[41] Aku Pergi

263 29 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim..

*****

Dhisty terbangun dari tidurnya, ia melihat Qilah dan Nora sedang tertidur pulas di sampingnya.

"Gue minta maaf ya, gue belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo berdua." Sekujur tubuh Dhisty rasanya menggemang.

Setetes bulir bening berjatuhan di pipi gembulnya.

Ia segera turun dari kasur, menuju lemarinya. Mengemasi barang-barang dan memasukkan semuanya ke koper miliknya.

Langkahnya terasa gemetar, lelahnya belum jua hilang rasanya. Pilihan ini datang sebagai celah kebahagiaan baginya. Ia harus kuat.

Dhisty berjalan menyusuri jalanan malam buta itu, jam tangannya menunjukan pukul 3.40 malam, masih jam tidur. Ia tak peduli dengan keadaan sekitar nan gelap dan sunyi.

*****

Dhisty tersentak, sinar matahari memasuki celah matanya. Ia terbangun, ternyata ia tertidur di bangku halte. Arlojinya menunjukkan pukul 06.30 pagi.

Tangan kecilnya menyetop Taxi, lalu ia dan kopernya berangkat, dibawa Taxi entah kemana.

*****

Sementara, pukul 06.00 wib. Di rumah Dhisty.

"Dhisty mana sih? Tumben bangun cepet dari kita." Celoteh Qilah.

"Berbaik sangka aja, siapa tau dia bikinin sarapan buat kita." Tebak Nora yang masih terduduk lemas.

Qilah hanya mengangguk ria, ia bangkit dari kasur dan membuka lemari Dhisty.

"Eh, kok kosong?"

"Apa kosong?" Nora ikut bangkit dari kasur, lalu menuju lemari Dhisty.

"HAH?? Kok bisa? Kemana tu anak?" Panik Nora.

"Periksa koper," desak Qilah.

Nora mengecek sekeliling kamar Dhisty, "Kopernya nggak ada, hoodienya tadi malem juga gak ada."

Dengan langkah seribu Qilah berlari keluar kamar, menuruni anak tangga.

"Wei, tunggu Qil." Nora memasang jilbabnya terburu.

"Mama mama, Dhisty enggak ada." Panik Qilah, ia melihat Mama Dhisty sedang menyiapkan makanan di meja makan.

"Kenapa nggak ada?" Mama ikutan panik.

"Kita nggak tau Ma, tadi bangun-bangun udah nggak ada dia," Qilah panik.

"Papa, tolong lacak handphone Dhisty Pa, kayaknya dia kabur, soalnya dari kemaren dia nampak murung terus. Mama yakin dia ada masalah." Teriak Mama khawatir.

Papa yang mendengar kalang kabut keluar kamar, "Kok bisa kabur? Kan pager dikunci."

"Kan bisa dibuka, Dhisty punya kunci serap, Papa lupa ya?" Tunjuk Mama.

Papa tak lagi menghiraukan ocehan Mama, ia langsung menuju ruang kerjanya, mungkin mulai melacak dan meminta bantuan teman-temannya.

Jemari Papa bergerak lincah, bekerja mengikuti sesuai perintah otaknya.

Sedangkan Qilah dan Nora pamit mencari Dhisty, siapa tau Dhisty pergi ke tempat yang sering ditujunya.

"Tolong banget ya Pa, usahain temukan posisi Dhisty." Pinta Mama memohon.

"Iya pasti, Ma. Sudah pasti Papa usahain laah." Papa juga nampak khawatir.

Tangan Mama tak henti memencet nomor-nomor yang hendak ia hubungi. Nomor Ghibran terpencet.

Walau Rindu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang