Happy reading❤❤
Semoga suka:)
Budayakan tinggalkan jejak⛤_____________🌷🌷🌷______________
Vani memandang Loly dengan tatapan sinis, kalau saja tak harus menjaga sikap, sudah ia cakar wajah menjijikkan milik Loly. Sebenarnya Loly mempunyai wajah tak kalah cantiknya dari Vani. Tapi sikap onar yang dimilikinya membuat ia tak disukai Ghibran dan banyak siswa.
Loly menepis tangan Vani kuat. Agar berhenti terus-menerus memegangi tangan Ghibran. Vani meringis dan menahan amarahnya.
'Buset dah bocah, ini sepupu gue kamprett.' Bathin Vani kesal.
Sesuai rencana, Vani memang menjadi anak baru dan seakan bukan siapa-siapanya Ghibran. Baginya it's oke, selama ia berhasil dengan rencananya.
***
Pak Aris masuk, memberikan pelajaran matematika kepada siswa nya seperti hari-hari biasa.
"Dhiss.." panggil Qilah.
"Hmmm." Yang dipanggil hanya bergeming malas.
"Dhiss, ini gawat woii." Seru Qilah.
"Apa gawat sih? Emang nya siapa masuk UGD?" Jawab Dhisty tetap malas.
"Gue serius kutill.." Qilah mulai emosi.
"Iya apa sih? Lansung ngomong aja napa?" Dhisty setengah berteriak kesal.
"Lu liat gak sih? Ghibran gak biasanya welcome banget ke orang-orang selain lo." Qilah kesal sambil menunjuk ke arah Vani yang selalu mengajak Ghibran berbicara.
"Tau ah, biarin aja. Gue bukan siapa-siapanya." Dhisty memutar kepala malas.
"Dhis, lo nggak gitu seharusnya, lo harus perjuangin orang yang selama ini perjuangin looo." Emosi Qilah naik ke ubun-ubun.
"Masalah sama lo apasih? Gue nggak akan pernah perjuangin dia. Paham lo." Dhisty tersenyum menyeringai licik.
"DHISSTYYY.."
"LO EGOIS."
"DAN GUE? ANTI TEMENAN SAMA ORANG EGOIS KAYAK LOO."
Dhisty terperanjat kaget, bukan karena ucapan Qilah barusan. Tapi puluhan pasang mata menyaksikan pertengkaran mereka sejak Qilah meninggikan suara.
Setelah terperongo sekian detik, seisi kelas bertepuk riuh. Aneh bukan? Bagi mereka jarang bahkan tidak pernah Dua orang yang jadi pusat perhatian ini berdebat segitu hebatnya di dalam kelas.
Dan Qilah? Meninggikan nada suaranya. Ini amazing, pasti ada apa-apanya. Pikir seisi kelas.
Yang ditonton kemudian menyeringai kuda tanpa dosa.
"Maaf pak, saya nggak bertengkar kok. Kita latihan akting buat kompetisi kok paak." Qilah tertawa kecil dan menepuk-nepuk punggung Dhisty.
"Iya nggak Dhis??" Qilah mengernyitkan dahi semangat.
"O iya paak. Kita seriuss,,, maksud saya serius latihannya. Biar juara." Dengan cepat Dhisty mengiyakan jalan otak Qilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Rindu (Tamat)
Teen FictionGhibran, laki- laki yang sulit membuka hatinya tiba- tiba terjebak dalam permainannya sendiri? Dhisty, perempuan penjaga perasaanya itu merasakan perubahan sayang jadi sakit? Bisakah mereka bersatu? Apa yg terjadi? ikuti sampai habis ya Jangan sim...