48. Ancaman

190 13 0
                                    

Happy Reading...

🍃

Bianka kembali masuk ke ruangan Fero dan memberikan segelas air dan obat pada Fero, dengan segera Fero menegak obatnya. Fero tersenyum kala obat itu sudah tertelan di tenggorokannya.

"Makasih Bi." Fero tersenyum simpul ia benar-benar tidak mau kehilangan seorang di hadapannya ini lagi.

"Sama-sama, Lo mau apel?" Ujarnya memperlihat kan sebuah apel merah di tangannya.

"Nanti aja belum mau." Bianka mengangguk dan detik itu lah notifikasi dari handphone Bianka berbunyi.

Bianka mengambil dan bingung melihat siapa yang mengiriminya pesan. Apa lagi pesannya seperti ini?!

+62xxx
Kenapa gak jadi liat aku Bianka?

+62xxx
Kok gak di bales. Oh iya kamu kan lagi ngurusin cowok cupu itu.

Bianka mencoba berfikir keras, siapa yang iseng mengirimnya pesan seperti ini? Semenjak kejadian kecelakaan itu banyak pesan dari orang misterius ini. Orang itu menerornya.

"Kok ngelamun?"

"Ah enggak, ini ada orang asing chat gue." Fero beralih menatap layar ponsel Bianka dan saat hendak mengambil Bianka menahannya.

"Kenapa, biar sini gue telpon orangnya. Biar dia gak ganggu kamu lagi." Bianka menggigit bibir bawahnya lalu menggeleng kecil.

"Gak usah Fer, mungkin ini orang hanya iseng."

"Kalau dia ganggu kamu lagi, bilang sama gue. Biar gue cari tau siapa tuh orang." Tekan Fero dengan wajah datarnya. Bianka hanya mengangguk, ia tidak ingin menambah pikiran Fero kalau ia bilang tentang peneror itu.

"Emhh." Fero memegang tengkuknya merasa agak sakit tiba tiba.

"Lo kenapa Fer? Ada yang sakit?" Fero mengangguk.

"Leher gue sakit dikit." Bianka berdiri lalu membaringkan kepala Fero tepat di bantal.

"Lo harus istirahat jangan banyak gerak dulu." Fero mengangguk dan memejamkan matanya, ia memang butuh istirahat. Dan sampai akhirnya Fero tertidur pulas. Bianka hanya tersenyum kecil melihatnya dan tak lama dari itu datang Jeni dengan Zaki.

"Hai Bi lo udah lama ya?" Tanya Jeni saat melihat Bianka.

"Gak terlalu lama kok." Jeni memungut mengerti lalu duduk di sebelah Bianka.

"Gimana keadaan pujaan hati lo?" Ucap Jeni mengedipkan sebelah matanya membuat Bianka terkekeh geli.

"Dia udah lumayan baik tapi masih butuh istirahat." Jeni mengangguk lalu menoleh pada Zaki yang sibuk dengan bermain game di ponselnya.

"Ki lo bisa jagain Fero sebentar kan?" Zaki mendongak.

"Bisa sih emang lo mau ke mana?" Jeni tersenyum lalu menoleh kembali pada Bianka.

"Gue sama Bianka mau jalan jalan sebentar." Bianka yang mendengarnya menyerinyit bingung.

"Jalan jalan kemana Jen? Gue juga gak mood pergi." Jeni berdecak pelan.

"Pliss kita jalan jalan ya, gue tau lo butuh refreshing." Bianka terdiam sejenak mungkin ia juga butuh refreshing setelah semua yang ia lihat membuatnya menganggukkan kepalanya.

"Yes ya udah lo tolong jagain Fero bentar ya Ki gue sama Bianka pergi dulu." Ujar Jeni antusias dan langsung menarik lengan Bianka keluar dari area rumah sakit.

Bianka diam kala Jeni menarik tangannya dan ia sama sekali tidak tau kemana Jeni akan membawanya pergi. Sampai di depan rumah sakit Jeni langsung masuk ke dalam taxi di ikuti Bianka.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang