15. Suka?

293 39 1
                                    

. . .
Dari tadi Bianka hanya diam membuat Jeni setengah mati cemberut. Bianka pun tak tahu mengapa, rasanya malas saja untuk bicara.

Dari tadi Jeni mengikuti langkah kemana Bianka pergi. Sampai pada saat ini pembelajaran olahraga. Jeni mengikuti Bianka hingga sampai di loker sekolah.

"Lo ngapain ngikutin gue terus Jen?" Tanya Bianka mengambil celana olahraganya di dalam loker lalu menutupnya dan tak lupa untuk mengunci kembali.

"Lo sih dari tadi diemin gue mulu, emangnya gue ada salah ya sama lo?" Ujar Jeni melipat kedua tangannya di atas dada.

"Lo gak ada salah sama gue Jen, mendingan lo cepetan ambil celana lo di loker. Nanti di marahin pak Santoso." Tanpa mebalas Jeni hanya mengambil celana olahraganya lalu pergi bersalin.

Sekarang kelas Bianka tengah berdiri dilapangan sembari berjemur di matahari pagi. Mereka berbaris melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Seperti biasa Jeni dan Bianka barisan
nya selalu bersampingan. Ketika pemanasan hampir selesai, segerombolan murid XII MIPA 1 keluar lapangan.

"Anjir Bi! Lo liat kelas Zaki keluar!!" Jeni histeris namun tetap berbisik agar tidak terdengar ke telinga pak Santoso.

"Serah lo Jen."

"Eh Bi, kemaren lo habis dari mana waktu gue sama Zaki ke rumah lo?" Tanya Jeni cukup terdengar di telinga bianka tapi dia pura-pura tak tahu.

"Bianka." Jeni menyenggolnya lalu Bianka menoleh mencari alasan. Dia tidak mau sama sekali kalau Jeni mengetahui kejadian sebenarnya. Pasti akan menjadi beban untuk Jeni nantinya. Biarlah Bianka sendiri yang membawa beban itu.

"Dari rumah sakit, habis liatin bibi gue Mona." Jeni mengangguk mengerti.

Saat pemanasan tak sengaja mata Fero menatap mata Bianka. Mereka saling menatap tanpa ada yang mengganggu.

"Fer fokus, lo tatap-tatapan sama siapa sih?" Zaki menyenggol lengan Fero pelan lalu melirik ke objek yang Fero tatap.

"Lo tatap tatapan sama Bianka Fer?" Goda Zaki pada sahabat kakunya satu ini.

"Gak."

"Terus lo tatapan sama siapa? Setan? Ada kali setan mau liat muka lo." Fero memilih diam karena tak tahu harus bicara apa.

Lain dengan Bianka saat bertemu dengan tatapan Fero dirinya merasa gugup seketika. Hatinya ingin sekali memutuskan kontak mata itu, tapi matanya enggan untuk bergerak.

"Anak-anak hari ini kalian olahraga bebas ya, dikarenakan bapak ada keperluan hari ini." Selesai pemanasan pak Santoso berucap lalu pergi.

"Bi, kita olahraga apa ya?" Jeni bertanya mengikuti langkah Bianka yang menuju kursi di bawah pohon.

"Olahraga ini." Jeni mengerutkan wajah bingung mendengar ucapan Bianka barusan.

"Olahraga apaan Bi?" Tanya Jeni sekali lagi dengan jelas. Dan Bianka hanya menatap sekitar.

"Ya ini." Jeni menggaruk garukan kepalanya bingung. Olahraga macam apa ini yang Bianka lakukan sekarang.

"Emang ada ya olahraga duduk liet orang?" Bianka hanya diam tidak menanggapi ucapan jeni.

"Kalo lo gak mau olahraga kaya gue, ya silahkan lo olahraga yang lain tuh banyak." Jelas Bianka menunjuk beberapa permainan olahraga yang ada di hadapan mereka.

"Iya tapi gak ada temennya Bi...."

"Tuh Zaki ada." Tunjuk Bianka pada Zaki yang sedang menatap Jeni dan Bianka.

"Bener juga ya Bi, tapi lo-nya sendirian gak papa?" Bianka menggeleng sebagai jawaban kepada Jeni dan tiba-tiba sudah ada Zaki menghampiri mereka.

"Hai Ki.. Fer." Sapa Jeni pada kedua laki-laki itu membuat Bianka tersadar dengan nama terakhir yang di sapa Jeni.

BiankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang