Bagian Keenam

3.5K 68 7
                                    

Tring... Tring... Tring...

Alarmku berbunyi, aku mematikannya dan melihat hpku, sudah jam 05.30 Wib.

Waktunya bangun, batinku. Hari ini aku harus berangkat kerja lebih pagi.

Sebelum beranjak dari tempat tidurku, aku harus saat teduh dulu.

Seperti biasa setiap paginya, setelah bangun dengan selimut yang masih berantakan, aku duduk di tempat tidur dengan melipat tangan lalu berdoa.

Menurutku, pada dasarnya manusia membutuhkan Tuhan, karena memang Dialah pencipta kita, dan sudah sepatutnya kita hanya bersandar padaNya.

Aku selalu mengucap syukur setiap hari-hari yang telah ku lalui dan berterima kasih atas penyertaan Tuhan selama aku tidur dan dapat kembali bangun dalam kondisi sehat.

Aku juga selalu meminta pimpinan Tuhan untuk sepanjang satu hari ini, dan tidak lupa bahwa kiranya kehendak Dialah yang terjadi di dalam hidupku, karena satu prinsipku, bahwa untuk apa pun yang kurencanakan belum tentu itu yang terbaik untukku, melainkan Dia mengetahui yang terbaik, karena Dialah Allah yang maha kuasa, adil, dan penuh hikmat.

Selesai berdoa, aku membaca Alkitab yang selalu aku taruh di atas meja dekat tempat tidurku. Aku juga membuka buku renungan harian dan melihat ayat harian hari ini apa.

Setelah aku membaca ayat Alkitab hari ini, aku membaca buku renungan harian, lalu merenung sejenak sembari menutup mata, seakan berbicara kepada Tuhan dan mengungkapkan semua pikiranku tentang firman, dan hal-hal yang terjadi dalam hidupku.

Setelah itu aku berdoa, menutup saat teduhku hari ini dan selalu meminta penyertaan dan pimpinan Tuhan.

Kemudian aku beranjak dari tempat tidurku, dan merapihkan selimut dan bantalku.

Aku mengambil hpku, ternyata ada pesan dari Theo. Dia mengirim alamat tempat yang jadi lokasi kami untuk bertemu.

Aku tersenyum dan membalas kembali.

"See you..."

***

Seperti biasa, aku kembali bekerja. Aku duduk di salah satu kursi yang selama ini menjadi tempatku bekerja.

Aku menatap layar komputer di depanku dan mulai bekerja. Tidak lupa aku selalu mengambil posisi nyaman dan di setiap ada kesempatan, aku meregangkan tangan, kaki, leher, dan pundakku.

"Awww...."

Aku meregangkan otot-ototku yang sudah mulai tegang dan kaku.

Aku kembali fokus dan melakukan tugasku kembali.

"Perhatiaan semuanya, kita kedatangan seseorang dan sekarang saya akan memperkenalkan kepada kalian." Manajer mengganggu konsentrasi kami dan kami semua yang ada di ruangan itu berhenti bekerja.

Semua perhatian tertuju kepada dua laki-laki yang sedang berdiri sekarang, tentunya salah satunya Manajer kami.

Aku hanya melihat sekilas dan kembali konsentrasi ke tugas-tugasku, aku memang mengejar agar hari ini selesai cepat dan bisa bertemu dengan Theo secepat mungkin, sesuai dengan janji kami untuk bertemu hari ini.

"Perkenalkan, dia Bapak Theo yang mulai besok akan bekerja di sini sebagai kepala di bagian pemasaran. Beliau pindah kemari dari salah satu cabang kita."

Sejenak aku menghentikan tanganku untuk mengetik, aku mengerutkan keningku dan masih terdiam.

"Halo semua, perkenalkan nama saya Theo Parkin, kepala pemasaran yang baru. Mohon kerja sama dan bantuannya." Laki-laki itu tersenyum dan menunduk.

AmoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang