Beach

225 57 10
                                    

Setelah pulang sekolah dan sampai dirumahnya. Agra langsung masuk ke dalam kamar, tidak lama Agra keluar dari kamarnya. Nampak Agra memakai pakaian santai, celana dasar panjang yang berwarna putih, atasan hoodie biru tua dan dengan sepatu yang berwarna hitam polos. Sederhana tapi tidak terlihat sederhana jika Agra yang mengenakannya.

"Mah, Agra pergi ke pantai bentar ya" pamit Agra, ia memasukkan ponselnya di saku kanan celana putih tersebut. Kemudian tangannya mengambil tangan Nia, menyalimi tangan ibunya itu.

"Gak mau makan dulu?" Tanya Nia.

"Nanti makan di luar aja mah" Jawab Agra, kemudian dia berjalan keluar rumah dengan membawa kunci mobil seperti biasanya.

Dengan gerakan yang santai, Agra membuka pintu kemudi dan menjalankan kendaraan tersebut menuju pantai yang ia inginkan.

Agra menjalankan mobilnya pelan, sambil sesekali bersenandung kecil dengan musik yang sengaja ia putar. Lagu yang berjudul 'by my side'  itu terdengar tidak terlalu keras di dalam mobil, sehingga membuat suara Agra yang merdu lebih terdengar jelas.

Butuh waktu sekitar 25 menit untuk Agra sampai di pantai tujuannya. Agra memakirkan mobilnya di sebrang jalan. Ia segera turun dan berjalan mendekati tepian pantai.

Duduk di pasir putih dengan sesekali hamparan ombak yang datang. Sangat tenang, itulah yang ia inginkan. Di tepian bibir pantai itu juga, Agra ingin menyaksikan matahari terbenam, ya walaupun waktu untuk sang surya itu tenggelam masih cukup lama. Itu tidak menjadi landasan alasan bagi Agra, ia bahkan rela menunggu Senja bertahun-tahun. Menunggu matahari terbenam berjam-jam itu bagian terkecil dari hidupnya, bukan masalah.

Terjangan ombak semakin besar menyapa kaki Agra, tanda dari hari semakin dekat dengan gelap. Saat itu juga sinar berwarna jingga mulai nampak, walaupun hanya sedikit, tetap saja membuat bibir Agra tersungging senyuman.

"Suka ombak atau suka senja?" tanya seseorang dengan jarak yang cukup dekat.

"Senja" jawab Agra, matanya tak lepas dari matahari jingga itu.

"Kenapa suka senja?" Tanya orang itu lagi, untuk kedua kalinya.

"Karena Senja" jawabnya dengan santai. Tidak lama setelah mengatakan itu, ia memalingkan matanya sejenak dari matahari untuk melihat siapa orang yang mengajaknya berbicara tadi, orang yang menggangu dirinya dengan senja.

Saat menoleh ke sosok itu, Agra lantas terkejut. Sosok itu menampilkan senyum yang sangat manis, rambutnya terurai panjang dengan hiasan bando berwarna biru cerah.

"Hai" sapa gadis itu, ucapannya terdengar sangat kaku.

°°°

Kayla bingung, bingung untuk mengembalikan moodnya yang hilang. Makan sudah habis tiga piring, beberapa bungkus jajanan dan minuman juga tidak membuatnya ceria lagi.

Kayla lantas mengambil ponselnya, ingin mengajak Vyola jalan-jalan. Mungkin hal itu bisa membuatnya melupakan kejadian disekolah tadi.

Sudah dua kali Kayla menelpon Vyola, tetapi tidak kunjung diangkat. Percobaan yang ketiga tidak sia-sia, Vyola mengangkat teleponnya.

"Hai Vy" sapa Kayla.

"Mau apa? Cepetan!" ucap Vyola di sebrang telepon, terdengar sangat malas untuk menerima sambungan telepon dari Kayla.

"Jalan jalan yuk, bosen dirumah" ajak Kayla.

"Gak" Vyola langsung menjawab, tanpa berpikir lagi.

"Ayola—" ucapan Kayla belum selesai tetapi Vyola terlebih dahulu memutuskan sambungan itu. Kayla menghela nafas, ia bangkit dari baringnya dan memasukkan ponselnya ke tas kecil, lalu mampir sebentar ke meja rias. Setelah di rasa cukup, ia mengambil tas tadi dan keluar dari kamar.

Langit & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang