Lirih Fero membuat Bianka ingin nangis rasanya. Bianka menghembuskan nafasnya.

"Percuma Fer." Fero terdiam apa maksud Bianka bicara seperti itu padanya? Apakah Bianka sudah bersama orang lain?

"Percuma apa Bi?" Bianka diam ia tak tau harus menjawab apa, kenapa mulutnya berkata seperti itu. Bianka menyalahi dirinya sendiri yang berharap Fero akan meminta mereka bersatu kembali.

"Percuma apanya?" Ulang Fero.

"Gak gapapa." Ucap Bianka tersenyum kikuk.

Sedangkan Fero mengepalkan tangannya, inilah yang Fero tak suka dari Bianka. Ia selalu menyembunyikan sesuatu, tapi kenapa pada Bian, Bianka tidak seperti ini? Tapi Fero akan berusaha agar Bianka lebih terbuka dengannya.

"Jujur aja Bi, apa yang pengen lo omongin ke gue." Bianka tersenyum miring menatap Fero.

"Beneran lo mau tau?" Tanya Bianka dan Fero langsung mengangguk.

"Sampai saat ini gue masih kecewa sama kalian, termasuk lo Fero. Tapi mulai sekarang gue akan hilangin rasa kecewa itu entah bagaimanapun caranya."

"Dan satu hal lagi, seperti yang gue bilang. Gue udah maafin lo kok." Jelas Bianka dengan nada sendu. Sedangkan Fero diam mematung menatap Bianka memelas.

"Oh, gue denger lo mau tunangan sama Viana ya?" Fero terkejut mendengarnya, kenapa Bianka bisa sampai tau soal itu?

"Selamat ya Fer." Ucap Bianka tersenyum kikuk dan langsung memeluk Fero.

Fero yang mendapat serangan tiba-tiba pun terkejut.

"Biarin gue meluk lo ya, karena ini adalah pelukan terakhir gue sama lo." Tutur Bianka hampir saja meneteskan air mata.

Bianka melepaskan pelukannya menatap Fero yang ikut menatapnya juga. "Semoga bahagia, Fero Bramata. Makasih udah buat gue ngerasain bahagia di cintai." Ucap Bianka dan langsung pergi dari hadapan Fero.

Fero masih diam melihat kepergian Bianka, kenapa jadi seperti ini? Niatnya tadi mau memperbaiki hubungannya dengan Bianka. Fero memukul kepalanya sendiri, ia bodoh, ia lelaki yang tak bisa berbuat apa-apa.

Fero merutuki dirinya sendiri, Kenapa saat ada waktu untuk menjelaskan ia diam seperti ini. Fero mengepalkan tangannya dan bahkan rahangnya pun terlihat jelas.

Gue ga akan tunangan sama Viana Bi, Gue maunya sama lo!!

Lain dengan Bianka menghapus sisa air matanya, menatap pantulan dirinya di cermin. Seusai bertemu dengan Fero tadi Bianka pergi ke toilet, dengan perasaan yang campur aduk Bianka keluar dan tak disangka Ia berhadapan dengan Bian.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang