"Yup, terimakasih ya shreya sudah membantuku mengemas barang-barangku" ucapku memecah kesunyian.
Pagi ini memang jadwalnya aku mengemas barang untuk kepindahanku kembali ke charlotte.
Awalnya aku berpikir bahwa ini akan mudah dan cepat, tapi baru saja 10 menit, punggungku sudah mulai kesakitan, memang barangku sangat banyak dan berat untukku jika mengangkatnya sendiri. Saat aku ingin duduk sejenak, ada seseorang mengetuk pintu.
"Martzian!"
"Yaa aku disini, tunggu sebentar"
Aku membukakan pintu yang memperlihatkan shreya dengan senyumannya bersama seekor anak kucing.
"Waah shreya!"
"Apa kabar theo? Kamu kelihatan segar pagi ini"
"Aku baik, lalu siapa kucing kecil imut ini" sambungku sambil menggelitik anak kucing itu.
"Martzian, ini mario. Mario, ini martzian. Mario sangat imut bukan?"
"Cuteness overload" jawabku
Shreya menengok kebelakangku, kemudian kembali melihatku.
"Theo, apa yang kamu lakukan? Bukankah masih beberapa hari lagi sampai waktu kepindahanmu, kamu tidak harus mengemasnya sekarang, itu akan membuatmu tidur beralaskan kardus, hahaha"
"Shreya, kau pikir hanya butuh 15 menit untukku mengemas semua ini, barangku banyak sekali, tidak cukup satu hari untuk membereskannya"
"Tidak jika aku membantu, baiklah mario ayo kita bantu musisi hebat ini!"
"Miaw!"
"Baiklah, aku tidak keberatan dengan tambahan tenaga"
❈❈❈
Ya, sejak festival dengan papa waktu itu, aku dan berteman baik, dia sering datang ke apartemenku, kadang dia membawakan makanan siap saji, kadang hanya membawa bahannya (shreya tidak mahir memasak) untuk kumasak dan kami makan bersama, kadang juga aku yang mentraktirnya makan stik (katanya dia ingin sekali mencobanya) yeah, 10 hari terakhir ini shreya-lah yang selalu membantuku.
"Theo, apa kamu tidak memiliki idola?"
"Idola? Ah ya aku sudah lama tidak menonton tv"
"Hoii idola bukan hanya di tv, tunggu kamu tidak ada tv?"
"Ah hahaha, ada tapi aku belum pernah memakainya"
"Mustahiil, dimana kamu menaruhnya?"
"Ada di sana" aku menunjuk kearah salah satu kamar.
"Baiklah, hidupmu kurang jika tidak menonton tv theo"
"Hei tunggu dulu-"
Braaak!
Sebelum sempat kutarik, shreya sudah ditimpa buku-buku yang sudah kususun bertumpu pada pintu
"Aaduduh" pungkasnya
"Maaf, aku belum memberitahumu, itu buku-buku yang sengaja kutumpuk, buku itu sudah lama kubaca, mungkin aku akan mendonasikannya ke panti anak yatim"
"Uhh kamu maniak buku ya theo, pantas saja tidak ada si kotak warna di apartemenmu"
"Kau harus lihat wajahmu saat tertimpa buku shreya, masterpiece"
"Humph"
Shreya bangun dan meletakkan kembali buku-buku yang terjatuh, kali ini dia meletakkannya lebih jauh dari pintu. Oh iya, walaupun bukunya jatuh berserakan, tapi secara garis besar apartemenku ini tidak terlalu berantakan.
Shreya kemudian masuk kekamar tersebut, mencari tv (dia sangat penasaran)
"Kau akan sulit mencarinya, shreya"
"Theo, ini siapa?"
Shreya menunjuk kearah sebuah foto berbingkai, yang berisikan seorang wanita dengan gaun serta anting berwarna merah bersama dengan anaknya, ya itu aku dan ibu, terpajang besar di kamar itu.
"Shreya, jika kau bertanya siapa idolaku, mungkin satu-satunya idolaku adalah wanita ini, dialah ibuku"
❈❈❈
Inggris, 27 september 1988
"Bu, kita akan disini selama seminggu kan?"
"Iya sayang, kita sudah lama tidak liburan bersama. Ah, theo sayang mau pesan apa?" Tanya ibu di sebuah kedai disekitar hotel.
"Aku minum teh saja"
"Pilihan yang tepat, teh di inggris itu salah satu yang terenak di dunia, tolong tehnya dua gelas ya paman" ucap ibu kemudian memesannya ke pelayan kedai.
"Baik nyonya, dua gelas teh spesial untuk ibu dan anaknya segera datang" jawab pelayan kedai.
"Ibu, aku punya banyak pertanyaan yang muncul saat aku merenung" ucapku setelah pelayan mengantar minuman kami.
"Theo kecil sekarang sudah bisa merenung ya? Anak ibu sudah hebat ternyata" cium ibu di pipi kanan.
"Ibuu... tahun depan aku masuk akademi, plus aku memang masih anak-anak secara fisik tapi bukan berarti secara mental"
"Baiklah baiklah, theo kecil apa pertanyaanmu sayang?"
"Mengapa banyak orang lebih mementingkan dirinya sendiri bu? Aku sering lihat banyak pejabat negara menjilati keluarga kita dengan janji-janji manis ingin membangun negara dan rakyat yang makmur, tapi aku tahu bantuan yang keluarga kita berikan pasti hanya masuk ke kantong tebalnya yang tak berguna, kenapa mereka jahat dan egois?"
Ibu diam sebentar, tidak menjawab. Dari kejauhan terdengar suara anak-anak seumurku berlarian di jalanan kota, sambil membawa layangan mereka, tampak sangat bahagia.
"Theo sayang, lihat itu! Apakah kau mau bermain layangan dengan ibu?" Ucap ibu seketika bersemangat
"Bu, kumohon jawablah"
Ibu menghela napas, kemudian tersenyum manis menatap kedua mataku yang sama dengan warna matanya, oranye.
"Theo sayang, dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahan manusia. Walaupun samudra bisa dikuras, niscaya manusia tetap tidak akan puas"
"Lalu kenapa dunia ini belum habis bu?"
"Karena dunia ini tidak akan kehabisan pejuang theo, orang yang bermimpi tinggi, berpikiran tajam, dan berani mengatakan yang benar untuk yang benar. Merekalah yang selama ini menjaga keberlangsungan hidup banyak orang"
"Dan theo, ibu yakin kamu bisa menjadi pejuang itu, pejuang yang kuat tapi tidak menyakiti, kaya tapi rendah hati, pintar tapi menghormati, dan berani tak takut apapun yang menanti"
Ibu adalah orang yang paling aku idolakan, orang yang menerangi hidupku, orang yang selalu menginspirasiku, orang yang selalu kucintai.
Ibu juga wanita yang sangat cantik, kulitnya putih, rambut coklatnya panjang, matanya juga indah, ayah pernah bilang bahwa ibu itu gadis tercantik di kotanya. Ibu pandai memasak, selalu tampak hebat ketika berada di dapur, salah satu yang kusuka dari masakan ibu adalah bubble & squeak.
Oh iya, ada satu hal yang paling spesial dari ibu, ibu selalu memakai anting permata merah, nama anting itu "the red dwarf", ibu selalu memakainya bahkan sebelum aku lahir.
"Okay! Mulai saat ini aku akan menjadi seorang pejuang yang paling hebat" seru-ku sambil gerak hormat kearah ibu.
Ibu tertawa dan mengusap rambutku.
"Arahkan matamu kepada bintang-bintang diatas sana theo, tapi dengan kaki yang tetap berpijak pada tanah"
"Oh iya, hei ayo minum teh mu sebelum dingin sayang"
"Satu lagi bu"
"Minum dulu theo, ini enak sekali" kata ibu yang sudah meminum tehnya, aku dengan cepat dalam 6 tegukan menhabiskan tehku.
"Baiklah, apa pertanyaanmu yang lain"
"Apa itu cinta bu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Xynansa
RomanceKetika jarak memisahkanmu, ketika waktu melupakanmu, ketika kamu kehilangan segalanya, dan ketika dia tak lagi mencintaimu.