Aku masih teringat jelas tentang kenanganku dengan Theo, saat malam hari dia mengunjungiku dan wajah cemburunya itu.
Dan sekarang, hah... sudah tidak terasa, akhirnya ini hari terakhir seminarnya, dan sehabis seminar kami akan pulang.
Panitia juga telah memberitahukan untuk beberes barang bawaan, agar langsung segera check out.
Menarik, aku suka, banyak hal-hal baru yang kutemukan dan pelajari selama kegiatan ini.
Sehabis seminarnya berakhir, aku kembali ke kamarku dan memeriksa kembali barang-barangku.
Setelah semua barangku telah kupastikan telah masuk dalam koper, aku keluar dari kamarku.
"Hei Na..." seseorang menyapaku dari belakang.
"Hei Ben..."
"Akhirnya kita pulang juga ya, kangen Bandung."
Beni tepat di sampingku dengan senyumannya."Iya..." aku juga tersenyum.
"Btw, kamu pacaran ya sama Pak Theo?"
Aku terkejut, napasku berhenti sejenak, aku melihatnya. Aku belum bisa berkata apa-apa.
Sebenarnya, di kantor belum ada yg tau kalau aku pacaran dengan Theo. Aku takut ntar membuat masalah ke jabatannya, apalagi kan dia dipindahin ke kantorku.
"Hahaha... benar kan kalian pacaran?" Beni memastikan kembali, melihatku dan menunggu jawaban dariku.
"Aaa..." Aku kebingungan harus ngomong apa.
"Sudah kuduga kalian memang pacaran." Beni tersenyum dan menyenggol bahuku pelan.
"Eh Ben, jangan kencang-kencang ngomongnya..." aku mengerutkan bibirku dan melihat sekitarku. Kupastikan tidak ada orang di dekat kami.
"Tenang aja kali, gak ada orang juga."
"Tapi benar kan kalian pacaran?" Beni memastikan lagi, kali ini wajahnya sangat serius, membuatku berpikir serius sejenak.
"Iya benar, tapi kamu jangan kasih tau siapa-siapa ya!" Aku sedikit mendekat kepadanya seakan memberikan ancaman. Aku juga menambahkan ekspresi mengancam, walau mungkin aku tidak bagus mengekspresikannya.
"Iya, iya gak akan kok."jawab Beni singkat.
Aku tetap berjalan diikuti dengan Beni di sampingku.
"Btw, sejak kapan kalian pacaran?"
"Hmmm... baru aja, sekitar tiga minggu yang lalu."
"Oh iya, berarti masih baru banget dong."
"Iya, aku juga terkejut dia dipindahin ke kantor kita." Aku masih tetap berjalan sembari menarik koper putih kesukaanku.
"Kenal dari mana?"
"Kepo banget sih..." aku bercanda dan mempercepat langkahku. Aku mencoba untuk menghindar dari semua rasa penasarannya Beni.
"Hahaha..." Beni tertawa dan masih tetap mengikutiku, dia memang sering bersikap menjengkelkan, menurutku.
***
Akhirnya aku sampe di kamarku, kubaringkan tubuhku sebentar karena kelelahan selama perjalanan.
Aku menutup mataku namun tidak bisa terlelap sepenuhnya, aku lihat hpku namun tidak apa pesan masuk.
Tumben dia gak nanya kabar, lagi ngapain ya, batinku.
Aku memang berharap dapat pesan dari Theo. Aku kangen suaranya yang sangat maskulin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amore
Romance"Oke deal. Kalau dari aku, pertama, tidak ada seks selama pacaran, tidak ada megang payudara atau kemaluan. Itu dilarang." Dia terlihat syok melihat aku mengungkapkan semua itu secara terbuka dan tidak ada keraguan di raut wajahku.