Happy reading😊
Jan lupa vote and comment guyssAku tungguuuuu😚😙😍
🐼🐼🐼🐼🐼
Ghibran menepis lelahnya, ia tak mau tampak lemah. Bagaimanapun, Dhisty tidak mengerjakan tugas karena sibuk menangisi dirinya. Ia tahu betul itu.
Sebotol air mineral sudah habis ia teguk, yang sempat ia beli tadi di kantin. Ia juga sempat melihat Dhisty bersama Qilah, Qilah memandang iba, namun tidak dengan Dhisty, ia hanya memandang datar, layaknya tak peduli.
Tak lama, ponselnya berdering. Bersamaan dengan bel masuk berbunyi. Setelah mengangkat telefon, ia berlari ke kelas untuk mengambil tas, dan pergi keluar sekolah begitu saja.
Guru piket yang bersorak-sorak tak lagi ia pedulikan. Bagaimanapun, dia bukanlah siswa nakal bergaya fakboy, ia siswa pintar dan disiplin dengan berpakaian rapi.
Pedal gas ia pijak kuat, agar mobil melaju kencang. Jalanan Ibu Kota yang ramai tak menjadi halangan.
Setelah lama berkutat dengan jalanan, Ghibran sampai di depan rumah sakit, ia segera turun dan berlari tergesa. Rasanya kini sangat khawatir, ini semua karena nya. Ampuni dosa Ghibran Ya Allah, batinnya.
Ghibran masuk ke sebuah ruangan, hanya ada satu pasien disana, yaitu Vani. Dikelilingi banyak Dokter dan beberapa penjaga, sedangkan orang tua Vani sudah kembali ke Bandung tadi pagi, dan memercayakan Vani pada Ghibran. Karena keadaan kemaren, Vani tampak baik-baik saja, dan berencana untuk keluar Rumah Sakit esok lusa.
Vani tampak berteriak histeris, "Bundaa...."
"Vani nggak peduli, hancurkan Dhisty.. hiks.." tangisnya.
"Vani benci Dhisty, dia merebut pacar Aku," teriaknya keras.
Melihat kehadiran Ghibran, Dokter An mendekat dan membawa Ghibran ke luar ruangan.
"Maaf Ghibran, kalau boleh saya tau Dhisty itu siapa? Dari kemarin dia berteriak nama Dhisty." Tanya Dokter An.
"Hmm, gimana cara saya jelaskan ya Dokter?" Canggung Ghibran, karena banyak sekali manusia di luar ruangan itu.
"Baiklah, kita bicarakan di ruangan saya saja." Ajak Dokter An.
"Ngomong-ngomong, apa Vani baik-baik saja Dokter?"
"Insyaallah, baik-baik saja." Dokter An menenangkan, ia tahu Ghibran siswa SMA yang sewajarnya tak ingin memikirkan ini.
****
"Jadi seperti ini Dokter, dulu Vani punya teman laki-laki, namanya Chandra, atau lebih tepatnya Chandra itu pacarnya. Mereka satu sekolah, namun tiba-tiba Chandra menyukai Dhisty, saat mereka bertemu di pertemuan seminar. Jadi Chandra berniat pindah dari Bandung ke Jakarta." Jelas Ghibran, melegakan nafasnya.
"Namun, belum sempat Chandra bertemu Dhisty, kabar duka tentang penyakit Mama Chandra terdengar. Ia harus menjaga Mamanya. Sedangkan Vani tidak tahu kemana Chandra menghilang, ia hanya beranggapan Chandra pindah dan berpaling ke Dhisty." Ghibran mengambil nafas tercekat.
Dokter An mengelus pundak Ghibran menenangkan, ia tau betul bahwa Ghibran sakit bila mengingatnya.
"Dan mulai saat itu, kejiwaan Vani mulai tidak terkontrol. Ia lama berada di rumah sakit di Bandung. Makanya Vani sangat tak suka Dhisty, Dokter." Jelas Ghibran, sekarang Ghibran menunduk.
"Ghibran, Dokter tau masih ada lagi yang kamu simpan. Ada apa? Ceritakan saja!" Dokter memandang Ghibran perihatin.
Ghibran mengangkat kepala, dan menyorot mata Dokter An sendu. "Boleh Dokter?" Tanya Ghibran takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Rindu (Tamat)
Подростковая литератураGhibran, laki- laki yang sulit membuka hatinya tiba- tiba terjebak dalam permainannya sendiri? Dhisty, perempuan penjaga perasaanya itu merasakan perubahan sayang jadi sakit? Bisakah mereka bersatu? Apa yg terjadi? ikuti sampai habis ya Jangan sim...