Bagian Kelima

4.2K 64 2
                                    

"Gimana Na, kamu udah kenal pacarmu itu?" Aku terkejut, Amie tiba-tiba membuka pintu kamarku dan langsung masuk.

"Yah kenallah..."

"Seriusan? Coba aku tes dulu." Amie mendekat ke arahku dan aku siap untuk mendengar apa saja pertanyaan yang akan keluar dari mulutnya.

Dia bertanya satu demi satu, dan yah tentu saja aku menjawab semuanya.

"Yeiii... Aku tahu semua kan. Hehehehe. Aku menang."

Aku mengangkat tanganku senang rasanya seperti mendapatkan nilai sempurna saat ujian matematika.

"Oke, kamu menang. Terus, sekarang dia apa kabar? Kamu udah nanya belum?"

"Dia..."

Aku terdiam sejenak. Aku tidak tahu bahwa aku wajib tahu kondisi dia setiap hari. Aku kan tidak pernah pacaran, jadi aku memang betul-betul tidak tahu harus bertindak seperti apa.

Aku jarang menanyakan kabarnya, dia sedang melakukan apa, dan bagaimana hari-harinya. Sebatas yang aku tahu, bahwa kami pacaran.

"Pasti kamu gak tahu kan, dia sedang ngapain?"

"Harus banget gitu?" Aku mengangkat alisku dan mengerutkan bibirku.

"Yah, kalau kamu mau hubunganmu dan dia bertahan lama, paling tidak kalian berdua harus lebih sering berkabar dong, iya gak?"

"..."

Aku terdiam, Amie sahabatku ini memang sudah berapa kali menjalin kasih dengan pria, tapi sekarang dia sedang pengen sendiri katanya, lelah menghadapi laki-laki yang selalu saja minta lebih dan lebih dari dia.

"Ya udah, coba kamu tanya aja sekarang, ini masih jam 10.00 malam, pasti belum tidurlah."

Aku langsung mencari hpku dan langsung memanggil ke nomor kekasihku itu.

"Hai Theo, apa kabar?"

"Halo, ini temannya Theo."

Aku terdiam, ternyata laki-laki asing yang mengangkatnya.

"Oh iya, Theonya di mana ya kak?" Aku mengatur suaraku setenang mungkin, kan malu ya kalau kesan pertama dengan teman Theo negatif samaku.

"Dia ada di sampingku, sedang menunduk menghadap meja."

"Hah... menghadap meja, dia kenapa ya kak?"

Teman Theo menjelaskan semuanya dan aku segera mematikan hpku dan mencari jaketku.

"Kamu mau kemana?" Amie heran melihatku tiba-tiba melompat dan terlihat buru-buru.

"Mi, besok kita lanjut ya, aku harus pergi." Aku menarik Amie keluar kamarku dan aku mengunci kamarku.

"Dadah..."

"Hati-hati Na..."

***

Akhirnya aku sampai di alamat yang diberitahu teman Theo tadi.

"Yah, ini dia tempatnya."

Aku berhenti, sejenak aku membaca nama yang terpajang di atas pintu gedung itu.

Ini kan bar, ngapain Theo ke sini, batinku.

Aku masuk ke dalam, mencari kerumunan orang yang mungkin salah satu dari mereka adalah Theo.

Akhirnya ketemu juga, aku melihat sekumpulan laki-laki yang masih berpakaian kemeja rapih namun tidak menggunakan dasi lagi.

Aku mendekat, dan melihat Theo sedang tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya di atas meja.

AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang