[23] Tas Ungu

178 38 0
                                    

Maaf baru up, udah sekian lama rasanya😂
Alasannya karena author sedang kurang enak badan_-
(ge'er author ini mahh, yg nanya juga kgk ada)

HAPPY READING MAN TEMAN❤

____________🌷🌷🌷_____________

"Pa, Dhisty pamit ya. Nanti kalau ada apa- apa Dhisty kabarin ke Papa." Dhisty mencium lembut tangan Papa yang kebetulan juga akan berangkat kerja.

"Yaudah, anak Papa hati- hati ya." Papa menaiki mobil dan berlalu ke Rumah Sakit, benar saja, Papa Dhisty adalah seorang Dokter psikolog.

Memang sengaja hari ini Mama yang akan mengantar Dhisty ke sekolah. Hari ini semua anak SMA IT Pramulya mengadakan Study Tour sekaligus Camping akhir semester.

"Oh iya, Pembagian rafor kapan sayang?" Mama membuka percakapan pagi ini diatas mobil. Hari ini Mama yang menyetir.

"Minggu depan Ma, nanti juga dibagiin kok undangannya." Jawab Dhisty tersenyum.

"Ohiya, udah semua kan? Ada lagi yang ketinggalan nggak?" Tanya Mama, takut nanti keperluan Dhisty ada yang tertinggal.

"Udah kok Ma, tadi malem udah aku cek semua. Udah ok kok." Jawab Dhisty sambil berkaca di layar ponselnya.

"Yaudah, pesan Mama hati-hati yaa. Jangan terlalu bersenang- senang sampai lupa Allah. Ok?" Saran Mama mengingatkan Putri kecilnya.

"Okay Mama. Makasih ya ma, atas semuanya." Dhisty memeluk Mama dari samping. Sedangkan Mama hanya memegangi pundak putrinya dengan sebelah tangan. Dengan pandangan yang tetap fokus.

"Aku sayang Mama, sayang Papa juga." Setelah mobil terhenti, Mama mengecup puncak kepala Dhisty.

Dhisty keluar dan memasuki gerbang sekolah dan lansung diarahkan Mr.Hans, selaku guru Olahraga mereka.

***

Qilah tampak berjalan dari gerbang menyandang ransel besar miliknya. Sedangkan tangannya memegang tas punggung kecil berwarna ungu.

"Tumben lo mau nurut sama gue." Qilah berjalan semangat kearah Dhisty.

"Apaan?" Dhisty tidak mengerti maksud Qilah.

"Inii." Qilah mengangkat tas ungunya tinggi- tinggi dengan tangan kanan.

"Aish, kenapa gue khilaf sihh?" Ia memandang tas punggung berwarna ungunya yang dibelikan Papanya di Paris. Sebulan setelah itu Qilah juga meminta Maminya membelikan tas yang sama di Paris.

"Nurut? Gue nggak nurutin lo kok." Dhisty memutar matanya dengan heran.

Qilah meraih ponsel miliknya dari saku dan memperlihatkan pesan yang tadi malam ia kirimkan pada Dhisty.

"Ini, tapi sayang nya nggak lo baca." Qilah tertawa sinis. Sambil menghadangkan ponselnya ke wajah Dhisty.

Dhisty penasaran dan memastikan pesan yang dikirim Qilah. Memang benar, kenapa ia tidak membaca pesannya tadi malam. Jika ia baca tidak akan memakai tas yang sama sekarang.

Qilah memang sangat tau, dari dulu Dhisty tidak suka jika barang yang digunakannya sama dengan yang digunakan orang lain.

Qilah tertawa sinis, sedangkan Dhisty tertunduk merutuki dirinya.

Walau Rindu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang