37. Tidak akan Menyerah

225 19 7
                                    

. . .

"Bi." panggil Fero.

"Bi." Bianka mendengar ia malas saja saat ini berhadapan dengan Fero, pura pura tak mendengar.

Fero berdecak karena gadis di hadapannya ini tidak berhenti henti berjalan. Sampai akhirnya Fero melangkah lebih cepat dan berhasil menghentikan langkahnya. Sedangkan Bianka terkejut karna Fero berhasil menghadangnya. Bianka sengaja tidak menatap Fero, mengalihkan pandangannya ke samping.

"Lo kenapa? Setiap kali gue deket lo, lo menghindar dari gue?" Tanya Fero namun Bianka masih tak menatap Fero.

"Gue minta maaf Bi. Maafin gue dulu gue gak bisa jadi pacar yang baik buat lo. Maafin gue.." Bianka membuang muka tak ingin mekihat wajah Fero yang sedang memohon kepadanya.

"Gue udah maafin lo Fer. Hubungan kita udah putus. Jadi anggap aja gue orang asing." Ucap Bianka datar. Perkataannya memang berbeda dengan perasaannya, tapi mungkin ini yang terbaik bagi mereka.

"Gak bisa Bi. Gue gak mau hubungan kita putus. Gue ingin memperbaikinya Bi, kasih gue kesempatan kedua Bianka.." Fero memegang kedua tangan Bianka.

Bianka menatap wajah Fero yang serius, ingatan saat Bianka melihat Viana mencium pipi Viana terlintas di benaknya. "Maaf Fer, gue gak bisa."

Fero sedikit tidak percaya dan melihat Bianka melepaskan tangan dari genggamannya. Bianka pergi meninggalkan Fero. Namun Fero segera menyusulnya kembali.

"Bi tunggu."

"Ada apa lagi." Tanya Bianka.

"Gue gak akan berhenti buat dapetin kesempatan kedua dari lo Bianka." Bianka mengepalkan tangannya. Sungguh sakit rasanya mengucapkan ucapan yang berbeda dengan perasaannya.

"Dia udah tolak lo, kenapa lo maksa banget?" Baru saja Bianka ingin menjawab tapi entah dari mana Bima datang.

Bima melepas paksa tangan Fero yang memegang pergelangan tangan Bianka. Sedangkan Bianka dan Fero masih terkejut akan kehadiran Bima.

"Ayo kita balik." Ucap Bima mencengkeram lengan Bianka.

"Eh lo siapanya dia!?" Ucap Fero tegas seolah olah tak suka melihat Bima membawa Bianka pergi.

"Gue..." Tunjuk Bima pada dirinya sendiri sembari terkekeh. "Gue pacarnya!" Ucap Bima sarkas. Bianka dan Fero pun sama sama terkejut.

Fero berdecak "Bohong kan?" Tanya Fero pada Bianka diam sejenak lalu tak lama menggeleng "Enggak, dia memang pacar gue!" Ucap Bianka.

"Jelas?!" Ucap Bima dan langsung melangkah kakinya diikuti Bianka di sampingnya.

"Gue cuman mau bilang Bi. Semenjak lo pergi, tante Mona terpuruk banget Bi, setiao harinya dia nelpon gue nanya lo dimana. Gue harap lo kasih kabar sama tante Mona." Ucap Fero memandang punggung Bianka lalu pergi.

Bianka dan Bima mendengar apa yang di ucapkan Fero. Bianka termenung sambil berjalan, dari hari pertama ia pergi sampai sekarang, Mona selalu menjadi bahan pikirannya. Bianka belum siap melihat ekspresi Mona nanti, perasaan bersalah terus mengusiknya setiap hari. Keduanya segera masuk ke dalam mobil Bima, memasang sabuk pengaman masing masing.

"Bagus kan akting gue tadi?" Tanya Bima memuji dirinya sendiri. "Ya bagus sih, tapi kenapa sampai lo ngaku ngaku pacar gue?" Tanya Bianka balik.

"Emangnya kenapa?" Tanya Bima fokus menyetir sesekali menoleh pada Bianka.

"Ya... gapapa sih." Jawab Bianka melepaskan topi dari kepalanya.

"Apa jangan jangan lo mau pacaran beneran?" Ucap Bima menggoda Bianka sembari terkekeh.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang