[26] Tentang Harapan

192 36 5
                                    

Haloo😁
Senang berjumpa
Selamat membaca ya❤
Jangan lupa tinggalkan jejak

🌷🌷🌷

Luthfi menelan ludah tersekat, sulit ditelan. Pandangannya jelas- jelas melihat air danau yang mulai menyentuh tenda di perkemahan. Penyinaran senter menyorot jelas, Perlahan mulai tenggelam, segitu ganasnya air danau melahap permukaan

"Jika hujan semakin deras, air akan semakin menggenang, kita tak punya jalan pulang, selain lapangan yang tergenang ini. kita harus menunggu air surut. ratusan tenda kita juga akan diseret hujan." Lamunan Luthfi buyar saat Alam datang.

"Hmm.." Luthfi hanya mendehem pasrah.

Kemudian Luthfi mengadahkan pandangannya ke langit, "Bintang, gue mohon lo muncul, jangan turunkan hujan lagi." Lirihnya pelan, sangat pelan. Tapi bisa sampai ke telinga Alam lewat angin malam yang berhembus.

"Gue yakin, hujan sebentar lagi reda. Lo harus yakin." Alam memegang pundak Luthfi memberikan keyakinan.

"Maaf." Setelah lama hening, Luthfi kembali membuka suara.

"Untuk apa?" Alam terheran.

"Gue gagal." Ia sedari tadi masih menatap nanar langit gelap yang menumpahkan butiran.

"Gue tau kok, dan gue yakin itu karma karena lo nolak Nora yang tulus mencintai lo." Alam memandang langit gelap sambil tersenyum licik.

Luthfi mengangkat tangan siap menoyor jidat Alam, tapi ia urungkan. Luthfi lebih memilih mendengus kesal, membuat Alam terkekeh dan pergi meninggalkan Luthfi sembarangan.

***

Tanpa sadar, pipi Qilah telah basah diguyur cairan bening hangat. Ia meraba pipinya yang basah. Dihadapannya, Dhisty masih terbaring lemah, ia yakin Dhisty kembali ke trauma kecilnya dengan kejadian tadi.

Qilah meraih ponselnya di saku, lowbat. Ia mendengus kesal dan kembali menyimpan ponselnya.

"Dhis, lo harus bangun. Gue takutt keadaan lo memburuk, hp gue mati, harusnya gue nelfon Papa, lo pasti butuh Papa." Qilah kembali terisak sambil menggenggam erat tangan Dhisty.

Sedangkan Nora disebelahnya masih tertunduk kaku, pandangannya hambar. Entah apa dipikirannya.

"Pa-Papaa.." Bibir Dhisty kelu.

Qilah tersadar kemudian mengelus rambut Dhisty menenangkannya.

"GUE DIMANAA?? HIKS! HIKS!" Dhisty menangis ketakutan.

"PAPA DIMANA? MAMAAA? AKU DIMANAA, KITA HARUS BALIK JEMPUUT QUMIIII.. Hiks hiks." Ia terisak kuat.

"Dhisty, lo disini. Lo tenang, nggak ada apa-apa lagi, ini gue Qillah." Qilah menenangkan Dhisty.

"GUE TAKUT QIL, PAPA MANA? GUE TAKUUT." Teriak Dhisty sampai- sampai didengar saluruh siswa di Aula.

"Papa nggak disini, kita camping, Papa di rumah." Qilah mencoba menenangkan Dhisty yang ketakutan.

"GUE MAU PAPA, PAPAAA AKU TAKUT PAAA, HIKS HIKS." Dhisty menutup matanya membayangkan setiap kejadian yang menimpanya. Rasanya ia lebih meimilih mati daripada harus dihadapkan kembali dengan kejadian menyakitkan silam.

Walau Rindu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang