Bagian Kedelapanbelas

1.7K 43 2
                                    

Besok harinya seperti biasa aku harus kerja di kantor.

Aku sangat berusaha untuk fokus pada pekerjaanku namun sesekali Theo terlintas di benakku.

Bagaimana jadinya dia ketemu orang tuaku, sedangkan aku belum pernah cerita ke mereka kalau aku punya pacar.

Pagi ini juga aku masih kaget banget karena mereka teriak dari telfon saat aku bilang kalau pacarku akan datang berkunjung menemui mereka berdua.

Sebenarnya keluargaku tidak mempermasalahkan terkait pasangan hidup.

Saat kakakku menikah dengan orang bule, ayahku bahkan tidak protes dan malahan bersyukur karena kakakku akhirnya menikah juga di usianya yang ke 30 tahun.

Ibuku juga baik-baik saja. Namun terlepas dari semua itu, aku masih khawatir dengan kondisi Theo di sana.

Kulihat jam tanganku, sekarang masih jam 1 siang, dan Theo pasti masih di perjalanan.

Kamu hati-hati. Kukirim pesan tersebut kepada Theo.

Setelah selesai bekerja, aku bergegas pulang ke apartemenku. Aku mempersiapkan segala sesuatunya dan buru-buru keluar dari kamarku.

Diperjalanan, aku mencoba menghubungi Theo, namun tidak diangkat. Hal itu membuatku semakin khawatir dan memutuskan untuk mendengarkan lagu saja, untuk menghilangkan kepanikanku.

Aku memutar lagu dari band favoritku yaitu 5 Second of Summer – Wild flower.

Sepanjang perjalanan, aku mendengarkan lagu demi lagu dan rasanya diriku terhipnotis oleh kerennya suara Luke dan Calum, member dari 5 Second of Summer.

Saat aku masih asik mendengar lagu mereka, tiba-tiba hpku berbunyi. Theo menelepon.

“Halo Theo, gimana? Kamu udah nyampe?”ucapku duluan.

“Iya, aku udah di depan rumahmu sekarang, belum masuk. Aku sedikit gerogi ketemu orang tuamu.”

“Tuh kan, aku juga bilang apa. Ya udah, kamu coba tarik napas dulu, tenangkan pikiran, semuanya akan baik-baik aja kok.” Aku mencoba menenangkan dan menyakinkan dia.

“Oke, aku masuk ya.”

“Semangat…”ucapan terakhirku semoga membuat dia lebih tenang.

Aku masih di dalam bus, perjalananku masih jauh.

***

Aku turun dari bus, kulihat jam tanganku sudah menunjukkan jam 10 malam.

Aku memanggil taxi dan menuju ke rumah orang tuaku.

Disepanjang perjalanan, aku mencoba menghubungi Theo, namun tidak diangkat.

Apa mungkin mereka masih ngobrol? Atau sudah tidur? batinku.

Akhirnya setelah sekitar 10 menitan, aku sampai di rumah orang tuaku.

Kucoba menghubungi Mama apakah masih bangun atau tidak. Namun, belum saja aku memencet tombol call, Mama udah ada di depan gerbang.

“Kamu lama sekali nyampe nya.” Kata wanita itu kepadaku, siapa lagi kalau bukan Mamaku.

“Eh iya Ma, kan perjalanan dari Bandung ke Jakarta agak jauh. Tadi diperjalanan juga macet jadi yah gitu deh.” Aku memeluk Mamaku.

Kami berdua jalan bersama memasuki rumah.

Belum sampai ke depan pintu, aku menghentikan langkahku, ku pegang lengan Mamaku dan sedikit menggigit bibirku.

“Ma.. Papa ada di rumah?”
Mamaku terkejut saat ku pegang lengannya. Dia memandangku dengan ekspresi anehnya.

“Tentu saja, ini sudah jam berapa..” kata Mamaku.

AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang