Remedy

45 68 1
                                    


Curiousier


Amsterdam, 16 mei 1999

"Halo, apakah shreya didalam?" Panggilku sambil mengetuk pintu.

"Aku disini, tunggu sebentar theo" saut shreya.

Gubrak!

Terdengar bunyi barang yang terjatuh, "Apakah baik-baik saja di dalam?" Tanyaku.

Shreya membuka pintu, menampilkan senyuman lebar, tetapi dengan rambut yang acak-acakan.

"Ada apa? Kau tampak berantakan malam ini" Kataku sambil tertawa.

"Ini ulah mario, dia membuat rumah ini seperti kapal pecah, huuh" keluh shreya.

Mario dengan cepat menyadari kehadiranku, lalu segera berlari kearah sepatuku, kemudian dia hinggap disana.

"Mario! Bukan seperti itu memperlakukan tamu"

"Tidak apa shreya, lihatlah dia, imut sekali, siapa kucing yang pintaar?" Aku mengangkat mario, dan menggaruk-garuk lehernya, terasa sangat lembut.

"Iya, jika kamu hanya merawatnya sehari, ketika sudah 2 tahun dia akan menjadi sangat menyebalkan" kata shreya menatap tajam mata mario.

Aku tertawa melihat tingkah laku mereka, seperti ibu dan anak.

"Jadi, apakah bahan-bahannya sudah siap?" Tanyaku.

"Siap, Sudah bos!" Ucap shreya menirukan marinir.

"Apakah peralatannya tersedia?"

"Siap! Sudah bos!"

"Baiklah murid kebanggaanku, ayo kita mengolah serta menambah nilai rasa pada makanan setengah jadi maupun mentah" kataku perlahan dengan gestur seperti petapa sufi.

"Atau kita sebut dengan memasak!" Sambung shreya.

"Yah, itu maksudnya, hehe"

❈❈❈

Aku sudah berjanji pada shreya untuk mengajarinya memasak malam ini, lusa nanti aku sudah harus di bandara untuk kembali terbang ke amerika. Maka dari itu aku ingin meninggalkan sesuatu yang berguna untuk shreya, dan apalagi kalau bukan memasak, karena dia sangat payah dalam memasak.

Shreya mengikat rambut panjangnya, kemudian memakai apron beserta topinya dan siap menuju ke dapur, sedangkan aku masih memakai baju yang sama.

"Hei koki junior, kita akan memasak makanan yang tidak terlalu sulit dan kotor, kau tidak perlu pakai seragam seperti koki restoran"

"Biarkan saja theo, ini terlihat keren, iyakan?"

"Yeah, tentu saja, jika kau memakai topinya dengan benar" ucapku, kemudian mendekatinya, merapihkan topi koki serta rambutnya yang hampir menutupi mata.

"Nah begini baru keren"

"Te-terimakasih" ucapnya sedikit kaku dan malu.

"Baiklah, ayo kita mulai!"

"Ayo!"

Kemudian selama hampir 30 menit aku dan shreya memasak, dia sangat ceria, kadang dia melakukan hal konyol yang membuat waktu memasaknya jadi lebih lama.

"Shreya, aduk terus, jangan berhenti sampai aku bilang stop, jika tidak nanti bahannya tidak tercampur, masakannya gagal"

"Tapi aku pegaaal theo, kita ini masak apasih? Kenapa masakan ini sangat sulit, dan aku belum pernah lihat ada masakan seperti ini" keluh shreya

XynansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang