"Boleh aku tanya sesuatu athea?" Tanya theo di sebuah bangku pemakaman tempat ibunya dimakamkan tepat pukul 4 sore.
"Tentu boleh theo, tapi apakah kamu tidak haus? Minumlah ini" jawabku sambil menempelkan satu botol minuman segar ke pipinya, sedari pagi ia sama sekali belum minum ataupun makan.
Kami berdua duduk di bangku pemakaman tempat papa dan ayah theo duduk sebelumnya, kemudian theo menceritakan banyak hal padaku.
Ia bercerita tentang ibunya yang sengaja menukar gula dan garam agar theo tidak sering mencamili gula, atau bercerita tentang bagaimana ibunya mengajarkan theo memakan apel, bahkan ia bercerita tentang bagaimana ibunya membuatnya ingin bermain musik. Aku sangat suka ketika theo bercerita tentang ibunya, matanya berbinar-binar sangat indah saat menceritakannya.
"kau benar, aku lumayan haus, terimakasih athea" sambung theo yang kemudian meminum minumam segar itu dengan cepat, 20 detik dan botol itu sudah kosong dibuatnya.
"Lalu apa yang ingin kamu tanyakan theo?"
"Ah iya"
"Athea, apakah boleh?"
❈ Curiousier ✾
"Tentu saja theo, apapun itu, boleh" jawabku, aku tidak tahu apa maksudnya, tapi aku pasti akan membolehkannya.
"Benarkah? Kau bahkan belum mendengarkan pe-"
"Boleh theo, aku percaya padamu" jawabku dengan yakin. Ya, apapun itu, aku akan membolehkannya.
"Bolehkah aku menaruh antingmu di pusara ibuku?" Tanya theo, ia terlihat sangat gugup, seperti sedang menanyakan hal yang sangat penting. Aku tidak keberatan, itu hanya sebuah anting berlian merah biasa, lagipula ini bukan red dwarf ibu theo, aku bisa membelinya lagi lain hari.
"Tentu saja theo, kenapa kamu sangat gugup untuk sebuah anting?" sautku sambil mengadahkan anting merah yang masih kupakai sejak makan malam kemarin.
"Anting itu mirip seperti milik ibuku" ucap theo sambil mengeluarkan 'The Red Dwarf' yang masih penuh dengan darah.
"Aku ingin antingmu ada di pusara ibu, menggantikan anting yang penuh dengan darah ini"
"Lalu? Apa yang kamu tunggu? Ayo kita taruh!" seru-ku menarik theo bangun dari duduknya.
"Kau benar" ucap theo, ironisnya ia tidak bergerak sama sekali.
"Theo"
"Ah Iya, ayo!"
❈❈❈
Sore ini tampak sangat tenang, berbeda dengan beberapa jam yang lalu. Ayah theo dan papa pergi entah kemana bersama beberapa orang asing tadi, tapi sepertinya mereka tidak akan pergi lama karena mereka tidak membawa kendaraan.
"Ini dia bu" theo menaruh antingku tepat ditengah pusara ibunya, tepat ditengah lingkaran bunga-bunga, terlihat sangat indah
"Ini anting athea, memang ini bukanlah anting ibu, tetapi anting athea sangat mirip dengan punya ibu"
"Semoga dengan ini, ibu tenang disana"
Setelah theo meletakkan antingku di pusara ibunya, seketika angin berhembus kencang, daun-daun berterbangan, dan bunga-bunga menutupi anting itu.
Tetapi setelah itu anting itu bersinar! Sinarnya sangat terang, menembus bunga-bunga yang menutupi, menyilaukan semua mata.
"Theo! apa yang terjadi?!"
Pandanganku penuh dengan sinar merah, sinar merah itu menggeser semuanya, yang kulihat hanya merah. Sesaat kemudian sinar merah itu hilang, aku sekarang berada di sebuah ruangan putih kosong dengan hanya sebuah cermin besar didepanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xynansa
RomanceKetika jarak memisahkanmu, ketika waktu melupakanmu, ketika kamu kehilangan segalanya, dan ketika dia tak lagi mencintaimu.