Terima kasih atas dukungannya, maaf ya updatenya telat. Hehehehe...
Selamat membaca...
Stay safe ya 😆——————————————————
“Hah? Perwakilan dari divisi kita diterima dua orang?” Suaraku menggelegar saat mendengar Beni memberitahukan kepadaku.
Aku tidak menyangka hal ini betul-betul terjadi.
“Iya, gak apa-apa dong, malah lebih bagus, jadi kamu juga dapat ilmunya.” Beni tersenyum kepadaku.
“Aku kan sebenarnya tidak mau ikut.” Aku menggigit bibirku sedikit, aku kesal dengan keputusan itu.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi, tidak masalah kalau aku ikut juga, toh aku dapat ilmu dan lumayan tiga hari keluar dari kantor dan berhenti dari rutinitas biasa.
“Ahhh, mau bagaimaa lagi…” Aku pasrah dan kembali melanjutkan tugasku.
***
Selamat bersenang-senang, itulah isi pesan terakhir yang ku terima dari Theo.
Akhir-akhir ini dia memang sibuk, kami bahkan belum sempat bertemu sebelum aku pergi ke Bogor untuk mengikuti seminar ini.
Aku menutup hpku dan melanjutkan renunganku selama di bus. Aku memang suka perjalanan, melihat jalan dan pepohonan melalui jendela bus, itu sangat menyenangkan.
Sesampai di sana, kami di sambut beberapa orang, mungkin panitia pelaksana di sana.
Setelah pembagian kamar, aku langsung beberes dan rebahan sebentar. Walaupun melihat pemandangan selama di bus menyenangkan, tapi jangan salah, punggung rasanya sakit sekali duduk dengan posisi sama selama beberapa jam.
Kami memang diberi waktu untuk beberes dan istirahat sekitar dua jam, dan tepat jam 19.00 Wib harus kumpul kembali.
Acaranya cukup menarik, aku kira akan dilaksanakan seperti seminar biasa, namun konsepannya berbeda. Kami malah di suruh kumpul di depan aula dengan api unggun yang sudah menyala dan sangat besar.
“Yok Na…” Beni mengajakku, dia berjalan tepat di sampingku, dan kami pun duduk bersama dekat api unggun.
“Baiklah, sebelum besok kita mengikuti seminar yang mungkin sedikit serius, mari kita malam ini bersenang-senang dengan menikmati udara malam ditemani jagung bakar.” Seorang wanita yang mungkin salah satu panitia memberikan sambutan.
“Yeahhhh….” Semua berteriak dan saling memegang jagung mentah dan mulai memanggang masing-masing, begitu juga dengan aku dan Beni.
“Sini aku bantu bakar…” Beni mengambil jagung dari tanganku.
“Boleh…” Aku dengan senang hati dia mau membantuku.
Aku duduk sembari melihat Beni membakar jangung.
“Awas jangan sampai gosong…”
“Siap tuan putri.”
Aku tersenyum, senang rasanya punya teman yang bisa diajak berbicara di tengah-tengan begitu banyak orang namun satu pun tidak ada yang ku kenal.
“Nih, udah matang…” Beni memberikan jagung bakar yang sudah terpanggang dengan sempurna.
“Makasih…”
“Btw, gimana menurutmu acara ini?” Beni membuka pembicaraan kami.
Kami duduk di depan api unggun sembari makan jagung bakar.
“Sejauh ini lumayan… semoga besok lebih menarik.”
“Hahaha, aku juga berharap begitu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Amore
Romance"Oke deal. Kalau dari aku, pertama, tidak ada seks selama pacaran, tidak ada megang payudara atau kemaluan. Itu dilarang." Dia terlihat syok melihat aku mengungkapkan semua itu secara terbuka dan tidak ada keraguan di raut wajahku.