Senja terlalu cerah buat Langit yang selalu mendung.
Disinilah Agra sekarang, di sebuah lapangan. Ah kalian tau bukan, kenapa lapangan itu menjadi tempat yang mungkin paling spesial baginya.
Setelah meninggalkan acara eskulnya, Agra pergi ke lapangan itu, meninggalkan kegiatan sekolahnya yang masih berlangsung, bolos.
Walaupun tidak ada kegiatan yang akan ia lakukan di sana, hanya duduk di tengah lapangan dan dengan tatapan mata yang nampak kosong.
Mungkin jika orang yang baru melihatnya akan mengatakan dia gila, tapi tidak bagi mereka yang sudah terbiasa dengan hal aneh yang Agra lakukan.
Tasnya sengaja ia tinggalkan di kelas, Agra hanya membawa kamera yang belum sempat dia simpan pada wadahnya. Beruntung kunci mobil tersimpan di saku celana, sehingga dia tidak mengalami kesulitan untuk bolos.
"Kakak ngapain di sini?"
Agra menoleh ke suara itu, nampak gadis kecil berbaju merah dengan bintik-bintik hitam, rambutnya dikepang dua dan tangannya membawa boneka.
Agra mematung melihat baju yang dikenakan gadis kecil itu, sama persis dengan baju yang dipakai Senja dulu ketika mereka pertama kali bertemu.
Kesadaran Agra kembali sesaat gadis kecil itu melambaikan tangannya tepat didepan wajahnya.
"Hmm, Icha ngapain juga disini?" Bukannya menjawab pertanyaan gadis kecil tadi, Agra justru balik bertanya.
"Icha lihat kakak di sini, jadi Icha ikutan juga" jawab gadis kecil itu.
"Sini kakak pangku" lalu gadis itu, Icha langsung mendekati Agra dan duduk di pangkuannya.
"Kenapa kakak enggak main ke panti aja?" tanya Icha, Icha adalah salah satu anak yang tinggal di panti asuhan, yang dulu panti itu adalah rumah Agra sebelum pindah.
"Iya nanti kakak mampir bentar ya" sahut Agra, ia memeluk hangat anak kecil itu.
"Kok bentar? Kakak udah jarang kumpul lagi bareng kita" kata Icha sambil memainkan rambut boneka.
"Kakak masih banyak pr, terus kakak juga banyak kerja kelompok. Jadi belum ada waktu" kata Agra, Icha langsung lesu, senyumnya pudar.
"Minggu besok kakak main deh" rayu Agra, senyum Icha langsung kembali.
"Dari pagi sampai sore ya kak?" Agra hanya mengangguk dan tersenyum.
"Icha dapet baju ini dari mana?" tanya Agra penasaran, bajunya sangat persis dengan baju Senja sore itu.
"Oh ini, dapet dari butik itu kak," tangannya menunjuk butik yang tidak jauh dari lapangan, membuat mata Agra mengikuti pergerakan tangan mungil itu.
"Di kasih sama penjahit butik itu." sambung Icha.
Baju Senja.
Agra yakin sekali jika baju yang dipakai Icha saat ini adalah baju Senja dulu.
"Kakak?" Icha menggoyangkan lengan Agra, membuat cowok itu kembali lagi dari lamunannya.
"Emang kenapa dengan baju ini kak?" tanya Icha.
"Enggak kok, bajunya bikin Icha tambah cantik" jawab Agra, membuat Icha tersenyum manis.
Juga Senja, cantik. Sambung Agra di dalam batinnya.
Kemudian mata Icha tidak sengaja melihat benda yang berada di samping kanan Agra, benda itu diletakkan begitu saja.
"Kakak bawa kamera?" tanya Icha. Agra menjawab dengan anggukan kemudian matanya beralih menatap kamera disampingnya.
"Kok enggak dimasukin ke tas kak?" tanya Icha. Agra mengabaikan pertanyaan anak kecil itu, tangannya justru mengambil kameranya. Mendekatkan benda itu ke wajahnya.
"Karna kakak mau foto Icha" jawabannya, lalu tangannya memencet tombol yang digunakan untuk mengambil gambar. Respon Icha hanya terkejut, dia belum sempat bersiap-siap tetapi Agra sudah memotretnya lebih dulu.
"Ih kakak curang!!!" Icha menginjak kaki Agra.
"Aduh, sakit Cha. Kakak curang apa?" kata Agra, dia segera meletakkan kembali kameranya.
"Tau ah!!! Icha marah!" kata gadis kecil itu dan dia kemudian berlari menjauhi Agra, pulang ke panti dengan kecepatan lari yang dia punya.
Agra yang melihat tingkah Icha hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian dia mengambil kembali kameranya dan bangkit untuk menyusul Icha ke panti.
°°°
Kayla masuk ke dalam kamar Aini, dia melihat Aini sedang membaca majalah di atas ranjang. Kayla segera mendekat, dia menaiki ranjang Aini, tiduran disana dengan paha Aini yang dijadikan bantal.
Aini meletakkan majalah itu ke nakas, dia lalu mengusap lembut rambut Kayla.
"Nek, kisah cinta nenek dulu sama kakek gimana sih?" entah apa memasuki otak Kayla, sehingga dia bisa bertanya demikian.
"Kenapa tiba-tiba Kayla nanya gitu?" Aini menjawab dengan pertanyaan. Kayla hanya menjawab dengan cengiran yang lebar.
"Hehe, enggak ada apa-apa sih nek. Cuma mau tau aja, pasti seru" jawab Kayla, Aini masih saja memainkan anak rambut Kayla.
"Nenek dengar dari Vyola, Kayla udah suka sama seseorang" mata Kayla membulat besar, terkejut mendengar itu. Sepupunya itu, benar-benar tidak bisa di ajak menjaga rahasia.
"Ha? Kapan dia cerita sama nenek?" kata Kayla sambil bangkit dari baringnya.
"Nenek lupa kapan dia cerita, berarti bener Kayla mulai suka sama cowok?" tanya Aini
Kayla menghela nafas, awas aja besok lo Vy, batin Kayla
"Kenapa nek? Gak boleh ya? Nenek marah sama Kay?" Kayla melontarkan banyak pertanyaan.
"Enggak apa-apa kok, nenek juga enggak akan marah, itu tandanya Kayla udah besar" terdengar helaan nafas lega dari bibir Kayla.
"Nenek dulu berjuang buat kakek," kata Aini, Kayla langsung memalingkan wajahnya, melihat Aini yang mulai bercerita.
"Kakek dulu tidak suka sama nenek, tapi nenek selalu ada buat kakek."
"Berarti yang ngejar nenek dong bukan kakek?" tanya Kayla.
"Bukan mengejar, tapi berjuang. Kalau mengejar, kita bakal berhenti kalau sudah capek, tapi kalau berjuang, kita enggak akan mau berhenti." jawab Aini.
"Jadi nenek berjuang, tapi enggak pernah dihargai sama kakek?" tanya Kayla, Aini hanya tersenyum sebagai responnya.
"Jadi nenek berjuang terus dong?" lagi lagi Aini hanya tersenyum.
"Kalau menurut nenek, pilih bertahan atau mundur?" tanya Kayla, dia kemudian kembali berbaring di paha Aini.
"Tergantung, orang lain enggak bisa jawab ini kalau dia enggak tau kondisi kita. Karna semuanya balik ke diri kita sendiri. Kalau masih kuat ya bertahan, sia-sia dong perjuangan dari kemarin kalau hari ini kita mundur. Kalau diri sendiri sudah tidak kuat atau enggak sanggup lagi, enggak usah dipaksa, enggak usah bertahan, gak papa kok, setidaknya sudah pernah ngerasain berjuang itu apa. Karena resiko dan akibat dari bertahan atau mundur itu beda." jelas Aini panjang lebar, Kayla hanya menganggukkan kepalanya, terlihat sedang berpikir sesuatu.
"Berarti dulu nenek terus berjuang, sampai kakek yang datang sendiri buat nenek." ucap Kayla sambil bangkit dari baringnya.
"Makasih nek, Kayla ke kamar dulu." sambungnya, Kayla keluar dari kamar Aini dengan berlari, tingkah itu membuat Aini hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Aini kemudian mengambil gelas berisi air minum di atas nakas dan melanjutkan kegiatannya tadi yang sempat tertunda, membaca majalah.
Hallo,
Di part ini ada beberapa bagian yang aku ambil dari kisah nyata lho xixixi.
Setia terus ya, orang setia di sayang aku:)
Bengkulu, 5 Mei 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Senja
Romantizm#3 in kulkas ( 1 Mei 2020 ) #3 in Gunawan (26 Sep 2020) SENJA TERLALU CERAH BUAT LANGIT YANG SELALU MENDUNG "Kalau kamu bisa panggil aku senja" kata gadis kecil itu sambil melihat langit seperti yang dilakukan anak laki-laki disampingnya. "Kenapa?"...