assalamualaikum
happy reading❤
ini next chapter ya,semoga suka ya
kasih vote dan comment ya🌼____________🌷🌷🌷_____________
Hari-hari dilalui qilah dengan suram. namun dhisty selalu menghibur dan mengingatkan qilah bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan mati. tak sekali-dua kali qilah menitikkan air mata, dhisty begitu memahaminya.kadang dhisty menghibur atau kadang dhisty membiarkan qilah menangis di bahunya, jika itu bisa membuat qilah menjadi lebih baikan.
"Qilah, ke kantin yuk!" ajak dhisty karena jam pelajaran ke 4 telah berakhir, saatnya istirahat.
"ehmm." qilah mengangguk, kemudian qilah beriringan dengan dhisty menuju kantin dengan mata sembab nya.
saat dhisty dan qilah berjalan, mereka jelas mendengar desas desus murid lainnya, kali ini desas desus yang menyayat hati.
mereka bilang qilah akan tidur di kolong jembatan karena papi sudah tiada, mereka semua tau betul qilah memang hidup dengan kemewahan karena papinya adalah direktur utama di banyak perusahaan.
tapi riwayat serangan jantung yang dimiliki papi harus membuat papi duluan menuju sang illahi. qilah selalu terlihat ceria di setiap suasana di hari sebelumnya, namun kali ini ia tak dapat melawan rasa sedihnya.
mungkin qilah sendiri juga merasa ini berlebihan, kenapa harus menangisi papi setiap hari padahal ini sudah 5 hari sejak kematian papi. ia harus berubah menjadi anak yang sabar dan tegar menghadapi cobaan, bukankah papi selalu berpesan agar qilah jadi anak bersyukur dan selalu tegar.
"udah qilah, mending nggak usah di dengerin, mereka syirik aja mungkin, kamu cantik, pintar. dan mereka ingin sepertimu." ucap dhisty hati-hati dengan formal agar terdengar lembut.*ckck
"iya makasih dhis."qilah memegang erat tangan dhisty kemudian berlalu ke kantin. dan menganggap bisikan-bisikan itu antara ada dan tiada.
***
Dhisty segera memesankan makanan untuk mereka di kantin, tak lama bakso pesanan mereka datang. dhisty dan qilah mencoba memakannya dengan lahap. kemudian qilah tampak tersenyum geli diantara suapan baksonya. dengan penasaran dhisty kemudian bertanya.
"qilah, lo kenapa ketawa gitu sih? gue jadi takut nih." tanya dhisty dengan panggilan nonformal kembali. sesekali memegangi jidat qilah takutnya panas.
"hmmm,,hihihi." qilah tak menggubris, malahan ia tambah tertawa geli.
"aish, kok ketawa lagi sih? ada yang lucu?" kini dhisty mulai kesal.
"hemm, dhisty masih marah ya sama qilah?" tanya nya kekanak-kanakan.
"marah? oiya gue lupa marah sama lo." dhisty frustasi, ia mengacak-acak puncak kepalanya. ia teringat qilah sudah membuat wajahnya dibanjiri es jeruk beberapa hari yang lalu.
"mau gimana gue caranya marah sama lo?, gue gak tega." rengek dhisty.
"tapi awas, gue bakalan marah sama lo lusa." ancam dhisty sambil mengacungkan telunjuknya ke hadapan qilah."hidihhh." qilah bergidik ngeri.
"yodah-yodah, lanjutin gih makannya." dhisty kembali melahap baksonya sembari menggerutu.
tak lama, kemudian ghibran datang dan lansung mengambil posisi duduk di samping dhisty.
"e ehh lo ngapain disini?" teriak dhisty semakin membuatnya frustasi.
"mau makan sama lo lah." jawabnya datar.
"ngapain sih, gue gak mau" ketus dhisty kemudian, dan membuang muka.
mereka sekarang menjadi pusat perhatian seisi kantin.
"yaudah terserah lo, gue suka sama lo." jawab ghibran antusias, dan sengaja mengeraskan agar didengar oleh seisi kantin.
"whatt??" lagi-lagi 'byurr' kali ini tepat di hadapan ghibran, namun dengan cepat ghibran mengelak dan menghadangkan punggungnya, sehingga punggungnya yang basah. kali ini mulut qilah yang berisi air mineral tepat disemburkan ke ghibran. dhisty dan qilah terkejut bukan main, apalagi ghibran.
"eeh, bebeb kok nyatain perasaanya ke orang lain sih, bukan ke aku. "kali ini loly yang datang menjadi penghancur suasana.
"e eh, baju bebeb aquh kenapa syih? kok basah? perasaan gak ada hujan gak ada badai tu?" loly menatap ke langit-langit ruangan. sesaat kemudian mengelap tangan ghibran dengan tissue, tapi disusul tolakan dari yang punya tangan.
"apaan sih lo? bebeb-bebeb apaan? emang gue ngekwek-kwek?" lirih ghibran.
"bebeb sayang, bukan bebek. ih bebeb ghibran nilai rata-rata nya berapa sih?dibawah kkm ya? pantesan nggak tau. tapi gak papa gantengnya gak kurang tau. kan bebeb punya loly." kali ini disambut oleh gidikan ngeri oleh puluhan pasang mata di seisi kantin.
"gue enggak bebeb lo. sejak kapan gue punya lo. mulai hari ini yang punya gue dhisty bukan elo. faham?" jelas ghibran yang sukses membuat puluhan pasang mata luluh dengan pernyataan barusan.
"heh!sejak kapan gue mau milikin elo. najis."kali ini dhisty yang angkat suara.dan kemudian menarik tangan qilah dan berlalu meninggalkan kantin.
giliran ghibran terperongo melihat kepergian mereka. ghibran pun segera ke loker mengganti bajunya, benar-benar keterlaluan,sudah 2 korban qilah.
selesai mengganti baju, ghibran segera menuju kelas. tapi telfon nya tiba -tiba berdering, yang membuatnya berhenti, lalu mengangkat telfon.
"halo," sapa ghibran duluan.
"waalaikumussalam kak." teriak orang di seberang sana. benar, dia vani.
"gue belum ngucapin salam kali." lirih ghibran kesal.
"nggak papa, aku aja yang ngucapin. assalamualaikum kak ghibraannn." ucap vani dengan semangat empatlima.
"waalaikumussalam. itu mulut apa toa mesjid?" ghibran menyumpal telinganya cepat-cepat dengan tangan kirinya.
"to the poin, lo mau apa?" sahut ghibran kemudian.
"kak, gimana rencana kita? lancar?" tanya vani.
"masih proses,tenang aja.gue bakal buat dhisty mencintai gue,nggak bisa jauh jauh dari gue,abis itu gue bakalan tinggalin dia.gitu kan?"ghibran berkata pelan.
orang di seberang telfon pun tersenyum geli, sambil sesekali memainkan poni nya.
_________🌷🌷🌷_________
Nah,udah tau kan apa rencana
jahat mereka.
next chapter bakalan lebih seru.
mohon ikuti dan kasih vote yaa
juga kritik lewat comment.😊salam
Rani HF
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Rindu (Tamat)
Teen FictionGhibran, laki- laki yang sulit membuka hatinya tiba- tiba terjebak dalam permainannya sendiri? Dhisty, perempuan penjaga perasaanya itu merasakan perubahan sayang jadi sakit? Bisakah mereka bersatu? Apa yg terjadi? ikuti sampai habis ya Jangan sim...