10. Cemburu?

324 39 0
                                    

🍃

Semuanya bosan dengan pelajaran sekarang, yaitu sejarah. Bianka hanya mencoret coret kertas tanpa menghiraukan guru yang sedang menjelaskan. Dari dulu Bianka memang tidak suka dengan pelajaran sejarah. Apalagi ditambah gurunya yang super galak.

Sekarang dua jam pelajaran sejarah telah di lewati, tiba saatnya untuk para murid beristirahat.

"Bi kantin kuy." tawar Jeni berdiri di samping Bianka.

"Lo aja deh, lagi gak pengen." Jeni memanyunkan bibirnya. Tidak ada cara lain selain memaksa Bianka. Tanpa aba-aba Jeni langsung menarik tangan Bianka hingga Bianka ikut terbawa.

"Aduh Jen.." Bianka menghempaskan tangan Jeni dengan kasar.

"Temenin gue Bi, plis.." Bianka menatap Jeni sekilas memegang lengan Jeni lalu pergi.

Jeni mengikuti langkah Bianka. Di tengah jalan, tidak sengaja pandangan Jeni melihat sesuatu yang menggemaskan di sana. Senyum Jeni melebar, dan kini bergantian Jeni yang memegang lengan Bianka mengikuti langkahnya.

Bianka terkejut tiba tiba. Pasalnya arah nya sudah benar ingin ke kantin tapi malah berbelok ke kanan.

"Lo kenapa Jen? Tadi bilang mau ditemenin ke kanti."

"Perasaan tadi gue liat kucing warna putih lucu tau. Kok hilang ya." Bianka memutar bola matanya malas.

"Ayo cepetan katanya mau ke kantin." protes Bianka tak mau berlama lama. Sedari tadi Jeni hanya sibuk mencari sosok kucing itu yang entah perginya kemana.

"Iya-iya ayo, kucingnya hilang." akhirnya mereka berdua berjalan kembali menuju kantin.

Saat tengah asik berjalan tiba-tiba mereka berhadapan dengan orang. Senyum Jeni mengembang lagi. Siapa Lagi kalau bukan Zaki.

Ada juga Fero di belakang Zaki. Dan anehnya Fero tidak sendirian, ada Viana di sampingnya sembari tersenyum manis. Entah mengapa perasaannya jadi tidak enak, itu yang mewakili perasaan Bianka sekarang. Padahal Fero bukan siapa-siapanya. Punya perasaan pada Fero pun tidak ada.

"Mau kantin juga?" tanya Zaki dan Jeni mengangguk.

"Bareng aja." mereka berbicara tanpa menghiraukan Bianka. Seperti mereka tak melihat Bianka sama sekali.

"Gue balik Jen, udah ada Zaki kan?" semua terkejut menghadap Bianka yang tiba tiba berbicara, seperti baru muncul. Bianka pergi dengan tersenyum tipis, Jeni hendak mengejar tapi langkah bianka terlalu cepat. Sekarang Jeni merasa bersalah pada Bianka.

Semuanya terdiam lain dengan Viana yang bingug kenapa semuanya terdiam.

"Mending makan yuk?" tegurnya lalu semuanya mengangguk kaku kecuali Fero.

Akhirnya mereka berempat makan. Melihat Jeni yang melamun membuat Viana menegur kembali.

"Kak jangan bengong keburu masuk nantim" ujar Viana mengibaskan tangannya di depan jeni.

"O-oh iya."

"Lo masih kepikiran sama Bianka Jen?" kini Zaki! yang bertanya. Dengan cepat Jeni mengangguk lemah.

"Biarin aja." balas Zaki santai sendangkan Jeni mengubah rautnya tak terima.

"Lo jangan gitu Ki." Jeni memakan makanannya agar bisa cepat bertemu Bianka. Usai memakan Jeni harus segera balik ke kelas.

"Ki gue cabut duluan ya, sorry ga nungguin lo." Zaki mengangguk paham membiarkan Jeni pergi.

"Kalau boleh tau nama kakak tadi siapaya?" tanya Viana pada Zaki yang menatap kepergian Jeni.

"Jeni." Zaki hendak menjawab tapi terlambat Fero sudah menjawab. Dan Viana mengangguk mengerti.

Setelah pulang dari kantin tadi Bianka memutuskan membaca buku. Walaupun sebenarnya ia sangat lapar sekarang.

"Nih Bi," Jeni datang dan memberikan sekantong makanan. Kemudian duduk di hadapan Bianka.

"Makasih ya Jen." ujarnya lalu menutup buku memakan makanan yang di beli Jeni.

"Hm sorry tadi gue kacangin lo Bi."

"Gak apa-apa Jen. Mau gimana lagi? gak mungkin kan gue jadi nyamuk kalian." Jeni tersenyum tipis.

"Lo cemburu ya liat Fero sama murid baru itu," Bianka menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Ya enggak lah Jen, buat apa gue cemburu?" ujar nya sembari tersenyum tipis. Dan Jeni hanya mengangguk saja.

🍃

Saat ini Bianka berbaring di kasur kesayangannya. Bisa dibilang hari ini sangat melelahkan, sepulang sekolah ia harus menemui pak Santoso dulu mengenai olahraga besok. Setelahnya ia juga pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan Mona. Hingga akhirnya sampai di rumah pukul enam.

Rasa lapar sudah menguasai perutnya. Bianka berharap akan ada Bi Nina yang mengantarkan makanan untuknya. Tapi itu tidak mungkin sekarang, karena dulu Mona tidak mengizinkan Bi Nina untuk memberi makan pada Bianka. Jadi selama ini Bianka makan sendiri.

Mau tidak mau Bianka segera turun untuk makan. Saat binka turun, Bianka sedang melihat Bi Nina yang menelfon seseorang seperti berbisik atau lebih tepatnya diam-diam.

"Nelfon siapa Bi?" teguran bianka dan Bi Nina mematikan telefonnya langsung.

"Oh itu anak Bibi non." Bianka menaikan sebelah alisnya lalu mengangguk saja. Bianka yang hendak melanjutkan langkahnya tina-tiba berhenti.

"Bi mulai besok masakin makanan buat Bianka ya Bi. Soal larangan Mona, lupain aja ya." Bianka tersenyum miris.

Bi Nina segera mengangguk. “Sipa Non, bibi juga berpikiran untuk seperti itu.”

Bianka melanjutkan langkahnya pergi melihat meja makan, ternyata tidak ada sedikitpun makanan. Bianka menghela nafasnya berat. Mau tidak mau ia harus membeli makanan.

Saat ini sudah malam, dengan segera Bianka mengambil hoodie miliknya lalu pergi dengan jalan kaki saja. Karna jaraknya dekat dan hitung-hitung berolahraga. Saat tengah asik berjalan Bianka melihat orang-orang yang berkelahi.

Dengan penasaran Bianka mendekat untuk melihat. Entahlah sebenarnya ia tidak ingin ikut campur tapi kakinya melangkah tanpa diminta. Betapa terkejutnya Bianka saat yang di keroyokan adalah Fero. Bianka melihat Fero yang tak berdaya, mana mungkin satu lawan tiga orang?

Dengan cepat Bianka menerobos masuk dan langsung berdiri di depan Fero seakan akan melindungi.

"Heh cewek! Lo kagak usah ikut campur dah, ini urusan cowok." ucap salah satu orang yang mengeroyok Fero.

Bianka tak menghiraukan mereka dan membantu Fero berdiri. Bianka bisa merasakan bahwa ada orang yang ingin memukulinya. Dan dengan cepat bianka mengelak. Bianka memanas, mereka bertiga ini membuat Bianka kesal. Bianka melepas Fero begitu saja lalu menonjok orang yang mau memukulnya itu.

Dan terjadilah pertarungan biyanka dengan tiga orang itu. Anehnya, ketiga laki-laki itu sangat mudah dikalahkan. Apakah mereka memang lemah? Tapi kenapa Fero sampai dikeroyok begini?

🍃

TBC!

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang