22. Gombal!

238 29 0
                                    

. . .

"Makasih udah mau nganterin gue balik." Bianka turun dari motor menatap Bian lalu membuka helm.

"Iya, kalau gitu gue balik juga." Bianka mengangguk sambil tersenyum tipis.

Saat masuk Bianka melihat Mona yang sedang menyapu lantai. Bianka terdiam sembari tersenyum, kalau aja Mona yang dulu seperti ini, semuanya tidak akan terjadi.

Kemudian pandangan Mona mengarah padanya "Loh bianka? Kok di situ ayo masuk."

"Ah iya." Bianka mendekat lalu duduk perlahan di sofa.

"Hm aku udah masak kok, kalo kamu mau makan." Bianka mengangguk.

"Oh iya, kok Ferdi gak kesini jemput aku. Dan aku rindu sekali dengan anak perempuanku yang sekarang mungkin telah besar seperti dirimu."

Bianka menghela nafasnya "Kamu yang sabar ya, aku usahain secepatnya."

"Hm oke makasih sudah mau menolong ku Bianka." Mona bergerak mendekati Bianka lalu memeluknya.

Selesai itu Bianka naik ke kamar dan segera mandi membersihkan tubuh nya. Ketika telah sudah Bianka merebahkan dirinya di kasur sembari bermain ponsel.

Ternyata Fero mengirimi nya pesan.

Fero
Bianka, maaf hari ini gue ga bisa anterin lo balik. Gue ada acara keluarga dadakan, nanti kalo sempet gue ke rumah lo ya?

Bianka
Hm iya gapapa gue ngerti kok.

Setelahnya Bianka menaruh ponselnya lalu menatap langit langit kamarnya. Bianka sedang berpikir keras bagaimana ia bisa mencari atau bertemu dengan Ferdi.

Bianka hanya seorang siswi SMA biasa, bagaimana ia bisa mencari Ferdi dan anak perempuan Mona. Sedangkan manusia di dunia ini sangat banyak.

Bertanya? Kepada siapa Bianka harus bertanya? Neneknya sudah lama tiada. Selain itu tidak ada siapa lagi yang Bianka kenal.

Namun pikiran nya teringat dengan seorang yang telah lama berkerja di rumah dari nenek nya masih hidup.

"Bi Nina." Gumam Bianka sembari mengangguk kepalanya kecil.

Tok...tok...

"Bianka ada teman mu berkunjung." Ujar Mona dari balik pintu.

"Siapa?"

"Hm cowok yang kemarin kesini, siapa namanya?.... oh Fero." Mona pamit lalu Bianka turun menemui Fero.

Terlihat dari sana Fero sedang duduk di ruang tamu menunggu kehadiran nya. Pandangan mereka bertemu lalu dengan segera Bianka berjalan cepat.

"Udah lama?" Tanya Bianka datar lalu duduk di samping Fero.

Fero menggeleng pelan "Belum Bi."

"Oh."

Fero menoleh menghadap bianka "Maaf gue tadi gak bisa anterin lo balik."

"Gak papa kok, lagian keluarga lebih penting." Fero tersenyum tipis.

"Lo balik sama siapa tadi?" Barulah Bianka menoleh ke arah Fero.

Bianka menghela nafasnya "Bian." Senyum tipis Fero seketika menjadi datar kembali.

Melihat Fero ingin berbicara membuat Bianka berbicara terlebih dahulu "Awalnya gue mau pesen ojek online tapi baterai hp gue habis, terus sekolah udah sepi tiba tiba ada Bian nawarin pulang bareng."

"Gue nolak tapi kata dia angkutan umum jam segini gak ada lagi dan lo juga gak ada. Jadi mau gak mau gue ikut. Maaf ya."

Fero menoleh ke arah TV lalu mengangguk "Iya gapapa lain kali jangan ya."

"Iya."

Mereka sedikit berbincang lalu Fero pamit untuk pulang. Bianka mengantar Fero sampai pagar rumahnya.

"Gue balik dulu ya." Pamit Fero datar.

"Iya hati hati di jalan." Bianka menepuk bahu Fero pelan lalu tersenyum.

Fero tersenyum tipis lalu mengangguk pelan "Gak usah senyum." Refleks Bianka mengubah rautnya datar kembali.

"Emang kenapa? Jelek ya?" Fero terkekeh kecil.

"Manisnya kelewatan." Pipi Bianka merah dibuatnya.

Bianka menyenggol bahu Fero "Gombal lo?" Fero menggeleng "Itu fakta."

Pipi bianka semakin panas rasanya. "Udah udah mendingan lo pulang." Alis Fero terangkat sebelah.

"Ngusir nih?"

"Bukan gitu maksud gue."

"Ya udah gue balik dulu, ntar besok sekolah gue jemput ya By." Bianka sedikit terkejut dibuat Fero dengan panggilan seperti itu. Tapi kali ini benar-benar bukan tidak sengaja. Jadinya membuat Bianka tersenyum lebar.

Bianka tersenyum melihat punggung Fero yang lama kelamaan menghilang. Kemudian ia masuk menutup pagar rumahnya.

Disisi lain seorang perempuan tengah duduk dengan angkuh menunggu kabar dari sang bodyguard yang ia suruh. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi, dengan cepat perempuan itu menjawab panggilan nya.

"Halo nyonya setelah saya selidiki, ternyata bianka dekat denga fero. Atau lebih tepatnya sekarang berstatus pacaran."

Perempuan itu mengepalkan tangan nya "Jadi mereka memang benar pacaran?"

"Iya nyonya, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri."

"Ya sudah kalau begitu, terima kasih sudah menyelidikinya."

"Apa perlu saya selidiki lebih dalam lagi nyonya"

"Boleh, kamu cari tahu tentang keluarganya lebih dalam."

Tut.

Telepon di matikan sepihak oleh perempuan itu yang masih mengepalkan tangan nya. Dia sangat kesal mendapat kabar itu, kalau tahu seperti itu ia tidak akan menerima telepon nya.

"Liat aja lo Bianka. Gue bakalan bikin hidup lo lebih menderita."

. . .

"Dari mana kamu bang?" Tanya Yaya melihat putranya yang menaiki tangga.

Mendengar ucapan sang mama membuat pergerakan Fero terhenti lalu menoleh "Dari rumah Bianka Ma."

"Oh.. kamu deket ya sama dia?" Yaya tersenyum hangat mencoba menggoda putranya.

"Udah pacaran Ma." Jawab Fero datar menatap Yaya.

"Beneran bang? Selamat ya, nanti kapan kapan ajakin Bianka ke rumah aja Mama mau kenalan."

Fero berdeham sebagai jawaban. Lalu tak lama Bella keluar dengan pertanyaan di dalam otak nya. Pastilah tadi Bella mendengar pembicaraan Fero dan Yaya.

"Bang Fero pacaran ma? Ada juga ya yang mau sama bang Fero. Udah jelek, galak." Ejek Bella membuat Fero menaikan sebelah alisnya.

Demi aman Fero tak menghiraukan adiknya, ia segera menuju ke kamar. Lain dengan Bella yang sebal karna di kacangin.

"Ma Bella mau liat dong pacarnya bang Fero..." rengek Bella menarik baju Yaya.

"Iya Bella nanti abang bawa kak Bianka ke sini kok." Yaya mengusap kepala Bella lembut.

"Jadi nama pacar bang Fero Bianka Ma?" Yaya mengangguk "Iya Bella."

"Wah.... Bella jadi gak sabar Ma!"

. . .

TBC

Bella kepo tingkat dewa ya... btw selamat hari raya idul fitri ya bagi yang merayakan.

See you...

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang