Aku sangat ketakutan, dan supirku sudah pergi karena aku memutuskan untuk menumpang, tapi aku malah dibawa ke gang sempit oleh lelaki ini. Dia menahan tanganku, dan mencoba menarik rok ku, "oh siapa saja, tolonglah" teriakku.
Sekejap sebelum dia menarik rok ku tiba-tiba ada ranting yang mendarat di kepalanya, kemudian kulihat seorang laki-laki berambut pirang yang berseragam akademi von schmeichel juga. "Hei kamu coyote, ini bukan zaman bandit, dan jika pun benar zaman bandit, kau menemui ajalmu" teriaknya dengan gagah, dan kau tau? dia terlihat seperti malaikat penyelamat.
"Oh ya siapa kau?" Ucap lelaki bebal ini. "Lihat saja" kata laki-laki pirang tadi.
Dia kemudian berlari kearah ku dan sejurus kemudian lelaki bebal ini sudah dikunci tangannya olehnya, aku sudah tidak terperangkap.
"Nona jika kamu mau, kamu boleh pukul wajahnya yang 'imut'" katanya.
"Ah tidak, aku tidak mau menyakiti" kataku.
"Oh kamu baik sekali nona" jawabnya yang kemudian mengikat tangan lelaki itu dan memukul wajahnya hingga memar.
"Sudah puas coyote?" Katanya yang kemudian disusul oleh suara tangisan laki-laki bebal itu sambil lari dari kami.
"Oooke, dia aneh" katanya,
"sepertinya kita baru bertemu nona, kamu anak baru ya? Pantas saja aku tidak pernah melihatmu saat aku berkunjung tahun lalu" sambungnya.
"Iya, aku baru masuk akademi von schmeichel, memangnya kamu kira aku anak kelas 2?" Tanyaku dengan tersenyum
"Oh tentu saja hahhaha" katanya,
"berarti kita sama, aku juga tahun pertama, dan sepertinya sungguh kesia-siaan jika kita tetap disini nona, bel hari pertama kita tinggal 5 menit lagi"
Aku yang tadi ketakutan hingga lupa bahwa aku sedang mengejar waktu, "oh iya bagaimana ini huhu".
"Ayo ikutlah aku nona, sepertinya anak sepertimu bangsawan dan kamu pasti turun dari mobilmu karena macet" Katanya"ayo ke sepeda ku, kita akan sampai dalam 3 menit, percayalah"
"Baiklah, terimakasih" kataku. kemudian aku bergegas pergi ke sekolah bersamanya, laki-laki pirang yang juga pahlawan.
Dia membawaku lewat jalan yang penuh dengan pemandangan indah, jalan yang belum pernah aku lewati. Kami melewati jalan yang dikelilingi oleh taman yang indah, di kanan dan kiri kami banyak sekali bunga matahari. Dan dia mengendarai sepeda dengan tenang, kami berdua seperti sudah diramalkan akan bertemu.
"Namaku athea jeanne marizta, terimakasih ya sudah menyelamatkanku" kataku sambil memasukkan coklat ke kantongnya.
"Itu bukan apa-apa nona athea, aku hanya membantu sebisaku" katanya.
"Kamu baik sekali, menolongku disaat oranglain tidak ada, dan bahkan mengantarku, bolehkan aku tau namamu?" Tanyaku,
"Theo Martzian" jawabnya dengan tersenyum. Theo, nama yang indah untuknya, apalagi setelah kulihat lagi, dia sangat tampan.
"Oiya, mengapa kamu memanggilku athea? Semua orang memanggilku jeanne, bahkan ayahku william marizta tidak pernah" tanyaku dengan heran.
"Athea, nama yang sangat indah bukan?, dan apakah dunia ini tidak menyadari ada nona cantik bernama athea disini?" Jawabnya.
"Kau benar 'hoi duniaa aku ini athea!'"
"Aku kenal ayahmu, dia musisi yang hebat" katanya,
"terimakasih untuk pujian kepada ayahku dan aku yang cantik" jawabku. Seketika pipinya memerah, "umm, sepertinya kita sudah mau sampai athea" katanya dengan mengganti topik.
Kemudian kami sampai di akademi von schmeichel sesuai dengan ucapannya, kami sampai 2 menit sebelum bel.
"Sekali lagi, Terimakasih theo untuk pagi ini"
"Ah tidak usah dipikirkan"
"Apakah kita bisa bertemu lagi?"
"Tentu saja, kita satu akademi, kita bisa bertemu lain waktu"
"Oke aku sangat senang, setelah ini kamu masuk kemana theo?"
"Aku akan ke kelas piano"
"Baiklah, aku akan ke kelas sains, sampai jumpa theo!"
Kemudian kami menuju kelas masing-masing. Aku sempat berhenti dan kembali melihat kebelakang sambil bersembunyi, aku tertawa ketika dia masih di tempat awal kami sampai dan terdiam ketika menemukan coklat di kantong seragamnya dan kemudian sekilas mencariku, kemudian dia kembali karena dia pun juga hampir telat. memang ya theo, dia tampan dan menggemaskan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xynansa
RomanceKetika jarak memisahkanmu, ketika waktu melupakanmu, ketika kamu kehilangan segalanya, dan ketika dia tak lagi mencintaimu.