26. Ungkapan Bian

234 30 0
                                    

. . .

Di sore hari tepat nya di SMA Pandu Nasional seluruh anggota osis kelas XII berkumpul untuk mendiskusikan acara perpisahan kelas dua belas nanti. Sekarang semua anggota osis berada di ruangan osis sembari duduk mendengarkan sang ketua osis berbicara.

Fero, yang jabatan nya menjadi waketos berada di situ sembari menunggu sang ketos selesai berbicara.

"Tujuan gue ngumpulin kalian sore sore gini buat membicarakan soal perpisahan kelas dua belas nanti. Jadi apakah kalian semua ada masukan rencana?? Silahkan mengacungkan tangan." Ujar Annisa sang ketos.

Seorang mengacungkan tangan nya dan semua menoleh ke arahnya.

"Gue bukan mau kasih saran, tapi gue mau nanya aja kenapa harus sekarang kita diskusikan? Kan masih lama." Semua yang menatapnya langsung mengalihkan tatapan nya.

Sedangkan Annisa menghela nafasnya mendengar ucapan itu.

"Ini udah gak lama lagi besok kita udah mau ujian dan apa kita mendiskusikan nya di tengah ujian? Pasti tidak kan nanti mengganggu waktu belajar kalian." Tegas Annisa dengan wajah seriusnya dan yang lain mengangguk membenarkan nya.

"Baiklah kalo begitu, maafkan aku jika membuang waktu kita." Ucap salah satu anggota osis yang bertanya tadi.

"Tidak apa apa bagus pertanyaan lo jadi yang lain bisa tahu maksud gue." Annisa kembali duduk di kursinya.

"Sekarang kalian ada pendapat?" Semua anggota sibuk memikirkan nya.

Drttt drttt

Lain dengan fero yang sedang membantu memikirkan tiba tiba handphone di ponselnya bergetar. Untung saja, suaranya di kecilkan. Kalau tidak bisa mengganggu yang lain.

Ketika melihat layar ponsel nya tertera nama Bianka di sana. Fero berfikir sejenak tumben Bianka menelfon nya duluan, biasanya dia hanya mengirim pesan.

"Annisa gue permisi keluar bentar." Annisa menatap Fero serius lalu mengangguk setelah ia melihat handphone Fero bergetar.

Dengan cepat Fero keluar ruang osis lalu menjawab panggilan Bianka.

"Hallo Bi? Tumben telfon gue biasa nya malu malu." Ucap Fero masih sempat bercanda.

Tak ada jawaban dari Bianka membuat Fero jadi khawatir. Hanya ada suara hembusan angin yang terdengar.

"Hallo Bi, Bi, Bianka hallo? Lo di sana kan?" Ucap Fero untuk kesekian kalinya.

"Hallo Bi lo ga papa kan? Lo dimana? Kenapa gak jawab Bi?" Bianka tak kunjung menjawab membuat Fero berfikiran negatif. Saat ingin berbicara lagi barulah Bianka mengeluarkan suaranya.

"Iya Fer ini gue Bianka." Fero menghela nafasnya.

"Baguslah lo gak papa kan? Ada apa sama lo? Apa terjadi sesuatu?" Terdengar suara Bianka menghela nafasnya dari telfon.

"Lo dimana Fer, gue butuh lo." Ucap Bianka dengan suara yang terdengar serak.

"Butuh gue? Lo kenapa Bi?? Jawab gue lo kenapa?" Rasa khawatir Fero meningkat.

"Gue gak papa kok, gue hanya pengen liat lo." Fero menghela nafasnya.

"Iya ntar nanti gue kesana, tapi sekarang gue gak bisa. Gue lagi rapat osis." Ujar Fero seadanya.

"Oh kalo gitu lanjut aja rapat osis nya ya."

"Hm iya, tapi lo gak papa kan?"

"Engga kok bye Fer." Fero tersenyum singkat lalu kembali masuk ke ruang osis.

Saat masuk semua nya masih diam sibuk dengan urusan nya masing masing, sama seperti yang dilakukan mereka sebelum Fero keluar. Fero kembali duduk di kursinya.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang